Betul apa yang dikatakan Hyungwon bahwa hujan lebat disertai petir yang sudah berlangsung hitungan jam itu sangat sulit untuk mereda. Jam weker di atas nakas sudah menunjukan waktu untuk tidur, namun kawanan air yang menyerbu bumi tak kunjung berhenti, membuat Ayla mau tak mau harus rela membagi tempatnya dengan Hyungwon.
Ayla meraih selimut yang akan digunakan Hyungwon dari dalam lemari kayu di samping nakas.
"Kau tak nyaman?" Sadar Hyungwon ketika memperhatikan air muka Ayla yang terlihat tak biasa.
"Hanya, tak biasa tidur dalam satu ruangan dengan pria."
Mendengarnya membuat Hyungwon tersenyum geli. "Tenang saja, aku ini pria baik-baik." Terangnya. "Aku tidur di sini ya?" Lanjut Hyungwon sembari menata bantal dan menempatkan dirinya di samping kasur tempat Ayla tidur, dengan sebuah karpet berbahan kain cukup tebal sebagai alasnya.
"Tak apa jika kau tidur di situ? Karpetnya sama sekali tidak empuk." Khawatir Ayla mengingat Hyungwon pasti terbiasa tidur di tempat yang bahkan lebih empuk dari kasur miliknya.
Hyungwon terkikik. "Kalau begitu, biarkan aku tidur bersama denganmu." Godanya kemudian.
"Yak! Shireo! Kalau seperti itu, lebih baik aku yang tidur di situ, daripada aku harus tidur satu kasur bersamamu." Ayla mem-pout bibir tebalnya.
"Aku hanya bercanda, Nona. Biarkan aku tidur di sini, tak masalah bagiku, eoh?"
Hanya anggukan malas yang diberikan Ayla. Gadis dengan raut manis itu lalu mengambil posisi berbaring seraya menyampirkan selimut berwarna putih ke seluruh tubuhnya.
Begitu juga dengan Hyungwon yang mengikuti pergerakan Ayla. Meski hanya beralaskan karpet, nyatanya ia merasa itu tidak terlalu buruk.
Kantuk yang biasanya rajin menerpa Hyungwon, kini seakan datang amat terlambat. Hyungwon mencoba membuat dirinya nyenyak dengan cara memejamkan erat kelopak matanya. Beberapa kali ia membolak-balikan tubuhnya mencari posisi nyaman yang dapat mengundang kantuk, namun semua usahanya gagal.
Merasa sedikit pening karena memaksakan diri untuk tidur, Hyungwon membangkitkan tubuhnya. Diliriknya Ayla yang berbaring memunggungi Hyungwon. Terlihat dari tubuh tenangnya, gadis itu nampak sudah berpindah ke alam mimpi.
Figura foto di atas nakas yang menggambarkan potret Ayla dengan seorang wanita paruh baya menarik perhatian Hyungwon. Keduanya nampak serasi dengan balutan pakaian yang senada. Tak Hyungwon sadari, sebuah senyuman tersungging di bibirnya seakan ikut merasakan kebahagiaan yang tercipta antara kedua wanita yang ada dalam foto tersebut.
"Hyungwon-ah, kau terbangun?"
Hyungwon mengalihkan atensinya pada Ayla yang baru saja bangkit dari posisi berbaring. "Aku bahkan belum tidur. Entahlah, aku merasa belum mengantuk. Apa kau terbangun karenaku? Kembalilah tidur!" Titah Hyungwon kemudian
"Akupun mencoba tidur. Tapi tak bisa." Jujur Ayla.
Hyungwon meraih figura yang sempat menyita perhatiannya tadi. "Ini ibumu?"
"Ya, itu ibuku." Singkat Ayla. Ia menyingkapkan selimut yang masih bertengger di kakinya agar ia bisa leluasa bergerak ke samping Hyungwon.
"Kalian tidak mirip." Canda Hyungwon seraya menaruh kembali figura berukuran kecil itu ke tempat semula.
Ayla mencebik. "Ternyata kau sama seperti orang-orang. Mereka bilang aku tak mirip dengan ibuku. Yaa.. memang sih. Mungkin aku mirip dengan ayahku."
Dahi Hyungwon membentuk sedikit kerutan saat mendengar pernyataan Ayla. "Mungkin? Kenapa mungkin?"
"Karena aku tak pernah tahu bagaimana rupa ayahku. Ibuku bilang, ayahku pergi beberapa hari setelah aku dilahirkan." Jawab ringan Ayla yang justru membuat Hyungwon merasa bersalah atas pertanyaannya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Strange Love [TAMAT] ✔
FanficBagaimana jika lembaran kisah manis yang mereka jalin merupakan sebuah kesalahan besar?