Bagian 44

18 5 0
                                    

Ay, tadi siang ada laki-laki mungkin seusia ibu kamu, wajahnya kayak orang Korea berkunjung ke makam tante Raina

Ayla mengulum senyum setelah membaca pesan dari Adit. Meski sahabatnya itu tak menyebutkan nama orang yang dimaksud dalam pesannya, ia sudah menerka dengan pasti bahwa yang mengunjungi pemakaman ibunya adalah Profesor Lee Kwangmin.

"Ayla? Siapa yang mengirim pesan? Sepertinya kau sangat bahagia?" Pak Kim yang baru saja mengenakan rompi pegawai berjalan menghampiri Ayla.

Ayla mengerjap, menoleh pada pak Kim sebelum menjawab. "Hanya temanku, membawa kabar baik." Balasnya seraya memasukan ponselnya ke dalam saku jaket. "Kalau begitu, aku pulang sekarang, ahjussi."

"Baiklah, hati-hati di jalan. Sampai jumpa besok, Ayla."

"Ne. Sampai jumpa!" Singkat Ayla sebelum membungkuk hormat kemudian beringsut menuju pintu keluar mart.

Langkah riangnya tertahan tepat saat ia  menangkap siluet seorang pria yang tengah berdiri tepat di samping sepedanya yang terparkir tak jauh dari pintu masuk mart. Ayla dengan jelas dapat mengenali siapa pria itu hanya dalam hitungan detik meski si pria dalam posisi membelakanginya.

"Hyungwon-ah?" Pekik Ayla sedikit keras dan berhasil membuat pria tersebut memutar tubuhnya menghadap Ayla.

Seratus persen tebakan Ayla benar, pria itu adalah Hyungwon, saudara kembarnya yang sudah hitungan bulan hilang komunikasi dengannya. Ayla gemetaran, kedua telapak tangannya mengepal erat, ada perasaan bahagia yang membuncah sangat hebat dalam dadanya.

Beberapa meter di hadapan Ayla, Hyungwon tersenyum lebar, merentangkan tangannya guna menyambut Ayla yang kini berjalan setengah lari menghampirinya.

Ayla mendekap erat tubuh Hyungwon tanpa mengucapkan apapun sebelumnya begitu ia sampai di hadapan pria Chae itu, melepas segala rindu menggebu yang selama ini dipendamnya sendirian. Sepersekian detik kemudian, air matanya kembali menetes, membasahi kaus hitam yang melekat di tubuh Hyungwon saat itu.

Hyungwon tak berontak, bahkan dekapannya mengerat saat ia merasa pakaian bagian depannya mulai basah. Telapak tangannya terulur mengusap surai hitam Ayla yang tergerai bebas. Ia juga merindukan Ayla, meski sakit di hatinya belum sepenuhnya mereda, tapi sensasi hangat dari rengkuhan Ayla kali ini justru mampu mengurangi rasa sakit itu.

"Hei kau memang anak nakal! Eomma dan appa sudah memintamu untuk berhenti bekerja dan fokus pada kuliahmu. Tapi ternyata kau masih saja pergi bekerja!" Tutur Hyungwon dengan nada mengomel, tangannya masih setia berayun-ayum mengelus lembut rambut Ayla, menenangkan gadis itu yang kini mulai mengeluarkan suara isakan kecil.

Sedangkan Ayla tak peduli dengan omelan singkat Hyungwon tadi, ia menulikan pendengarannya. Gadis itu tak ingin berdebat tentang masalah apapun dengan Hyungwon, yang ia inginkan saat ini hanyalah dekapan Hyungwon, ia menumpahkan segala perasaannya di sana, memeluk semakin erat, seakan tak ingin melepasnya sampai kapanpun.

Senyuman tulus terukir dari bibir tebal Hyungwon, seakan ia tengah mendengar suara hati Ayla. Kepalanya kemudian tertunduk, memberikan satu kecupan singkat di dahi adiknya tersebut. "Maafkan aku."

¤¤¤¤¤¤

Pertemuan Ayla dan Hyungwon malam itu membawa keduanya untuk berangkat ke Gwangju pada keesokan harinya. Ayla terpaksa harus izin mata kuliah serta mengganti jadwal bekerja demi ikut bersama Hyungwon.

Mentari sudah sampai ke puncaknya, benderang menyinari bumi dengan hangatnya. Hyungwon meraih telapak Ayla setelah Ayla keluar dari mobilnya, menggenggamnya, kemudian menarik gadis itu untuk memasuki gedung kolumbarium yang berdiri kokoh tepat di hadapan mereka.

Strange Love [TAMAT] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang