"Lo apain adek gue bangsat," kata Arsen yang tiba tiba menonjok Gavin hingga membuat pemuda itu jatuh tersungkur.
"Bang-" kata Gavin memegang sudut bibirnya yang terkena pukulan Arsen. Terdapat sedikit darah disana.
"Bajingan!" umpat Arsen. Ia memukuli Gavin bertubi tubi. Awalnya Gavin diam tak membalas. Ia kewalahan dengan pukulan yang terus Arsen berikan. Arsen sama sekali tidak memberikan celah kepada Gavin sedikitpun. Tetapi akhirnya Gavin mendorong dada Arsen keras hingga abang dari kekasihnya itu menjauh dari tubuhnya.
Arsen terkekeh sinis. Teman teman Gavin yang sedang berada ditongkrongan hanya melihat keduanya tanpa berniat memisahkan. Bukannya tidak setia kawan. Hanya saja mereka semua tidak ingin mati muda. Pasalnya sekarang ini Arsen benar benar sangat mengerikan. Ia bisa membantai mereka hanya dengan satu pukulan telak.
"Mau lo apa sih bang?" tanya Gavin yang sudah berdiri dibantu Angga dan Elvan. Mereka berdiri dikedua sisi Gavin.
"Lo tanya mau gue apa," kata Arsen dingin.
Arsen memajukan langkahnya hingga berdiri tepat di depan Gavin. "Lo bikin adek gue nangis. Dan lo pikir gue bakal diem aja hah?" bentak Arsen marah.
Gavin memejamkan matanya. Kedua tangannya terkepal menahan emosi yang sedari tadi bergejolak dihatinya. Ia tidak terima diperlakukan seperti ini oleh Arsen.
"Dia jalan sama cowok lain dibelakang gue," kata Gavin. "Semuanya udah gue kasih buat dia. Kurang apa lagi. Emang dasarnya dia yang gak tau diri" lanjutnya dengan smirk kecil diakhir perkataan nya.
Arsen mencengkeram kasar kerah seragam Gavin. "Lo tau apa tentang dia?" tanyanya berdesis pelan.
"Jangan pernah ngatain adek gue dengan mulut sampah lo itu" kata Arsen sangat dingin. Matanya berkilat marah.
"Apa lo udah denger penjelasan dia?" tanya Arsen. Gavin tersentak. Semalam ia sama sekali tidak memberi kesempatan gadisnya untuk menjelaskan semuanya kepadanya.
"Goblok!" umpat Arsen mendorong dada Gavin kasar. Pemuda itu kembali jatuh tersungkur. Arsen menduduki tubuh Gavin dan memukulinya secara bertubi tubi.
Bugh bugh bugh
Angga tidak bisa tinggal diam. Arsen terlihat seperti ingin membunuh Gavin saat ini juga. Gavin bisa mati jika terus membiarkan Arsen memukulinya. Angga lantas menarik kasar bahu Arsen menjauh. "Lo mau bunuh Gavin hah," kata Angga berteriak didepan Arsen.
"Menurut lo?"
"Edan!"
Arsen tertawa sumbang. Siapapun yang mendengar suara tawa Arsen pasti akan merasa takut ditempatnya. Elvan sampai bergidik ngeri disebelah Gavin yang masih berbaring. "Harusnya lo bilangin temen lo ini supaya mikir dulu kalau ngomong" katanya dengan gigi bergemelatuk. Memukuli Gavin sampai mati pun tidak akan membuatnya lupa bagaimana adiknya menangis pilu di pelukannya semalam. Ia merasa gagal menjadi abang gadis itu. Ia sudah lalai menjaganya.
Arsen berdecih. Ia mendorong bahu Angga ke belakang. Ia kembali berjalan mendekati Gavin yang sedang terbatuk. Ia jongkok disebelah Elvan. Sengaja menepuk pipi Gavin yang lebam karena ulahnya. Gavin meringis. "Gue nyesel. Udah nyerahin adik gue ke tangan bajingan kaya lo!" kata Arsen dingin. Hingga suasana tongkrongan menjadi sangat horor hanya karena suara Arsen. Lalu Arsen beranjak pergi meninggalkan tempat itu dengan menendang tong kosong disamping pintu.
*****
"Mau kemana lo?"
"Rumah Stela"
"Cari mati lo hah," kata Angga menarik pundak Gavin keras hingga pemuda itu terduduk kembali.
"Gue mau minta maaf"
KAMU SEDANG MEMBACA
GAMA [COMPLETED]
Teen FictionThe Last Love ganti judul "GAMA" Gavin Marcelino yang diam diam mengagumi seorang gadis dari jauh. Hanya berawal dari pertemuan tak terduga langsung membuat dirinya suka. Ralat bukan suka melainkan jatuh cinta pada pandangan pertama. Dan disinilah p...