Ayla tak dapat lagi membendung rasa keingintahuannya, terlebih saat ia mendapat fakta bahwa pada kenyataannya ia mengenal baik sosok yang tengah ia cari. Hal itu membuat Ayla memutuskan untuk segera menemui orang itu meski Ayla hanya punya waktu setengah jam sebelum ia harus pergi bekerja.
Ragu sempat melingkupi hati gadis berwajah manis itu. Ia hanya mengantongi satu bukti. Namun bukti tersebut dirasa cukup kuat. Kebenaran tentang hidupnya harus segera ia kuak, dan untuk saat ini hanyalah orang yang ada dalam foto tersebut yang dapat ia andalkan. Entah bagaimana hasilnya nanti, yang terpenting sekarang adalah berusaha.
Berbekal informasi dari bagian Administrasi kampus, Ayla menemukan alamat yang tertera dalam secarik kertas yang diberikan oleh petugas Administrasi. Tak begitu sulit menemukan rumah tersebut, nyatanya hampir setiap hari ia melalui rumah itu kala ia hendak berangkat ke kampus atau ke tempat kerja. Bisa diartikan bahwa alamat yang ditujunya tak jauh dari tempat Ayla tinggal.
Seorang wanita berusia sekitar tiga puluh tahun-an yang sedang menyapu halaman menjadi pemandangan pertama yang tertangkap netra Ayla. Pagar besi menjulang sekitar dua meter yang menjadi pelindung rumah di dalamnya terbuka sekitar satu jengkal.
"Permisi!" Sopannya berhasil membuat wanita di sana mengalihkan perhatian pada Ayla.
Tak menjawab, wanita itu meletakan alat kerjanya lalu melenggang menghampiri Ayla.
"Saya ingin bertemu dengan Lee Kwangmin kyosu-nim. Saya mahasiswinya." Terang Ayla pada wanita yang mungkin harus ia panggil ahjumma.
"Baiklah, mari masuk!" Ucap ahjumma tersebut dengan ramah sembari mempersilakan Ayla untuk masuk.
Setelah mengucapkan terimakasih, Ayla melangkah, mengekori ahjumma tadi yang membawanya ke ruang tamu di rumah tersebut.
"Silakan duduk dulu. Biar saya panggilkan Tuan Lee."
Ayla mengangguk kemudian menempatkan tubuhnya di salah satu sofa berwarna gelap yang disediakan di ruangan bernuansa klasik itu. Mengedarkan pandangannya, Ayla sama sekali tak menemukan foto diri atau keluarga yang umumnya menghiasi ruang tamu sebagai tanda kepemilikan rumah. Sekilas Ayla teringat seliweran gosip-gosip mahasiswi kampusnya yang berkata bahwa Profesor Lee adalah satu-satunya dosen yang belum berkeluarga. Ah, tolong lupakan, sejak kapan Ayla peduli dengan gosip-gosip kurang penting seperti itu?
Tak lama Ayla menunggu, Profesor Lee menghampirinya. "Annyeong, Ayla."
Ayla berkedip menyadari kehadiran sang tuan rumah, lalu bangkit dari duduknya. "Oh, Annyeonghasimnikka, kyosu-nim!" Sapa-nya sembari membuat gerakan membungkuk sopan.
Pria paruhbaya tersebut tersenyum ramah kemudian mengisyaratkan pada Ayla untuk kembali duduk. Sedang dirinya juga mengambil posisi duduk berhadapan dengan Ayla.
"Ada keperluan apa anda kemari, Ayla?"
Pertanyaan pembuka sederhana yang sangat biasa itu membuat bibir Ayla terkatup gugup, tangannya meremat ujung kemeja yang dikenakannya. Ia tak tahu harus memulai dari mana. Lebih parahnya, otaknya malah berdebat mengatakan bahwa mungkin lain hari saja ia akan mengatakan hal penting tersebut, sungguh, dirinya belum siap.
"Em.. begini, sebelumnya saya minta maaf jika kedatangan saya mengganggu waktu anda. Namun, ada beberapa hal yang ingin saya tanyakan. Tapi, ini di luar masalah perkuliahan." Buka Ayla sedikit terbata. Rasa penasaran yang terlanjur membuncah akhirnya memenangkan perdebatan dengan logikanya.
"Oh, silakan. Apa yang ingin anda tanyakan?"
Ayla menggigit pelan bibir bawahnya, berusaha menetralkan perasaannya, sedang bagian dalam kepalanya berusaha merangkai kalimat yang hendak ia ucapkan pada pria pengajar di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Strange Love [TAMAT] ✔
FanfictionBagaimana jika lembaran kisah manis yang mereka jalin merupakan sebuah kesalahan besar?