Hyungwon mengerjap, mendapati dirinya terbaring di antara kedua orangtuanya. Ia mengulum senyuman kecil, mengingat sudah lama ia tak merasakan kehangatan tidur bersama kedua orang yang sangat berarti dalam hidupnya tersebut. Hal yang paling Hyungwon rindukan sejak kepergiannya mengejar impian ke ibu kota. Pasalnya, saat sakit adalah saatnya ia bermanja ria, di mana ia akan meminta kedua orangtuanya untuk tidur bersamanya, bahkan saat usianya sudah menginjak kepala 2, kebiasaan tersebut masih melekat dalam dirinya.
Tenggorokan Hyungwon terasa kering dan nyeri, jika diingat lagi, ia belum minum air sejak pulang dari rumah sakit tadi sore. Pria bermarga Chae tersebut lalu membangkitkan tubuhnya untuk kemudian menuruni ranjang dengan hati-hati, tak ingin membangunkan kedua orangtuanya yang nampak kelelahan dalam tidur lelap mereka.
Sebelum berlalu dari kamar, Hyungwon melirik jam weker hitam di atas nakas, jarum-jarumnya menunjukan pukul sepuluh lewat lima menit. Rupanya, ia hanya tertidur kurang dari 1 jam.
Hyungwon hendak segera berlalu sebelum pandangannya tak sengaja menabrak salah satu objek yang bersandar di kaki nakasnya. Pemuda Chae itu lalu melangkah, meraih benda berkantung itu dengan kedua tangannya. Bobotnya tak begitu berat, dengan hanya menggenggamnya saja, Hyungwon bisa tahu bahwa di dalamnya terdapat beberapa buah buku. Hyungwon tentu tahu siapa pemilik tas punggung berwarna kelam tersebut, beberapa kali sang pemilik menggunakan benda itu ketika bertemu dengannya. Ayla, gadis itu pasti sangat terburu, hingga ia tak sengaja meninggalkan tas punggungnya di sana.
¤¤¤¤¤¤
Mengingat petuah-petuah yang telah ibunya sampaikan sebelum ia terlelap tadi, Hyungwon memberanikan diri untuk menemui Ayla saat itu juga dengan alibi mengantarkan tas milik Ayla yang tertinggal di kamarnya. Ia menoleh untuk beberapa detik pada kursi penumpang di sampingnya, tempat ia meletakan tas punggung Ayla, sebelum kembali fokus pada kemudinya.
Mobil milik Hyungwon melaju cepat, membelah jalanan kota Seoul yang saat itu lalu lintasnya tak padat. Beberapa kali Hyungwon menghembus nafas beratnya yang masih terasa sesak guna menetralkan perasaannya. Ia tak menyiapkan rangkaian kata apapun untuk Ayla, pria itu hanya ingin Ayla memaafkannya atas tindakan yang membuat gadis itu pergi meninggalkannya beberapa jam yang lalu. Hyungwon juga merasakan cemas yang luar biasa dalam hatinya mengingat Ayla pergi sendirian dalam keadaan yang teramat kacau. Ia berharap, adiknya tersebut baik-baik saja ketika ia menemuinya nanti. Dirinya harus kuat.
Butuh waktu sekitar lima belas menit untuk sampai di tempat Ayla tinggal. Hyungwon menghentikan mobilnya di tepi jalan kecil di samping rumah kost Ayla, tempat biasa ia memarkirkan kendaraannya setiap kali ia berkunjung ke sana. Mobil yang terparkir tepat di depan mobilnya menyita perhatian Hyungwon setelah pemuda itu keluar dari kemudi.
"Shownu hyung?" Gumamnya setelah memastikan plat mobil di depannya. Hyungwon bergegas memasuki kawasan rumah kost yang pagar kecilnya selalu tak terkuci sebelum pukul sebelas malam.
Kamar Ayla tertutup rapat. Hyungwon mengetuknya beberapa kali, namun tak ada tanda-tanda seseorang akan membukakan pintu untuknya. Gordyn yang menutup jendelanya tersingkap sebagian, membuat Hyungwon dapat mengintip ke dalam. Hasilnya, tak ada siapapun yang terlihat di dalam sana.
Hyungwon kemudian melangkahkan kakinya sedikit tergesa untuk kemudian menaiki tangga yang menuju atap bangunan tersebut sembari menenteng tas punggung milik Ayla, mencoba menerka bahwa Ayla ada di tempat itu. Bukan sembarangan, ia tentu tahu jika adiknya tersebut memiliki kebiasaan berdiam diri di atap, menatap langit malam jika sedang berada dalam situasi yang membuatnya tak bisa terlelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Strange Love [TAMAT] ✔
FanfictionBagaimana jika lembaran kisah manis yang mereka jalin merupakan sebuah kesalahan besar?