Bagian 29

14 4 0
                                    

Satu kotak kardus berukuran sedang yang semula kosong, kini telah terisi setengahnya. Ayla kembali meletakan beberapa buku di sana membuat isi di dalamnya kembali bertambah.

Hari ini, ia berjanji pada salah satu temannya, Ama, untuk menyumbangkan beberapa pakaian dan buku-buku bekas yang ia miliki pada anak-anak di panti asuhan milik kedua orangtua Ama.

Ayla melacak ke laci yang berada di bagian bawah lemari pakaiannya, barangkali ada benda yang bisa disumbangkan di dalam sana.

Alih-alih menemukan buku bekas, Ayla malah mendapati sebuah buku dengan hardcover bergambar kartun favoritnya yang tergeletak di bagian paling ujung laci yang begitu menarik perhatiannya. Tentu ia masih ingat, buku itu adalah buku hariannya saat ia masih duduk di bangku Sekolah Dasar.

Senyum geli terukir di bibir Ayla saat membaca tulisan khas siswa Sekolah Dasar memenuhi hampir seluruh isi buku.

Sampai di halaman terakhir, perhatian Ayla tertuju pada selembar foto yang terselip di halaman itu. Foto sang ibu yang masih muda. Ayla masih ingat betul saat ia masih di Sekolah Dasar, ia meminta foto itu dari ibunya karena menurutnya sang ibu terlihat sangat cantik dalam foto tersebut, dan dengan senang hati ibunya memberikan foto itu pada Ayla kecil yang kemudian ia selipkan di buku harian miliknya, buku yang setiap malam ia isi dengan cerita-cerita menarik yang terjadi pada hari itu.

Dahi Ayla tiba-tiba mengernyit kala memperhatikan seragam yang dipakai ibunya dalam foto tersebut. "Kayak pernah liat." Fikirannya mencoba mengingat sesuatu.

Kegiatan mengingat Ayla sayangnya harus buyar karena ponselnya tiba-tiba berdering. Ayla mengerjap, bangkit kemudian meraih ponsel yang ia letakan di atas tempat tidurnya tersebut.

"Ya, Ama?" Sambut Ayla sesaat setelah menerima panggilan di ponselnya.

......

"Jadi, qoq. Sebentar lagi aku berangkat."

¤¤¤¤¤¤

"Kamu mau langsung pulang, Ay?"

Ayla mengangguk yakin. "Iya."

"Padahal aku masih pengen ngobrol sama kamu. Udah lama kita gak ngobrol-ngobrol."

"Mungkin lain kali, ya. Aku juga sebenernya masih pengen ngobrol. Tapi, ada yang harus aku kerjakan di rumah." Sesal Ayla membuat lawan bicaranya mengangguk pasrah.

"Sekali lagi makasih banyak buat sumbangannya, ya?"

"Sama-sama. Kalau gitu, aku pamit, ya?"

"Aku antar sampai depan, Ay." Tawarnya yang lalu disetujui oleh Ayla.

Mereka berdua kemudian melangkah beriringan menuju gerbang keluar, menyusuri lorong, ruangan-ruangan, dan halaman belakang yang penuh dengan anak-anak, disambil dengan bicang-bincang ringan di antara keduanya.

"Ama, mereka semua ceria, ya?" Lontar Ayla pada seorang gadis yang berjalan di sampingnya itu. Pandangannya tak lepas dari anak-anak yang dengan riang gembira bermain di halaman belakang panti asuhan. "Padahal, mereka semua sudah gak punya orangtua." Lanjutnya kemudian.

"Ya. Mereka anak-anak yang kuat dan hebat, Ay."

"Melihat mereka, aku jadi semakin kuat. Aku harusnya lebih bersyukur karena waktu aku di usia mereka, masih ada ibu yang selalu dampingin aku."

Langkah Ama terhenti membuat langkah Ayla secara otomatis ikut terhenti. "Kamu yang sabar ya, Ay. Aku yakin kamu bisa menghadapi ini semua. Jangan kalah sama anak-anak di sini." Ucap Ama dengan nada bercanda di kalimat akhirnya.

Strange Love [TAMAT] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang