"Nanti malem jalan yuk!" ajak Gavin yang duduk dimotornya setelah mengantar Stela sampai didepan rumah gadis itu.
"Ehm gak bisa aku ada janji sama temen temen aku" kata Stela.
"Kemana?"
"Ke mall"
"Ngapain? Tumben"
"Jalan jalan aja Gapin ihh"
"Aku gak boleh ikut?"
"Ngapain kamu ikut. Aku sama temen temen aku ini"
"Gapapa kan biasanya juga gitu"
"Vin plis deh! Aku jalan sama temen temen aku. Masa kamu mau ikut"
"Yaudah gak jadi" kata Gavin memalingkan wajahnya ke jalanan.
"Tuh kan ngambek,"
"Enggak"
"Vin ihh!" kata Stela menarik wajah Gavin agar menatapnya. "Kita jalannya besok aja ya" lanjutnya.
"Enggak"
"Vin aku udah ada janji sama mereka"
"Bisa dibatalin kan"
Stela menggeleng. "Kita udah ngerencanain dari jauh jauh hari" katanya.
"Aku pulang!" kata Gavin hendak memutar kunci motornya.
"Kamu kok jadi gini sih. Aku cuma jalan sama mereka kenapa kamu kekanakan banget. Kita masih bisa jalan lain waktu," kata Stela kesal.
Gavin terkekeh pelan. "Aku kekanakan?" tanyanya.
"Iya. Mereka temen temen aku"
"Terserah kamu. Aku gak peduli," kata Gavin menstarter motornya lalu meninggalkan gerbang rumah Stela.
Stela menghela nafas. Mengapa Gavin bersikap seperti ini padanya. Dia hanya ingin pergi dengan ketiga temannya. Tidak bisakah Gavin mengertinya sekali saja.
*****
Gavin melempar asal tas nya. Ia membaringkan diri di kasur empuk miliknya. Gadisnya berkata ia kekanakan. Kurang apa dirinya selama ini sampai sampai gadisnya berkata seperti itu. Tidak cukupkah ia memberikan segala yang ia punya untuk gadisnya. "Tai!" katanya. Daripada pusing memikirkan lebih baik ia tidur.
Pukul 6 malam Gavin terbangun. Ia menatap kamarnya yang sangat gelap. Tubuhnya terasa lengket. Ia ingat setelah pulang dari rumah Stela ia tidur tanpa mengganti seragam nya dan mandi. Pantas saja. Gavin segera berjalan menyalakan saklar lampu dan memasuki kamar mandi untuk membersihkan diri.
"Gapin main yok!"
Gavin yang sedang menyisir rambutnya berdecak kesal. Pasti itu suara Elvan laknat. "Gavin gak ada," katanya.
"Yeee si goblok!" umpat Elvan kesal nyelonong masuk kedalam kamar Gavin.
"Gak sopan,"
"Tau ni. Dibilangin jangan teriak teriak malah teriak gak jelas. Lo pikir rumah Gavin hutan" kata Angga.
"Lo gak usah sok jaim gitu lah Ngga. Siapa tuh yang suka teriak teriak kalo lagi main game sama gue" kata Elvan.
"Siapa?" tanya Angga sok polos.
Gavin mendengus malas. "Ngapain kalian?" tanyanya.
"Vin Gapin main yok! Yok yok main yok!" ajak Elvan yang sudah melompat keatas kasur Gavin membuat si empunya kasur melirik tajam. Yang dilirik hanya cengengesan tak jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
GAMA [COMPLETED]
Teen FictionThe Last Love ganti judul "GAMA" Gavin Marcelino yang diam diam mengagumi seorang gadis dari jauh. Hanya berawal dari pertemuan tak terduga langsung membuat dirinya suka. Ralat bukan suka melainkan jatuh cinta pada pandangan pertama. Dan disinilah p...