SMA Merdeka merayakan kelulusan angkatan 12 dengan sangat meriah. Semua siswa siswi dari berbagai angkatan ikut merayakan acara tersebut. Gavin dan Stela berada ditengah lautan siswa yang sedang sibuk mencoret baju bergantian dengan teman temannya yang lain.
Gavin tersenyum merangkul pundak Stela. "Kamu jaga diri ya disini," katanya.
Stela mendongak menatap Gavin yang lebih tinggi darinya keningnya berkerut dalam. "Vin! Kamu cuma udah gak sekolah disini aja. Kenapa ngomongnya seakan akan kamu mau pergi jauh dari aku sih" katanya.
"Enggak kok" kata Gavin menggeleng. "Tanda tangan gih!" lanjutnya menyerahkan sebuah spidol hitam pada Stela.
"Dimana?"
"Disini," jawab Gavin menunjuk dada kirinya yang memang sengaja dikosongkan dari berbagai macam coretan agar Stela bisa tanda tangan disana.
Stela tersenyum lantas membubuhkan tanda tangan nya disana. Tak lupa dengan gambar hati disebelah tulisannya. "Selesai!" katanya menepuk pelan dada kiri Gavin.
Gavin menahan tangan Stela saat gadis itu ingin menarik tangannya kembali. Stela mendongak. "Bisa rasain detak jantung aku?" tanyanya.
Stela mengangguk. "Kok cepet? Kamu deg deg an ya?" tanyanya bingung.
Gavin menggeleng. "Perlu kamu tahu. Disetiap detak jantungku aku selalu berdoa agar kamu tetap bahagia" katanya.
"Aku bahagia kok bahagia banget malah"
"Terus bahagia ya jangan pernah bersedih apalagi menangis"
"Aku akan terus bahagia jika aku sama kamu"
Gavin tersenyum ia mengusap lembut rambut Stela. "Pasti," katanya. Dan tanpa Stela sadari Gavin terlihat lebih pucat dari biasanya. Ia menahan mati matian nyeri yang terasa di dadanya agar gadisnya tak pernah tahu rasa sakitnya.
Malam harinya dihalaman rumah Gavin diadakan pesta Barbeque kecil kecilan untuk merayakan kelulusan Gavin beserta teman temannya. Yang diundang tentu hanya ketiga teman Gavin dan teman dekat Stela. Mereka berbagi tugas dengan Gavin dan Stela dibantu Rizal memanggang daging. Kia, Elvan, dan Meva menyiapkan camilan dimeja. Sedangkan Angga dan Tari bertugas menyiapkan bumbu karena Tari yang lumayan handal dalam bidang memasak daripada ketiga gadis lainnya.
"Gimana kak?" tanya Tari yang menunggu penilaian Angga terhadap sambal yang dibuatnya.
Angga berfikir sejenak sambil mencecap sambal yang tadi dicoleknya. "Ehmm enak pedasnya pas gak terlalu manis juga," katanya.
Tari tersenyum. "Udah siap nih kak," katanya.
"Jadi pengen nikahin," celetuk Angga.
"Hah?"
"Ehh nggak nggak. Yaudah kita bawa kesana" kata Angga mengangkat cobek sambal.
"Huek masih mentah ishhh" kata Stela yang menerima suapan daging dari Gavin lantas memuntahkannya.
Gavin terkekeh geli. "Lagian mangap mangap aja" katanya.
"Kamu nyuruh aku nyicipin ya" delik Stela kesal.
"Aku cuma bilang sama kamu mau gak. Kamu bilang mau yaudah aku suapin," balas Gavin tertawa.
Stela mencubit pinggang Gavin gemas. "Jadi salah aku gitu," katanya berkacak pinggang galak.
Gavin malah mengeraskan tawanya melihat ekspresi gadisnya yang menurutnya sangat lucu dimatanya. Ia membayangkan gadisnya berkacak pinggang dengan perut yang membesar. Hamil. Pasti lucu sekali.
"Kenapa ketawa hah?" kata Stela.
"Lucu aja. Apalagi kalo perut kamu tekdung" kata Gavin membuat bulatan dengan tangannya didepan perutnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
GAMA [COMPLETED]
Teen FictionThe Last Love ganti judul "GAMA" Gavin Marcelino yang diam diam mengagumi seorang gadis dari jauh. Hanya berawal dari pertemuan tak terduga langsung membuat dirinya suka. Ralat bukan suka melainkan jatuh cinta pada pandangan pertama. Dan disinilah p...