19. Nobar

49 9 0
                                    

Hari demi hari Gavin dan Stela semakin dekat. Gavin juga sering membawa Stela pergi jalan jalan bahkan ke tempat tongkrongan bersama teman temannya. Hari ini Gavin berencana mengajak Stela menonton pertandingan tim sepak bola kesayangan nya di stadion. Ia bersiap siap untuk menjemput gadis itu. Dia memakai kaos tim kebanggaan nya dilapisi hoodie warna abu abu dengan bawahan celana hitam jeans. Tak lupa memakai topi warna hitam. Gavin menuruni anak tangga sambil bersiul ria memutar mutar kunci mobil di telunjuk tangan kanannya.

"Mau kemana bang?" tanya Indra yang sedang membaca koran di ruang tamu.

Gavin menoleh menghampiri papa nya sebentar. "Nonton sepak bola pa,"

"Sama siapa? Girang banget,"

"Stela dong" kata Gavin cengengesan.

"Ngajak jalan terus nggak pacaran," cibir Indra.

Gavin mendelik. Apa apaan papanya ini kenapa sama seperti mamanya yang juga gencar menanyakan kapan ia pacaran dengan Stela. "Digantung mulu kayak jemuran," lanjut Indra lagi.

"Gavin gak gantungin Stela pa. Orang dia masih ada dirumahnya" elak Gavin.

Indra mendengus malas. "Bukan gitu maksud papa"

"Terus?" tanya Gavin polos.

"Kamu ngerti maksud papa Vin" kata Indra. "Ungkapin kalau kamu suka. Papa sama mama pasti dukung kamu. Gak usah nunggu lama lama keburu dia diambil orang lagi kamu yang nangis" lanjutnya.

Gavin menatap papanya dengan pandangan terluka. "Pa yang papa lakuin sama Gavin itu jahat," katanya memegang dadanya sendiri seolah olah ia tersakiti.

"Lebay!" ejek papanya.

Gavin terkekeh. "Gavin juga lagi usaha" katanya.

"Halah usaha apa kamu,"

"Buat anak"

"Gundulmu!"

"Astaghfirullah kasar" kata Gavin tertawa.

Indra menggeleng heran. Nyidam apa Ajeng sampai sampai melahirkan anak seperti Gavin. Tingkahnya sungguh ajaib. Apa karena adonan yang mereka buat dulu tidak bagus? Astaghfirullah. "Sebelum tahun baru kakek nenek sama keluarga dari Yogya mau dateng kesini. Kamu kenalin ke mereka kalau kamu serius," kata Indra membuka korannya kembali.

"Langsung nikahin ya pa!"

"Sekolah masih bolos sok sok an mau nikahin anak orang"

"Papa sebenarnya dukung Gavin gak sih?" tanya Gavin frustasi. Tadi Indra menyuruhnya untuk segera menembak Stela tetapi ia meminta untuk menikah malah tidak boleh. Jadi apa mau papanya ini.

"Tapi gak langsung nikah juga. Kerja dulu yang bener," kata Indra kesal.

"Bilang dong" kata Gavin nyengir.

"Berangkat sana!" usir Indra.

"Ya Allah Gavin jadi lupa kan," kata Gavin histeris menepuk pelan dahinya dan berlari keluar rumah untuk menjemput Stela. Indra hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah putranya itu.

*****

"Asalamualaikum om tante," salam Gavin menyalimi tangan Ardi dan Arini bergantian.

"Waalaikumsalam. Duduk Vin!" balas Arini.

"Lama gak dateng kesini Vin," gurau Ardi. Karena kenyataan nya Gavin hampir setiap hari ke rumah Stela. Walaupun hanya sampai didepan gerbang saja. Meski Gavin tidak masuk ke rumah tetapi Ardi tau bahwa pemuda ini sering kesini hanya untuk sekedar mengantar atau menjemput Stela.

GAMA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang