🌥Future Mommy - Chapter Tigabelas🌥

84.1K 6.6K 107
                                    

Sampainya Nana di rumahnya. Ia langsung disuguhi dengan berbagai pertanyaan. Kenapa Elio nggak pulang bareng kamu, Elio pulang bareng Pria dewasa, siapa dia, dan beberapa pertanyaan lagi yang membuat Nana harus menjawabnya satu-persatu.

Sekarang Nana berbaring di ranjang dengan mata yang menatap di atas langit-langit kamar. Sungguh tubuhnya seakan remuk semua karena terlalu capek duduk di depan komputer. Rasanya saat ini, Nana ingin mandi dan membersihkan tubuhnya yang terasa sangat lengket. Namun Nana merasa sangat malas untuk berjalan ke arah kamar mandi, mager rasanya.

Matanya terasa memberat. Namun, Ia tahan sedikit demi sedikit. Pikirannya langsung mengarah ke arah Boss tampannya dan Elio. Bocah kecil tampan yang beberapa hari ini telah Ia anggap seperti anaknya sendiri.

Jika diingat-ingat lagi, sifat Elio dan Boss-nya terlihat sama. Sama-sama dingin dan datar. Mata mereka juga terlihat sama, sama-sama berwarna biru.

Entah anak siapa dia. Ingin sekali Nana culik dan membawanya kembali ke rumahnya. Dan Ia ingin sekali anak itu memanggilnya dengan sebutan Bunda. Dan kalau bisa, Ia ingin anak itu menjadi anaknya seutuhnya. Ia kasihan dengan Elio. Terlihat sekali kalau anak itu kekurangan kasih sayang.

"Sebenarnya siapa Ayah kamu Elio. Tante Nana penasaran."

•••••••

"Hahaha, nggak kena, nggak kena, wlekk."

Elio terbangun dari tidurnya karena merasa terganggu dengan suara teriakan anak-anak di bawah. Matanya menatap di atas langit-langit kamar dengan diam. Kupingnya mengarah ke arah suara di lantai bawah.

Suara beberapa sepupunya yang memang menginap di rumahnya. Dengan pelan Ia terbangun sembari memeluk guling miliknya. Wajahnya menunduk dengan sedih, seandainya Ia bisa ikut bermain bersama mereka pasti akan menyenangkan. Tapi itu hanya seandainya.

"Sini bolanya Kai, kita main barengan biar seru," teriak salah satu sepupu Elio, Anita namanya. Berumur dibawah Elio, 7 tahun. Ia mencoba meraih bola di tangan Kai yang lebih tinggi dari tubuhnya.

"Ayo ambil kalau bisa, huuuu dasar pendek," Ledek Kai pada Anita yang  sudah kesal di sampingnya.

"Ayolah Kai, sini-in bola itu. Kita main bareng," ujar salah satu dari mereka, Geo.

"Iya iya, kita main bareng." Kai sudah pasrah saat kedua sepupunya sudah tampak kesal. Padahal Kai masih pengen jailin Anita.

Mereka bertiga bermain bersama tanpa menghiraukan keberadaan Elio di rumah itu. Padahal rumah yang mereka tempati sekarang adalah rumah milik Elio. Tapi tampaknya mereka tidak berniat bermain bersama sepupu mereka itu.


"Kai main curang!!!" pekik Anita kesal.

Kaki Elio turun dari ranjang dan melangkah pelan ke luar dari kamar. Saat sampai dekat tangga, Elio berdiri di samping pembatas dekat tangga. Menundukan kepala melihat ketiga sepupunya yang sedang bermain bersama. Di dalam hatinya Elio merasa sangat iri. Sangat merasa iri.

Elio terdiam dengan pandangan tak terbaca. Selama Ia hidup, tak pernah sekali pun ia rasakan bermain bersama mereka. Ayahnya selalu menyuruhnya untuk belajar dan belajar. Jika Ia meminta bermain, maka Ayahnya akan marah.

Ia merasa seperti dikekang oleh Ayahnya. Namun ia tidak pernah marah, karena mungkin Ayahnya tidak ingin Ia menjadi anak yang bodoh, iya bodoh.

F U T U R E M O M M Y ( RE-POST ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang