🍂Future Mommy - Chapter Duapuluh Enam🍂

80.9K 5.5K 202
                                    

Setelah diberitahu kabar bahagia dari orang tua yang sayangnya kabar bahagia itu adalah mimpi buruk untuk Elio. Bukannya Elio tidak senang akan adanya adik baru. Hanya saja Elio takut. Takut kedua orang tuanya tidak lagi menyayanginya seperti awal-awal pernikahan. Karena ada sosok baru yang akan menggantikan dirinya sebentar lagi.

Setelah diberitahu kabar kehamilan Nana, Elio lebih banyak berdiam diri di kamar. Jika sedang makan di meja makan pun, Elio tidak banyak bicara. Jika ditanya, Elio akan mengangguk, atau menjawab ya, serta tidak. Hal itu membuat kedua orang tuanya merasa heran dengan Elio.

"Mami aku bilang kamu bakal punya adik ya? Kalau aku sih nggak mau punya adik ya. Soalnya punya adik itu nggak enak. Kata teman aku yang punya adik, dia sudah nggak disayang lagi sama orang tuanya karena kasih sayang mereka sudah dibagi sama adiknya," ujar Kai mengingat temannya yang sering cerita tentang kedua orang tuanya yang tidak pernah lagi memperhatikannya karena adanya adik baru.

Mengingat Elio sebentar lagi akan memiliki adik, ia berinisiatif menceritakan pengalaman temannya kepada Elio. Supaya Elio bisa bersiap-siap jika nanti kedua orang tuanya tidak lagi menyayanginya karena adanya adik baru.

"Untung saja aku nggak punya adik. Jadi kasih sayang Mami dilimpahkan ke aku semua. Aku kasihan deh sama kamu. Baru saja punya Ibu, eh sebentar lagi kamu bakal kehilangannya karena adanya adik baru. Adik baru kamu itu kan anak kandungnya Tante Nana. Sudah pasti kasih sayang Tante Nana lebih banyak di kasih ke anak kandungnya dari pada kamu."

Saat ini sekolah Elio sedang istirahat. Elio dan Kai sedang berada di dalam kelas tanpa adanya orang lain selain mereka berdua. Sedangkan Jessika sedang berada di toilet dengan teman perempuannya, Sovia.

Elio terdiam dengan tangan yang memegang sebuah buku matematika pelajaran. Di dalam kepalanya terus saja memendam kekesalan akibat ucapan dari Kai. Tapi semua kekesalannya segera ditepis karena semua perkataan Kai memang nyata adanya.

Setelah mengetahui Nana hamil adik Elio. Tiar selalu saja bersikap memanjakan Nana, dan Nana yang terlalu manja pada Tiar. Mereka selalu berdua, di mana-mana selalu berdua. Tanpa adanya Elio di samping mereka.

Mungkin mereka sudah tidak menganggap Elio anaknya. Begitulah yang dipikirkan Elio di dalam kepalanya. Semua bukti sudah ada di depan mata. Semua yang dikatakan Kai benar adanya.

"Jika anak Tante Nana sudah lahir. Kamu akan segera disingkirkan dari rumah itu. Tapi sebelum mereka menyingkirkan kamu dari sana, lebih baik kamu menyingkir dari mereka sebelu--" ucapan Kai langsung terpotong ketika namanya diteriaki seseorang.

"KAI!" Kai dan Elio menatap ke samping di mana pintu berada, dan di sana sudah ada Jessy dan Sovia yang berlari dengan tergesa-gesa ke arah mereka.

"Kamu apa-paan sih, ngapain kamu bicara seperti itu sama Elio. Mau aku adukan semuanya sama Om Tiar kalau selama ini kamu yang selalu menghasut Elio," teriak Jessika dengan lantang. Ia menatap wajah Kai yang sudah terlihat ketakutan.

"Kamu yang apa-paan. Aku tidak menghasut Elio kok. Aku cuman kasih tau aja sama Elio supaya dia tidak sakit hati sama tingkah ibu tiri dan ayah kandungnya. Jadi jangan asal bicara ya kamu," teriak Kai marah. Tidak terima jika Jessy memfitnahnya, walau fitnah itu memang benar adanya.

Tapi Kai tidak akan pernah terima jika Jessy memberitahukannya dengan Tiar. Kai ketakutan dibuatnya. Segala bentuk pertahanan dicobanya asal Jessika tidak membeberkan semua kejahatannya pada Elio. Bisa bisa Tiar memarahi Kai setelahnya. Kai tidak mau dan tidak akan pernah mau.

"Kalau kamu tidak menghasut Elio, terus yang kamu bilang 'lebih baik menyingkir dari mereka' itu apa."

Jessika paling tidak suka dengan sifat Kai yang angkuh dan sombong itu. Terus jangan lupa dengan sifat pembohong-nya. Semua sifat jelek ada pada diri Kai. Dan karena itulah Jessika paling tidak suka dengan Kai semenjak Kai suka menghasut Elio. Sebenarnya tidak hanya hari ini Jessika melihat Kai suka menghasut Elio, tapi sudah berkali-kali.


Ingin memberitahukan masalah ini dengan Tiar, tetapi Kai lebih dulu mengancam. Masih kecil saja sudah bisa mengancam, bagaimana jika dia besar nanti.

Ini semua karena sifat jelek ibunya, Tessa. Dan sifat jelek itu diwarisi oleh anak kurang ngajarnya ini, Kai.

"Kamu salah dengar kali. Aku tidak pernah mengucapkan kata-kata itu kok. Masih kecil aja udah pikun, dasar!"

"Heh, aku tidak pikun ya. Jelas-jelas aku mendengarnya sendiri. Sovia juga dengar kok, iya kan Sovia?" Jessika menatap Sovia yang sedang menatap perdebatan mereka. Dengan polos Sovia mengangguk.

"Iya, Sovia mendengarnya juga. Jangan banyak alasan dan jangan bohong juga Kai. Nanti dosa loh, terus masuk neraka. Emang kamu mau masuk neraka? Neraka itu panas loh."

Kai yang sudah tidak bisa menjawab malah mengepalkan kedua tangannya kesal, "sudahlah, bicara sama kalian bikin aku kesal." Kemudian Kai berlalu dan pergi dari mereka. Berlari dengan tergesa -gesa karena takut mereka mencoba bertanya kembali.

Jessy dan Sovia saling menatap dengan bingung. Sedangkan Elio masih tetap terdiam di tempatnya.

*****

"Mas, Elio kok sedari pulang sekolah nggak turun-turun ya?" Nana terdiam sejenak, "Elio belum makan juga loh Mas. Nana khawatir."
Tiar menatap Nana yang saat ini ada dipelukannya. Hmm, mengingat Elio ia jadi merasa ikut khawatir dan bingung.

Sejak kemarin, Elio terlihat diam dan tidak ada semangat sama sekali. Jika ditanya pun anaknya itu akan menjawab ya atau tidak.

Tiar melepas pelukannya ditubuh Nana, lalu menatap ke arah pintu. Saat ini pikirannya mengarah ke Elio, takut terjadi sesuatu dengan putra pertamanya itu.

Daripada memikirkan tentang Elio, lebih baik Ia pergi ke kamarnya saja. Bertanya masalah apa yang telah dipikirkan Elio hingga membuatnya sampai mengurungkan dirinya di kamar.

"Mas ke kamar Elio dulu. Kamu minum susu ya. Terus minum vitamin juga." Nana mengangguk saja. Dan Tiar mulai ke luar dari kamar menuju kamar Elio yang tepat berada di samping kamar mereka.

Terlebih dahulu, Tiar terdiam di depan kamar Elio mendekatkan telinganya di sana. Tidak mendengar suara apapun, membuat Tiar langsung membuka pintu kamar.

Pertama dilihat Tiar, kamar bernuansa biru putih dengan lemari yang sudah dipenuhi oleh buku-buku pelajaran. Di atas meja, ada beberapa buku dan juga beberapa alat tulis lainnya.

Tidak ada mainan dan sejenisnya di kamar Elio seperti kamar anak-anak pada umumnya. Tiar jadi merasa menyesal karena membuat Elio menjadi dewasa sebelum waktunya. Anaknya itu benar-benar sangat pintar. Semua buku mata pelajaran sudah dimiliki Elio. Bahkan, buku SMP, SMA, serta kuliahan ada di lemari Elio. Dan semua buku itu sudah dibaca dan dipahami oleh Elio yang masih anak SD berumur 8 tahun.

Jangan ditanya siapa yang membelikan semua buku itu. Jawaban-nya, siapa lagi kalau bukan Tiar, sang Ayah kandung sendiri.

Karena obsesinya untuk membuat Elio menjadi pintar, Tiar tidak berpikir bagaimana jadinya anak kecil seperti Elio dituntut untuk menjadi pintar sejak dini.

Dan di atas kasur, dilihatnya Elio yang sedang menatap ke depan dengan tatapan kosongnya. Tiar merasa bingung, apa yang dipikirkan oleh Elio hingga membuat putranya menatap kosong seperti itu. Tiar menjadi semakin khawatir.

"Elio."

F U T U R E M O M M Y ( RE-POST ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang