🌥Future Mommy - Chapter Empat🌥

98.1K 8.2K 346
                                    

HAPPY READING❤

Saat ini Elio sedang membaca buku diruang tamu. Matanya dengan fokus berada di depan buku. Beberapa buku berada disisi kanan dan kiri Elio.

"SAYA NGGAK MAU TAU, BESOK ORANG ITU HARUS SUDAH ADA DI DEPAN SAYA. JIKA TIDAK, KAMU TAHU KAN APA YANG AKAN TERJADI?!" Teriakan lantang dari Tiar sukses membuat Elio yang tadinya fokus dengan bacaannya, tiba-tiba teralihkan dengan suara teriakan Tiar.

Ia menatap Tiar yang sedang menelpon seseorang sambil berteriak dengan cukup kencang. Elio yang tidak ingin ketahuan menatap Tiar langsung dengan cepat fokus ke bacaannya. Tetapi pikirannya terus saja mengarah ke arah Tiar.

Jika Tiar marah seperti ini. Tinggal tunggu beberapa saat pasti Tiar berteriak memanggilnya. Bisa dibilang Elio adalah tempat untuk melampiaskan kemarahan Tiar. Mengingat itu, Elio rasanya ingin menangis saja. Tetapi menangis tidak akan memperbaiki semuanya, malah akan bertambah kemarahan Tiar terhadapnya.

"Elio! Sini kamu!" Elio dengan cepat berlari ke arah Tiar setelah menyimpan bukunya di atas meja.

"Iya, Dad, ada apa?" Mata Tiar sudah mengkilat dengan amarah.

"Dari mana kamu?"

"Hmm, dari ruang tamu Dad. Tadi lagi baca buku," jawab Elio dengan jujur. Mata Elio menatap Tiar yang terlihat sangat frustasi saat ini. Ada apa dengan Ayahnya?

Tiar menatap Elio, lalu menghela nafas panjang.

"Ambilkan berkas milik Daddy di kamar. Berkasnya berwarna biru." Seketika senyuman lebar pun terbit di bibir Elio.

"Di kamar Daddy?"

"Iya."

"Baik Daddy." Elio dengan segera berlari menuju kamar Tiar.

Rasanya saat ini Tiar tak mampu untuk mengeluarkan kemarahan kepada Elio. Rasa capeknya dalam bekerja lebih dipikirkannya. Tetapi pekerjaanya yang terlalu banyak membuat ia harus menyelesaikannya dengan cepat.

"Ini Dad berkasnya." Tiar meraih berkas itu dan mengeceknya terlebih dahulu baru mengerjakannya.

Elio yang masih berada di samping Tiar terus saja tersenyum yang membuat Tiar menatapnya dengan heran.

"Kenapa lihatin begitu?" lagi-lagi Elio tersenyum. Tiar tidak marah dengannya hari ini. Hal itu membuat ia tersenyum terus-menerus.

"Hari ini Daddy nggak marah dengan Elio. Makannya senyum terus. Jika setiap hari Daddy panggil Elio untuk dimarahi, namun berbeda hari ini. Elio malah disuruh ambil berkas Daddy. 'Kan dari dulu Daddy tidak pernah ingin Elio memegang berkas-berkas mIlik Daddy. Tapi hari ini berbeda. Elio senang banget," jelasnya dengan senang.

Tiar tersenyum. "Daddy capek marah terus. "

"Kalau udah nggak capek, Daddy bakalan marah lagi?" Tanyanya dengan wajah polos.

Tiar malah dibuat tertawa dengan pertanyaan Elio. Kadang anaknya itu akan bertingkah kekanakan jika ia tidak marah. Namun akan berlaku sebaliknya jika Tiar sedang marah.

"Elio maunya kayak gitu?" Dilihatnya Elio tersenyum dan mengangguk.

"Jika memarahi Elio bikin Daddy tenang, tidak masalah. Yang penting Daddy tidak marah-marah dengan orang lain. Elio senang kok jika Elio jadi pelampiasan kemarahan Daddy, walau pun kadang kemarahan Daddy membuat Elio takut. Kadang Elio lebih suka Daddy marah dari pada Daddy diam dengan Elio. Itu buat Elio sedih "

Tiar terdiam dibuatnya. Lalu ia meraih tubuh Elio dan memeluk tubuh kecil dan rapuh miLik Elio. "Maafin Daddy."

Elio mendongak dan tersenyum. "Elio nggak pernah marah kok sama Daddy. Ngapain Daddy minta maaf."

F U T U R E M O M M Y ( RE-POST ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang