Bunyi lonceng dipintu cafe yang baru saja ditarik dari luar. Membuat perhatian beberapa pengunjung cafe teralihkan. Mereka menolehkan kepala kearah pemuda yang baru saja datang. Ada yang berbisik bisik mengagumi ketampanan pemuda tersebut.
Gavin melangkahkan kaki memasuki cafe dengan satu tangan yang dimasukkan disaku celananya. Sesekali Gavin melemparkan senyum ramahnya kepada pengunjung cafe. Tak terkecuali kepada kelompok cewek yang sedang berkumpul disana.
"Gila gila dia senyum kearah gue woi," kata salah satu cewek tadi heboh.
"Lo gak liat natapnya kearah gue tadi?" sahut temannya.
"Udah udah kalian apaan sih" lerai temannya yang lain. Menggelengkan kepala mendengar perdebatan unfaedah temannya.
Gavin duduk disamping Elvan. Melakukan tos ala lelaki kepada Elvan dan Angga yang merupakan sahabat baiknya. Lalu meneguk kopi yang ada dimeja tanpa izin si empunya membuat Elvan misuh misuh ditempat.
"Tuman lo ya main minum minum aja" kata Elvan menggeplak kepala Gavin.
Gavin tertawa "Sans elah! Tinggal dikit ini ampas doang"
"Nyenyenye," cibir Elvan.
"Mulut lo ya minta gua kuncrit," Gavin memasukkan kentang goreng yang tersisa diatas meja ke dalam mulut Elvan. Yang mana membuat Elvan terbatuk batuk mengambil minuman Angga lalu meneguknya hingga tandas. Gavin makin mengeraskan tawanya.
"Edan," sinis Elvan.
"Darimana Vin?" tanya Angga yang dari tadi menyimak pertengkaran keduanya.
"Dari mata turun ke hati," jawab Gavin terkekeh ngawur.
"Udahlah Ngga gak usah lo tanyain ni anak. Gak jelas!" sahut Elvan masih dendam akan hal tadi.
Gavin tertawa lagi. "Rizal. Dari rumah Rizal gue" jawab Gavin setelah meredakan tawanya. Angga hanya mengangguk.
"Kalian tau gak?" tanya Gavin.
"Gak tau lah goblok," sahut Elvan ngegas.
"Diem gak lo!" Gavin menoyor kepala Elvan. Ini anak nyaut mulu gak bisa diem daritadi.
Elvan mengusap usap kepalanya yang terkena toyoran Gavin. Ingin membalas namun Gavin menunjukkan kepalan tangannya membuat Elvan kicep "Diem ini diem," cicit Elvan.
Angga yang melihatnya tertawa "Kasian Vin anak orang,"
"Bodo gak peduli gue," sahut Gavin acuh. "Jadi tadi gue ketemu sama Stela masa," Gavin melanjutkan ceritanya heboh.
"Bucin," sahut Elvan.
Gavin melirik tajam Elvan. "Dimana Vin?" tanya Angga tertawa kecil.
"Dipinggir jalan tadi. Dia telat ke sekolah lagi nunggu ojol. Gue tawarin bareng mau dapet tuh padahal eh bang ojol dateng. Gak jadi!" kata Gavin menggebrak meja.
"Sukurin mampus," ejek Elvan.
"Serah lo dah serah. Cabut gue males sama lo," Gavin beranjak dari duduknya menendang kursi yang diduduki Elvan. Membuat Elvan hampir terjungkal jika saja dia tak bisa menyeimbangkan tubuhnya.
"Anjir pundung," kata Angga menggelengkan kepala nya tertawa.
"Woi Vin. Pundungan amat lo kayak cewek. Vin!" teriak Elvan yang ditanggapi Gavin dengan acungan jari tengah.
"Buset dah pundungan amat si Gavin" kata Elvan pada Angga.
"Elo sih mancing mulu. Yok mabar lagi,"
KAMU SEDANG MEMBACA
GAMA [COMPLETED]
Teen FictionThe Last Love ganti judul "GAMA" Gavin Marcelino yang diam diam mengagumi seorang gadis dari jauh. Hanya berawal dari pertemuan tak terduga langsung membuat dirinya suka. Ralat bukan suka melainkan jatuh cinta pada pandangan pertama. Dan disinilah p...