36. Dimana?

54 7 0
                                    

Stela terbangun dari tidurnya. Keringat dingin mengucur di pelipisnya. Ia melihat sekeliling kamarnya yang masih tertutup gorden. Sama seperti semalam saat ia memejamkan mata. Ia menghembuskan nafas lega. Syukurlah tadi itu hanya mimpi. Tadi ia bermimpi Gavin meninggalkan nya.

Stela tersentak. Gavin tidak ada dikamarnya. Seingatnya pemuda itu menemaninya tidur semalam. Lalu bagaimana jika mimpinya tadi benar benar terjadi. Sejurus kemudian ia melompat dari tempat tidurnya. Ia menuruni tangga dengan tergesa gesa lalu membuka pintu utama.

"Dek! Mau kemana?" teriak Arini. Bahkan Stela tak menanggapi teriakan bundanya.

Stela mengendarai motornya dengan ugal ugalan. Jalanan yang lenggang membuatnya lebih leluasa menyalip kendaraan didepannya. Ia harus cepat sampai rumah Gavin. Ia takut jika pemuda itu benar meninggalkannya.

Stela sampai dirumah Gavin. Gadis itu segera memarkirkan motornya. Lalu berlari kecil ke arah gerbang. Terkunci. "Gavin!" teriaknya.

"Gavin buka! Gavin!" tetap tak ada balasan. Ia mengedarkan pandangannya ke sekitar. Sepi. Tak ada siapapun yang bisa ia tanyai dimana Gavin dan keluarganya berada. Lidahnya terasa kelu saat netranya menangkap sebuah tulisan ditembok pagar. Disana tertulis 'RUMAH INI DIJUAL'.

Stela menggelengkan kepalanya pelan. Tidak. Tidak mungkin Gavin meninggalkannya. Semalam pemuda itu berjanji tak akan meninggalkannya. Pasti pemuda itu ada didalam. "Gavin! Keluar Vin ini aku Stela!" teriak Stela sambil terus berusaha membuka pagar yang terkunci.

"Gavin kamu dimana? Tolong buka pagarnya aku diluar Vin. Gavin!"

"Vin buka!" kata Stela yang telah berjongkok bersandar pada gerbang di belakangnya sambil mengetuk pintu gerbang dengan pelan.

Seorang ibu ibu yang hendak berbelanja sayur didepan komplek mengerutkan keningnya heran saat melihat Stela yang berjongkok didepan gerbang rumah Gavin. "Dek kamu ngapain disitu?" tanya ibu itu mendekati Stela.

Stela mendongakkan kepalanya. "Bu! Ibu tau dimana pemilik rumah ini?" tanyanya berdiri.

"Pak Indra ya?" kata ibu itu. Stela mengangguk.

"Pak Indra dan keluarganya sudah pindah dari rumah ini dek."

Stela terkejut. "Pindah kemana bu? Ka-kapan?" tanyanya.

"Tadi pagi. Kalau pindah kemana nya ibu gak tau karena Pak Indra gak bilang apa apa."

Tubuh gadis itu bergetar. Stela memundurkan langkahnya perlahan. Bahkan kedua kakinya tak sanggup menahan beban tubuhnya sendiri. Ia terduduk lemas dan menatap kosong jalanan. Kedua matanya berkaca kaca. Gavin pindah tanpa mengatakan apapun padanya. Seolah banyak pertanyaan yang berada dikepalanya. Ia mulai terisak pelan sambil menutup wajahnya dengan telapak tangan dan terus menggelengkan kepalanya berulang kali.

"Dek kamu gak apa apa?" tanya ibu itu memegang pundak Stela prihatin. Pasalnya Stela hanya mengenakan piyama tidur dan bertelanjang kaki. Bahkan rambut gadis itu sudah tak karuan bentuknya. Ditambah lagi Stela yang menangis terisak sekarang ini.

"Ma-makasih ya bu. Saya gak apa apa." balas Stela terbata dan tersenyum tipis. Rasanya bicara pun susah. Hatinya terlalu sakit mengetahui bahwa Gavin pergi kedua kalinya tanpa pamit kepadanya.

"Kalau begitu ibu tinggal dulu dek. Kamu segera pulang." pamit ibu itu lalu meninggalkan Stela sendiri.

"Kamu kemana Vin? Kenapa kamu pergi. Padahal kamu udah janji gak akan tinggalin aku. Tapi sekarang kenapa kamu ingkar janji," lirih Stela terisak.


*****


"Kak Elvan!"

Elvan menoleh mengangkat alisnya bingung. Pemuda itu bersandar pada pintu mobil menunggu Kia keluar dari sekolah. "Kenapa La?" tanyanya.

GAMA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang