Ayla menghentikan pergerakan tangannya yang semula sibuk mengemasi barang-barang ke dalam kotak kardus ketika ia mendengar suara pintu kamarnya diketuk dari luar.
"Ayla, ini aku."
"Oh, eonni. Masuklah!" Sahut Ayla sedikit berteriak.
Sedetik kemudian, pintu kamarnya terbuka, menampilkan Hyesun yang tergopoh menghampiri Ayla yang terduduk tak jauh dari pintu dengan barang-barang berserakan mengelilinginya.
"Yak! Jadi ini benar? Kau akan pindah?" Bibir Hyesun mengerucut, menatap sebal ke arah barang-barang Ayla yang sudah rapi dikemas.
"Ne, eonni. Aku kan sudah bilang." Jawab Ayla. Gadis itu mengambil tumpukan buku di sampingnya lalu meletakan buku-buku itu ke dalam kotak.
"Tapi kenapa? Kau bilang kau betah tinggal di sini. Apa ada yang membuatmu tak nyaman?"
Ayla kembali menghentikan kegiatannya untuk kemudian melempar pandang pada Hyesun. Ia menggeleng pelan sebelum menjawab. "Tidak, eonni. Aku sangat suka tinggal di sini. Tapi orangtuaku memintaku untuk pindah, aku tak bisa menolaknya."
"Yak! Asal kau tahu, selama aku tinggal di sini, kau lah tetangga terbaikku. Bahkan aku sudah menganggapmu sebagai adikku sendiri. Lalu sekarang kau harus pindah? Aku akan kesepian lagi." Rengek Hyesun. Kini benar-benar dengan nada bicara yang sarat akan kekecewaan.
Bibir Ayla membentuk lengkungan kecil, tenang, Ayla menghapus jaraknya dengan Hyesun. "Eonni.." Kedua telapaknya meraih sepasang telapak milik Hyesun, menggenggamnya teramat erat. "Terimakasih sudah banyak membantuku, aku sangat beruntung telah mengenalmu dan sudah kau anggap sebagai adikmu sendiri. Ingatlah, eonni, aku pindah bukan berarti aku ingin memutus hubungan denganmu. Aku tetaplah aku, Ayla yang selalu menyayangimu meskipun kita akan berjauhan."
"Aylaa.." Tanpa aba-aba, Hyesun beringsut memeluk Ayla yang langsung dibalas oleh Ayla dengan pelukan tak kalah erat. "Berjanjilah untuk sering-sering mengunjungiku di sini."
"Ne, eonni. Aku berjanji."
Hyesun kemudian melepas pelukannya pada Ayla perlahan-lahan. "Tapi ngomong-ngomong, apa orangtuamu tak mengantarmu pindah?"
"Sebenarnya, orangtuaku juga ingin mengantarku, tapi aku melarangnya. Mereka di Gwangju, cukup jauh untuk datang kemari. Lagipula, aku pindah tak begitu jauh, barang bawaanku juga sedikit. Jadi, aku meminta mereka untuk mengunjungiku nanti saja, saat weekend."
"Lalu Hyungwon?"
Ayla menggeleng, menghela nafas berat sebelum menjawab. "Aku belum mendapat kabar apapun darinya."
Merasa bersalah dengan pertanyaannya sendiri, Hyesun menatap Ayla dengan tatapan prihatin. Tangannya terangkat, mengusap nahu sempit milik Ayla. "Maafkan aku sudah mengungkitnya lagi."
Sebuah senyuman getir diulas Ayla kemudian. "Tak apa, eonni. Aku sudah merasa lebih baik."
¤¤¤¤¤¤
"Hyung?"
Shownu memutar kepalanya, menanggapi Hyungwon yang baru saja masuk kamar mereka tengah berjalan ke arahnya.
"Kau jadi mengantar Ayla ke apartemen barunya?"
"Iya. Apa tidak sebaiknya kau juga ikut?" Shownu meraih kaus putih yang sebelumnya ia siapkan untuk kemudian mengenakan kaus tersebut ke tubuh kekarnya.
"Aku belum sanggup bertemu dengannya." Hyungwon mengambil posisi duduk di atas ranjang kosong milik Wonho, pandangannya tak lepas dari sang leader yang kini tengah berkutat dengan cermin. "Tolong kau sampaikan salamku padanya. Dan tolong pertimbangkan dengan cepat permintaanku dua hari yang lalu. Aku tak ingin Ayla jatuh ke dalam genggaman pria lain selain dirimu, hyung."
KAMU SEDANG MEMBACA
Strange Love [TAMAT] ✔
FanfictionBagaimana jika lembaran kisah manis yang mereka jalin merupakan sebuah kesalahan besar?