Gavin melangkahkan kakinya menuju kelas. Satu tangannya ia masukkan kedalam saku celana seragamnya. Tak lupa dengan senyum yang sedari tadi tak pernah luntur menghiasi kedua sudut bibirnya. Sesekali Gavin terkekeh lalu menggelengkan kepala nya sendiri. Entah apa yang membuat Gavin seperti itu. Membuat beberapa siswa yang melewatinya mengernyit heran. Apa Gavin kesambet setan sekolah pagi pagi begini? Sangat tidak mungkin bukan.
"Vin!" panggil Elvan saat Gavin hendak memasuki kelas. Ia berdiri bersandar pada tembok didekat pintu kelas. Memang sedari tadi ia memperhatikan Gavin dari jauh yang tersenyum lebar seperti orang gila.
Gavin tidak menjawab panggilan Elvan. Ia malah mengedipkan satu matanya lalu berjalan memasuki kelas. Membuat Elvan bergedik ngeri. Benar benar sudah gila.
Gavin duduk dibangkunya lalu menopang wajahnya dengan satu tangan. Ia masih tersenyum lebar. Angga yang memang sudah berada di dalam kelas tak kalah herannya melihat Gavin tersenyum begitu lebar. Angga hanya takut kalau sahabatnya ini gila. Siapa lagi yang akan adu waras dengannya kalau Gavin juga ikut gila.
"Kenapa ni anak?" tanya Angga pada Elvan yang berdiri disampingnya.
"Mana gue tau. Nih anak dari tadi senyum mulu,"
"Panas kali,"
Elvan menempelkan telapak tangannya pada dahi Gavin lalu pada dahinya sendiri. Menyamakan suhu badan mereka. "Sama Ngga gak panas" katanya.
"Jangan jangan kesurupan" kata Angga panik. "Ruqyah Van!" lanjutnya mengguncang lengan Elvan.
"Siap laksanakan" kata Elvan. Ia lalu mengambil sebotol air mineral dari dalam tasnya. Elvan memang selalu membawa air dari rumah. Karena kata mamanya air dari rumah lebih sehat. Apa bedanya coba? Padahal air yang dibawa Elvan adalah air yang dibeli mamanya dari toko dan masih disegel.
Mulut Elvan berkomat kamit seperti orang yang sedang membaca mantra. Ia lalu membuka tutup botol meminum air itu sedikit lalu menyemburkan nya didepan wajah Gavin.
"Anjing!" umpat Gavin mengusap kasar wajahnya.
"Alhamdulillah ya Allah temen Elpan akhirnya sadar," kata Elvan mengangkat kedua tangannya didepan wajah, berdoa.
"Gapin gak jadi gila ya Allah," sambung Angga yang mengikuti gerakan Elvan.
"Ngapain lo sembur gue bego?" tanyanya menatap Elvan marah.
"Kata Angga lo kesurupan" jawab Elvan polos.
"Siapa yang kesurupan anjir," kata Gavin frustasi.
"Lah lo gak kesurupan?" tanya Elvan cengo.
"ENGGAK GOBLOK!" jawab Gavin ngegas.
"Buset dah! Salah lagi gue," kata Elvan menggaruk rambutnya bingung. "Lo sih!" lanjutnya menyalahkan Angga.
"Lah kok gue?" tanya Angga bingung.
"Lo yang nyuruh gue ngeruqyah Gavin"
"Gue gak nyuruh lo nyembur Gavin pakek air"
"Tapi lo-"
"Diem gak!" suruh Gavin marah.
"Iyee maap" kata Elvan dan Angga kompak.
"Abisnya dari tadi lo senyum senyum sendiri. Sampek dilihatin anak anak di koridor" ungkap Elvan.
Gavin melebarkan senyumnya kembali. Teringat kepada hal yang membuatnya tak menghentikan senyumnya sedari tadi. Elvan dan Angga yang melihat Gavin kembali tersenyum pun mengernyit bingung. Nah kan kumat lagi.
"Kayaknya lo bener bener kesurupan,"
Gavin berdecak malas. "Enggak njir,"
"Terus kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
GAMA [COMPLETED]
Teen FictionThe Last Love ganti judul "GAMA" Gavin Marcelino yang diam diam mengagumi seorang gadis dari jauh. Hanya berawal dari pertemuan tak terduga langsung membuat dirinya suka. Ralat bukan suka melainkan jatuh cinta pada pandangan pertama. Dan disinilah p...