Hendak membuka pintu, Ayla berbalik menuju nakas ketika menyadari ponselnya tertinggal di sana. Tepat saat Ayla meraih benda sejuta umat itu, satu pesan diterimanya, ditandai dengan vibra serta denting yang sengaja diatur tak begitu nyaring.
Ayla, jika kau libur bekerja, bisakah berkunjung kemari? Eomma baru saja belajar cara membuat cookies, bisakah kita membuatnya bersama?
Ayla meremas ponsel miliknya, menerima pesan dari nyonya Chae membuat perih di hatinya kembali terasa, bahkan lebih parah dari yang sebelumnya. Rangkaian kalimat nyonya Jang dua hari yang lalu tiba-tiba terngiang, berbisik pelan tepat di telinga Ayla. "Sebaiknya kau harus segera menemui mereka, mendiskusikan hal ini, agar semuanya semakin jelas. Jika perlu, eommonim bisa membantu."
Hembusan nafas berat menggambarkan betapa frustasinya seorang Ayla. Apa yang dikatakan nyonya Jang benar, namun untuk saat ini, ia belum siap menemui keluarga Hyungwon, ditambah hubungannya dengan Hyungwon sudah terlanjur retak. Dan sekarang, fikirannya buntu, tak ada satu rencanapun yang muncul dalam benak dan logikanya selain hanya mengikuti alur sembari berharap Tuhan dengan segera membantunya menemui jalan keluar.
Jarinya yang sedikit gemetar, mengetikan satu balasan untuk nyonya Chae di layar ponselnya. Ne, eomma. Aku akan menghubungi eomma jika aku libur bekerja.
Ayla lantas memasukan ponselnya ke dalam tas selempang yang hendak ia bawa setelah pesan balasan yang ia tulis berhasil terkirim. Dengan langkah lemahnya, ia bergerak menuju pintu untuk kemudian keluar dari kamarnya.
"Ayla?"
Ayla yang baru selesai mengunci pintu kamarnya menoleh, mendapati Hyesun berjalan ke arahnya. "Oh, eonni?" Ucapnya, ia melempar senyum tipis saat Hyesun sampai tepat di hadapannya.
"Aku.. aku ingin minta maaf atas kata-kataku yang tak pantas hari itu. Seharusnya aku tak mengatakan semua itu padamu." Hyesun menunduk penuh penyesalan, sedangkan Ayla masih dengan senyum tipisnya.
"Tak apa, eonni. Aku juga minta maaf karena mengabaikanmu. Ya.. aku harap kau mengerti, eonni."
Mendengar pernyataan Ayla, Hyesun mendongak, mengukir senyum lega kemudian. "Ah, ya, tak apa, aku mengerti. Aku ingin bicara padamu kemarin, tapi aku tak melihatmu keluar kamar."
"Kemarin aku sedikit tak enak badan, jadi aku memutuskan untuk meminta izin dari pekerjaanku untuk beristirahat."
Hyesun mengangguk faham. Ia amat mengerti apa yang tengah Ayla rasakan saat ini. Bukan tanpa alasan, Hyesun juga pernah merasakan ada di posisi Ayla. Berpisah dengan sang kekasih, terlebih ia menyaksikan sendiri bagaimana Ayla terlihat sangat terluka di malam itu, membuat ia mengerti bahwa pasti hari-hari setelahnya menjadi hari yang sangat sulit untuk dilalui oleh Ayla.
Seperti saat ini, Hyesun membuang jauh-jauh rasa penasarannya tentang penyebab berakhirnya hubungan Ayla dan Hyungwon ketika ia menyadari perubahan raut Ayla yang sangat drastis. Senyuman dan sapaan ceria yang biasa menghiasi wajah Ayla setiap pagi kini sirna, digantikan dengan wajah pucat dan lesu seakan kehilangan seluruh gairah hidup yang membuat Hyesun mengiba, hatinya turut merasa sakit.
"Tapi sepertinya hari ini juga kau masih harus beristirahat. Lihatlah wajahmu! Kau benar-benar sedang tak baik-baik saja." Hyesun menyentuh wajah Ayla, merasakan suhu tubuh Ayla di atas batas normal. "Ayla, kau demam."
¤¤¤¤¤¤
"Aigoo! Ada apa dengan wajahmu? Bukankah kalian mendapat libur selama dua hari kemarin? Apa kau terlalu asyik berlibur sampai melupakan waktu istirahatmu? Bagaimana ini? Lihatlah kantung matamu! Aigoo!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Strange Love [TAMAT] ✔
FanfictionBagaimana jika lembaran kisah manis yang mereka jalin merupakan sebuah kesalahan besar?