Cahaya matahari yang masuk dari dalam celah jendela kamarnya membuat sang empunya menggumam malas. Ditambah dengan suara jam beker yang begitu nyaring.
"5 menit lagi," gumamnya mematikan jam beker di atas nakas. Ia menaikkan selimut sampai menutupi kepalanya.
Gavin membuka matanya didalam selimut. Ia mengerjap pelan. Ia ingat kalau ia ada janji dengan Stela hari ini. Gavin melempar selimutnya sampai terjatuh di lantai. Ia berjalan kearah kamar mandi untuk melaksanakan ritual paginya. Selesai mandi ia bergegas mengganti pakaian nya lalu turun ke bawah untuk sarapan bersama keluarganya.
"Rapi banget bang. Mau kemana?" tanya Indra setelah Gavin bergabung bersama ketiganya dimeja makan.
"Jemput calon mantu pa," jawab Gavin terkekeh. "Makasih ma," kata Gavin pada Ajeng yang telah menyiapkan sarapan nya.
"Anak mu pa dari kemarin nyebut calon mantu mulu," adu Ajeng pada Indra.
"Loh emang bener kok ma calon mantu ini," elak Gavin terkekeh.
"Siapa Vin?" tanya Indra.
"Stela pa. Yang dulu aku ceritain ke papa waktu itu," jelas Gavin.
Indra mengangguk. "Cantik loh ma anaknya baik juga" kata Indra pada istrinya.
"Bawa kesini kalau gitu. Mama mau ketemu," ujar Ajeng semangat.
"Yeee tadi komen waktu Gavin bilang calon mantu. Sekarang semangat" cibir Gavin.
"Mau mama masukin kamu ke perut lagi hah?" kata Ajeng galak.
"Ampun ratu," kata Gavin tertawa. Indra yang melihat pertengkaran kecil antara ibu dan anak itu hanya tertawa kecil. Hal ini yang menjadi pengobat disaat ia lelah dengan pekerjaan nya. Mereka bertiga yang membuat ia kuat. Demi kebahagiaan ketiganya ia rela melakukan apa saja.
"Xio ikut ya bang!" kata Xio yang sedari tadi diam menyimak obrolan ketiga orang dewasa didepannya. "Mau jemput kakak cantik yang waktu itu kan?" tanyanya.
Indra terkekeh Xio sudah mengerti bagaimana wanita cantik. "Kayak ngerti aja kamu cantik itu gimana?" katanya mengusap pelan rambut Xio.
Xio nyengir. "Kak La emang cantik kok pa sama kayak mama,"
"Duh mama jadi malu. Sayang Xio," kata Ajeng pura pura malu.
"Dih kayak ABG aja ma malu malu kayak gitu"
"Udah lah bang kamu berangkat aja sana dari pada ngajak mama ribut mulu" usir Ajeng pada putra sulungnya itu.
"Yaudah Gavin berangkat. Gak usah kangen ya sama Gavin," pamit Gavin terkekeh menyalimi tangan Ajeng dan Indra.
"Gak akan. Palingan juga kamu yang kangen mama"
"Sayang ibu ratu," katanya mencium pipi mamanya agar tidak marah.
"Abang berangkat dulu ya. Xio dirumah aja entar abang bawa kak La kesini," kata Gavin berpamitan pada Xio mencium pelan pipi gembil adiknya.
Xio mengangguk patuh sambil mengangkat kedua jempolnya. "Pinter," kata Gavin.
"Asalamualaikum semua,"
"Waalaikumsalam. Hati hati dijalan bang jangan ngebut!" pesan Ajeng tersenyum. Ia sangat menyayangi putranya itu. Sehari saja tidak ada dia dirumah suasana rumah terasa sangat sepi. Tetapi kalau dia ada ya seperti tadi sering membuat dirinya kesal. Tak apa itulah yang membuat ia amat sangat menyayangi putra sulungnya itu.
*****
Gavin memarkirkan mobilnya di depan rumah Stela setelah tadi satpam membukakan gerbang. Ia berjalan ke pintu depan lalu memencet bel disamping pintu. "Asalamualaikum," salamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GAMA [COMPLETED]
Teen FictionThe Last Love ganti judul "GAMA" Gavin Marcelino yang diam diam mengagumi seorang gadis dari jauh. Hanya berawal dari pertemuan tak terduga langsung membuat dirinya suka. Ralat bukan suka melainkan jatuh cinta pada pandangan pertama. Dan disinilah p...