"Kau serius? Tapi tidak mudah untuk akses ke ruang pemantauan CCTV." Ucap Hani dengan wajah khawatirnya.
"Tapi tidak ada cara lain, Hani-ya. Aku harus menemukan siapa pelakunya. Aku khawatir jika dibiarkan, hal itu akan kembali terjadi." Tegas Ayla, membuat Hani tak dapat berkilah lagi.
Sejenak mereka terdiam, Ayla dan Hani sibuk dengan fikiran masing-masing hingga suara yang tak asing melenyapkan kesunyian yang berlangsung beberapa detik itu. "Ayla hoobae-nim! Aku sangat terkejut melihat namamu tak tercantum dalam list pengumpulan tugas kemarin. Kau dalam bahaya." Wajah terkejut sekaligus khawatir ditunjukan seorang sunbae berwajah cantik tersebut.
Ayla dan Hani bangkit dari posisi duduknya menyambut Nara dan dua orang temannya yang sudah berdiri tepat di hadapan mereka.
Ayla menggerakan kakinya, maju satu langkah semakin dekat dengan tubuh jangkung Nara. "Gwaenchana, sunbae-nim. Aku akan segera menemukan pelakunya."
"Woaaa hoobae-nim, ada apa dengan tatapanmu itu? Tatapan matamu seakan menuduhku bahwa aku-lah pelakunya." Nara tertawa tak percaya saat menyadari netra milik Ayla menusuk netranya dalam-dalam.
"Apa kau merasa seperti itu? Apa kau merasa bahwa kaulah pelakunya sunbae-nim?" Tanya Ayla dengan wajah dinginnya.
"Whatever. Silakan buktikan jika memang kau menuduhku bahwa akulah pelakunya!" Gadis terkenal itu memilih berlalu dari sana diikuti oleh dua orang teman yang selalu setia mengekorinya.
Hani yang membisu untuk beberapa saat tadi, mengguncangkan tubuh Ayla. "Ada apa Ayla-ya? Jelas-jelas bukan Nara sunbae pelakunya. Tak mungkin kan?"
"Kau hanya tidak tahu tentang dirinya, Hani-ya."
¤¤¤¤¤
"Saya tidak bisa memberi izin kepada sembarang orang. Apalagi kalian hanyalah mahasiswa di sini." Tegas seorang penjaga ruangan pemantauan CCTV sembari menyilangkan tangannya di dada.
"Ahjussi, aku mohon. Ini menyangkut nilaiku. Aku yakin ada seseorang yang mengambil tugas riset milikku dan sengaja ingin menghancurkan nilaiku." Mohon Ayla.
Petugas dengan nametag Im Yongjae itu terkekeh. "Hanya tugas harian. Kau bisa memperbaikinya daehaksaeng-nim! Jangan terlalu berlebihan! Tidak perlu merepotkan dirimu seakan kau adalah seorang detektif yang tengah memecahkan kasus besar."
(Note : 대학생 / daehaksaeng = sebutan 'mahasiswa' dalam bahasa Korea)
"Yak ahjussi!" Suara lantang Hani menginterupsi saat Ayla hendak membuka kembali mulutnya. "Lebih baik ahjussi tak usah bicara panjang jika ahjussi tidak tahu yang sesungguhnya terjadi. Temanku, Ayla, dia jauh-jauh datang dari Indonesia kemari untuk membuat orangtuanya bangga, dia ingin mempertahankan beasiswanya. Dan apa tadi ahjussi bilang? Hanya tugas harian? Dapat diperbaiki? Woaa ahjussi jangan asal menerka! Satu kali lagi temanku diperlakukan seperti ini, maka mata kuliahnya tak akan selamat, ia harus mengulang mata kuliah dan surat peringatan akan dilayangkan. Artinya apa? Beasiswanya terancam, ahjussi. Dan apa yang akan terjadi? Orangtuanya akan kecewa, mungkin saja akan menganggap temanku ini tak berguna. Jika sudah seperti itu, apa ahjussi takan merasa bersalah? Bersalah karena ahjussi menghalangi perjuangan Ayla. Kau tahu ahjussi, hidupnya sangat perih." Jelas Hani begitu panjang dengan emosi dan ekspresi yang dibuat-buat seakan ia sedang memerankan sebuah episode di drama Korea.
Im ahjussi mendengus kesal. "Kalian memang keras kepala. Ya sudah, lima belas menit!" Tegasnya. Tangannya bergerak memberi isyarat untuk mempersilakan Ayla dan Hani masuk ruang kerjanya dengan terpaksa. Sedangkan ia memilih mengawasi dari luar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Strange Love [TAMAT] ✔
FanfictionBagaimana jika lembaran kisah manis yang mereka jalin merupakan sebuah kesalahan besar?