29. Gavin Kembali

24 6 0
                                    

Gavin mengerjapkan matanya pelan. Mencoba menyesuaikan dengan cahaya yang masuk ke indra penglihatan nya. Aroma obat langsung menyeruak ke hidungnya. Seluruh tubuhnya juga terasa nyeri. Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Sepertinya ia berada dirumah sakit. Ia membuka alat bantu pernafasan yang berada di hidungnya. Ia mencoba mengingat ingat apa yang sebelumnya terjadi. Ia ingat dia sedang tidur dan tiba tiba dadanya terasa sakit. Lalu ia mencoba mengambil obat dan setelah itu semuanya gelap, ia tak ingat apa apa.

"Stela," gumam Gavin bangun hendak mencari keberadaan ponselnya. "Anjir" umpat nya akibat merasakan pusing dikepalanya.

"Bang!"

Gavin menoleh. "Ma," katanya tersenyum.

"Alhamdulillah abang udah sadar. Mama seneng banget," kata Ajeng memeluk putra sulungnya.

Gavin mengerutkan keningnya bingung. "Ma Gavin udah biasa kayak gini. Gak ada satu hari juga" katanya melepaskan pelukan Ajeng.

"Satu hari apanya. Kamu kritis seminggu lebih gak bangun"

"Seminggu?"

"Iya bang. Mama khawatir sama kamu"

"Mama serius?"

"Serius bang," kata Ajeng mendelik kesal. Putranya ini banyak tanya sekali. "Sebentar mama panggilin dokter dulu" lanjutnya.

"Tunggu ma" cegah Gavin menahan pergelangan tangan Ajeng.

"Kenapa bang?"

"Stela gimana? Dia tau Gavin disini?"

"Enggak. Sekarang kita ada di Jakarta. Setelah kamu pingsan waktu itu kamu mama bawa ke rumah sakit di Bandung. Dan kata dokter disana kamu mengalami masa kritis. Akhirnya papa mutusin buat bawa kamu kesini. Karena papa ada kerjaan disini dan untuk ngehindarin Stela juga" jelas Ajeng.

Gavin bernafas lega. "Syukurlah. Terus Xio?" katanya.

"Xio juga mama bawa lah. Dia di hotel sama Mbak Elsi"

"Makasih ya ma. Gavin gak mau Stela sampek tau"

"Mama ngerti bang. Mama juga udah putusin kontak supaya Stela gak bisa hubungin kita,"

"Jadi seminggu ini?"

Ajeng mengangguk. "Iya. Stela nyariin kamu terus bahkan hampir tiap hari dateng ke rumah," katanya. "Bahkan Stela sampek minta tolong ke Mang Asep buat hubungin mama. Mama gak tega" lanjut Ajeng.

"Gavin mohon sama mama jangan pernah kasih tahu Stela tentang penyakit Gavin"

"Sampai kapan bang?"

"Sampai Gavin gak ada"

"Bang, abang bakal sembuh. Jangan ngomong gitu,"

"Mungkin" kata Gavin tersenyum tipis.

Ajeng memeluk kepala putra sulungnya dengan sayang. Demi apapun Ajeng sangat menyayangi putranya ini. Dia akan terus berusaha agar putranya sembuh. "Mama panggilin dokter dulu ya" katanya.

*****

"Ma,"

"Enggak!"

"Ma"

"Enggak bang"

"Ma," rengek Gavin kesekian kalinya. Sedari tadi Gavin merengek kepada Ajeng untuk segera membawanya pulang. Ia berkata bahwa dirumah sakit sangat membosankan. Lagipula ia sudah sangat rindu pada kekasihnya. Ia tidak bisa menghubungi gadis itu karena tidak ingin membuatnya khawatir. Setelah sadar dari kritis 2 hari yang lalu. Gavin hanya melakukan video call dengan Elvan dan Angga. Elvan mengatakan bahwa ia sangat merindukan dirinya. Memang terdengar sangat menggelikan tetapi itulah kenyataannya. Tak memungkiri Gavin juga rindu pada kedua teman kampretnya itu.

GAMA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang