Gavin berlari menyusuri koridor kampus. Matanya meneliti setiap sudut mencari keberadaan Stela.
"Kalian lihat Stela gak?" tanya Gavin pada mahasiswi didepan taman.
"Gue gak lihat."
Gavin mengacak rambutnya kasar. "ARGHHH!!" katanya memukul tembok yang berada didekatnya. Takut dengan respon Gavin mahasiswi itu segera pergi dari hadapannya.
"GAVIN!" panggil Elvan berlari menyusul Gavin bersama Angga.
"Gue udah cari kemana mana gak ketemu." kata Angga.
"Sama! Udah dari ujung ke ujung tetep gak nemu Stela dimana." kata Elvan.
Gavin berjongkok. Memukulkan kepalanya sendiri ditembok belakangnya. "Goblok goblok!" makinya pada dirinya sendiri.
"Tenang Vin lo tenang dulu." kata Angga menepuk pelan pundak Gavin.
Tari dan Kia datang dari arah timur. Mereka mengatur nafas sesampainya didepan Angga. "Aku sama Kia udah keliling kampus. Stela gak ada." kata Tari lalu meneguk air minum yang dipegangnya.
"Sumpah deh! Stela gak ada dibagian manapun." lanjut Kia ngos-ngosan. Elvan yang peka menepuk pelan punggungnya dan mengusap keringat dikening gadisnya.
"Terus Stela dimana?" kata Gavin keras.
"Kalem Vin!" kata Elvan. "Kita mikir dulu kira kira Stela bakal kemana." lanjutnya.
"Coba deh kalian inget inget biasanya Stela kemana." kata Angga pada Tari dan Kia.
"Udah! Udah aku datengin semuanya Stela gak ada!" jawab Tari.
"Apa mungkin Stela pulang?"
"Enggak. Mobilnya aja masih diparkiran."
"Duh kemana ya!" kata Kia berfikir. Sepatunya mengetuk ke lantai koridor berusaha mengingat tempat mana yang akan didatangi Stela disaat seperti ini.
"Ahhh gue tahu! Rooftop!" teriak Kia. "Pasti Stela ke rooftop!" lanjutnya senang.
Gavin dengan cepat berlari ke arah rooftop. Ia harus segera menemui Stela dan menjelaskan semuanya.
"Vin tunggu!" teriak Elvan berniat menyusul Gavin.
Angga menahan pundak Elvan. Ia menggelengkan kepalanya. "Tunggu sini aja biarin Gavin sendiri!" katanya. Elvan yang mengerti hanya mengangguk.
*******
Dengan perlahan Gavin membuka pintu rooftop. Ia melangkahkan kaki masuk. Tepat didepan sana ia melihat gadis yang sangat ia kenali. Gadis itu duduk dipinggiran rooftop memandang luasnya ibukota Bandung dari atas sana.
Gavin menghela nafas berat. Pelan namun pasti langkah kakinya membawa ia mendekat pada Stela. "La!" panggilnya.
Stela tak menoleh membuat Gavin berniat mendekat ingin menyentuh pundaknya. "Diem disitu Vin!" kata Stela lirih. Meskipun angin di rooftop cukup kuat Gavin bisa mendengar perkataan gadis itu dengan jelas.
Gavin mundur selangkah. "Dengerin aku dulu La!" katanya.
"Gak ada yang perlu dijelasin lagi!"
"Kamu harus tahu alasan kenapa aku pergi!"
"Buat apa Vin buat apa aku tahu!" teriak Stela. Gadis itu menoleh membuat Gavin bisa melihat dengan jelas keadaan gadis itu. Kedua matanya sembab dengan bekas air mata dipipi cantiknya.
Stela berjalan mendekati Gavin. "Dua tahun kamu pergi tanpa kabar. Dan sekarang kamu balik dengan seenaknya kayak gini!" katanya.
"Kamu anggep aku apa sih Vin? Apa aku gak sepenting itu buat kamu?"
"Bukan sekali dua kali kamu kayak gini Vin. Aku bener bener kecewa sama kamu!" kata Stela. Ia kembali menangis.
Gavin terdiam membiarkan gadis itu mengeluarkan semua rasa yang ada dihatinya.
"AKU KAYAK ORANG BODOH YANG SETIAP MALAM SELALU NANGISIN ORANG YANG GAK PERNAH NGANGGEP AKU PENTING DIHIDUPNYA!"
"KAMU JAHAT VIN! JAHAT BANGET TAHU! AKU BENCI SAMA KAMU!!" kata Stela terisak memukul dada Gavin.
Gavin merengkuh tubuh Stela kedalam pelukannya. Gadis itu terus memberontak meminta Gavin untuk melepaskannya. Tetapi Gavin seolah tuli. Ia semakin erat memeluk gadis itu.
"Maafin aku La!" kata Gavin menangis.
Sungguh Stela juga sangat merindukan Gavin. Tetapi sakit dihatinya tak mampu ia tahan.
Cukup lama keduanya berpelukan Gavin perlahan melepaskan pelukanya. Ia mengusap matanya. "Kamu penting buat aku La! Kamu sangat penting di hidupku!" katanya.
"Aku pergi bukan karena aku gak sayang sama kamu. Tapi aku emang harus ngelakuin itu."
"Aku pergi buat berobat La." lirih Gavin. "Butuh waktu bertahun tahun buat aku bisa yakin untuk ngelakuin pengobatan disana." lanjutnya.
"Itu semua aku lakuin supaya kita bisa selalu sama sama."
"Kenapa kamu gak bilang ke aku?" tanya Stela.
"Aku gak mau kamu berharap La. Aku takut. Aku takut kalau aku gagal kamu bakalan sedih."
"Tapi disini aku udah sedih Vin! Dengan kamu pergi tanpa bilang apapun itu udah buat aku sedih!"
"Aku minta maaf La! Tolong maafin aku!" kata Gavin memegang tangan Stela.
Stela menarik tangannya dan melangkah mundur. "Cukup Vin!" katanya.
Gavin tersentak kaget. "Maksud kamu?" tanyanya.
"Aku rasa kita udah gak bisa sama sama lagi."
Tenggorokan Gavin terasa tercekat. Apa yang ia dengar tadi. Ia pasti salah dengar kan? Demi tuhan Gavin lebih takut Stela meninggalkan nya daripada ia harus mati karena penyakitnya.
"Aku mau putus!" kata Stela lirih. Ia menunduk menyembunyikan air matanya yang kembali menetes.
"Enggak!" kata Gavin menggeleng. "Kamu bercanda kan La!" lanjutnya. Mata Gavin memanas. Ia berusaha meraih lengan Stela.
Gavin terkekeh kecil. "Kamu pasti ngerjain aku kan La! Gak mungkin kamu minta putus." katanya.
"Kita bisa sama sama kayak dulu lagi."
"Aku udah sembuh La. Aku bakalan terus disini sama kamu."
"Ini kan yang kamu mau. Kamu mau aku sembuh kan La? Sekarang aku udah sembuh!"
"Jadi tolong tarik ucapan kamu tadi." kata Gavin menggoyang pelan pundak Stela.
Stela terisak. "Aku gak bisa Vin!" katanya.
"Buat apa kita bareng kalau kita gak bisa saling terbuka?" lanjutnya menatap Gavin."Aku cuma gak mau nyakitin kamu La. Aku minta maaf. Kita perbaiki lagi ya!" mohon Gavin.
Stela menggelengkan kepalanya. Ia melepaskan tangan Gavin lalu menggenggam nya. "Aku udah maafin kamu." katanya tersenyum kecil. "Terimakasih kamu selalu mentingin aku. Tapi maaf kita sendiri sendiri dulu ya Vin!" lanjutnya.
Gavin menggeleng kuat. Ia menggenggam tangan Stela erat. Air mata membasahi pipi Gavin tanpa permisi. "Please La tarik ucapan kamu!" lirihnya.
Stela melepaskan tangan Gavin lalu berjalan menjauh meninggalkan Gavin seorang diri dibawah langit senja sore ini. Ia menautkan kedua tangannya. Semoga keputusan yang ia ambil benar. Stela harus melepaskan Gavin. Dengan begini keduanya tidak akan merasakan sakit lagi. "Maaf Gavin! Selamat tinggal!" katanya dalam hati.
~End~
*******
Gimana endingnya? Suka gak?
Haha aku harap kalian suka sama endingnya yaaa
Karena aku tim SAD ENDING hihi🤪Bandung, 1 Oktober 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
GAMA [COMPLETED]
Teen FictionThe Last Love ganti judul "GAMA" Gavin Marcelino yang diam diam mengagumi seorang gadis dari jauh. Hanya berawal dari pertemuan tak terduga langsung membuat dirinya suka. Ralat bukan suka melainkan jatuh cinta pada pandangan pertama. Dan disinilah p...