Setelah berjalan cukup jauh dari halte, Ayla akhirnya menemukan alamat yang diberikan oleh Hani melalui pesan teks tadi pagi.
Papan nama kayu bertuliskan 'Bidan Kang Miyeong' yang nampak sudah usang tertancap tepat di depan rumah tersebut membuat Ayla semakin yakin bahwa rumah itulah yang dicarinya.
Ayla mengetuk pelan pintu ber-cat putih tersebut beberapa kali hingga si pemilik rumah membukakan pintu untuknya.
"Ayla?" Sambut sang tuan rumah dengan memasang gestur tak nyaman ketika mengetahui siapa yang datang menemuinya.
"Mirae-ya, aku ingin bicara denganmu. Boleh aku masuk?"
Dengan enggan, si tuan rumah, Jang Mirae mengangguk. "I.. iya, tentu. Masuklah!" Ucapnya seraya membuka jalan mempersilakan Ayla untuk masuk ke kediamannya.
"Gomawo." Balas Ayla segera mengindahkan izin dari Mirae.
"Tunggu sebentar. Aku buatkan minuman dulu."
Ayla mencekal lengan Mirae yang hendak berlalu. "Tidak usah, aku hanya sebentar."
Tak menjawab, Mirae hanya mengangguk, memberi isyarat pada Ayla untuk duduk di sofa panjang yang diletakan di ruangan itu.
Melihat Mirae masih berdiri di sana dengan gestur dan ekspresi tak baik, Ayla berucap lembut. "Kemarilah, Mirae-ya! Aku ingin bicara. Tak perlu takut."
Mirae tersadar kemudian, melangkah ragu mendekat pada Ayla. "Kau tentu sudah mendengar semuanya kan?" Tanya Mirae kaku setelah ia mengambil posisi duduk berdampingan dengan Ayla. "Aku.. aku sungguh menyesal telah berbuat demikian." Lirih Mirae menunduk setelahnya.
"Aku ingin tahu, dan aku ingin mendengar apa yang sebenarnya terjadi langsung darimu. Aku tak akan menyalahkanmu, aku hanya ingin kau bercerita jujur padaku. Karena kau adalah temanku."
"Kau masih menganggapku teman? Padahal aku hampir membuatmu dilayangkan surat peringatan? Dan membuatmu dipermalukan?" Mirae mendongak menatap lurus wajah di sampingnya. "Aku merasa tak layak lagi kau anggap teman. Kau lebih layak untuk membenciku, Ayla-ya." Lanjutnya.
Ayla menggeleng pelan. "Kau sudah menyesal, untuk apa aku membencimu? Lagipula aku yakin kau punya alasan kuat untuk berbuat demikian. Jadi, bersediakah kau menceritakan semuanya padaku, Mirae-ya?"
Tak mendapat respon yang diinginkan, Ayla meraih telapak Mirae lalu menggemggamnya erat kemudian. "Percayalah padaku! Kau masih temanku."
Mirae melayangkan pandangannya tepat ke mata Ayla. Samasekali gadis itu tak menemukan sorot kebencian atapun dendam dari mata teduh milik Ayla. Sejenak ia memalingkan wajahnya, mengambil nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan sebelum ia mengurai apa yang diinginkan oleh Ayla. "Saat itu, Nara sunbae memintaku untuk melakukan apa yang ia inginkan terhadapmu. Aku tentu ragu karena kau adalah temanku, Ayla-ya. Tapi, imbalannya-lah yang membuatku tergiur. Dia menjanjikan kontrak dengan perusahaan majalah milik orangtuanya padaku karena dia tahu betul bahwa aku adalah seseorang yang sangat berambisi untuk menjadi seorang model terkenal, bahkan kami sering bertemu di acara casting modeling di mana aku selalu tidak lolos, sedangkan Nara sunbae seringkali lolos." Senyuman miris Mirae menjeda sejenak uraiannya.
"Keluargaku yang seringkali menganggapku punya mimpi yang terlalu tinggi seakan meremehkan bahwa aku tak akan pernah menggapainya membuat aku semakin tergiur atas imbalan yang Nara sunbae janjikan. Dan.. dia benar-benar membuktikan ucapannya. Aku benar-benar mendapat tawaran untuk interview di kantor majalah itu setelah aku memutuskan untuk bekerjasama dengannya. Di sisi lain, aku merasa puas dan bahagia, namun di sisi lainnya, aku juga terbebani karena harus mengkhianatimu. Saat itu, aku mengambil tugas riset milikmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Strange Love [TAMAT] ✔
FanfictionBagaimana jika lembaran kisah manis yang mereka jalin merupakan sebuah kesalahan besar?