🌥Future Mommy - Chapter Sembilanbelas🌥

87.3K 6.8K 47
                                    

Berbicara tentang resepsi, Tiar seketika mengingat akan adanya istri sekarang. Matanya menatap ke arah kanan di mana terdapat istri dan anaknya. Rasanya Tiar tak percaya bahwa saat ini ia sudah memiliki Istri, bahkan istrinya masih dikatakan muda.

Perbedaan umur mereka yang mencapai 9 tahun membuat Tiar sedikit canggung. Tetapi tidak tau akan Nana. Apakah Nana benar-benar menerima Ia menjadi suaminya, sedangkan umur mereka yang terpaut cukup jauh?

Tapi, seharusnya Tiar tidak berpikiran seperti itu setelah Nana sudah menerimanya menjadi istri seorang Tiar, bahkan mereka sudah menikah dan tidur disatu kasur.

Karena Tiar tak ingin berpikiran yang lebih melenceng, lebih baik Tiar bangun dan membersihkan diri dahulu. Tapi, sebelum itu, Tiar sedikit membungkuk ke arah Elio dan mencium kening anaknya itu, tak tertinggal sang Istri, Tiar mencium Nana di kening dengan sedikit lama.

Cup...

Lalu Tiar berdiri dan melangkah ke arah kamar mandi, dan melakukan aktifitas di sana.

Setelah itu, Tiar ke luar dengan handuk yang melilit pinggangnya. Melangkah ke arah koper dan mencari pakaian yang akan dipakainya. Setelah mendapatkannya, Tiar melangkah kembali ke dalam kamar mandi dan berpakaian di sana.

Sedikit lama Tiar melakukan aktifitasnya, akhirnya Tiar ke luar dengan pakaian yang sudah rapi. Ia menatap istri dan anaknya terlebih dahulu, lalu ke luar dari kamar hotel. Setelah beberapa menit Tiar pergi, Nana terbangun dari tidurnya.

"Ngghh." Nana melenguh seraya menyipitkan kedua matanya. Matanya menatap langit-langit kamar. Kemudian, tangannya memegang perutnya di mana sebuah tangan kecil berada di sana.

Nana menatap kearah kiri di mana Elio tertidur, dan tak menemukan suaminya di sana. Nana bangun dan duduk seraya mata menatap jam di atas dinding. Pukul 04.30.

"Mas Tiar di mana ya?"

Tak lama, Elio bangun dari tidurnya.

"Daddy," panggil Elio mencari keberadaan Tiar.

"Ssttt." Nana mencoba menenangkan Elio yang saat ini tampak mencari keberadaan Tiar.

"Elio, nggak papa. Ayo bangun sayang." Elio menatap Nana yang saat ini sedang mengelus kepalanya. Matanya menatap polos dalam keterdiamannya.

Rasa hangat dan nyaman dirasakannya saat dengan lembut Nana mengelus kepalanya seraya mencium keningnya berkali-kali. Elio masih menatap Nana dengan kebingungan yang diarasakannya.

Apakah seperti ini rasanya terbangun saat pagi dan menemukan keberadaan sang Bunda yang dengan sayang mengelus kepala, bahkan berkali-kali mencium keningnya. Rasanya Elio begitu sangat bahagia untuk pagi pertama saat baru bangun disambut oleh suara merdu dari ibunya saat ini.

Tapi, mata Elio menatap sekeliling mencari keberadaan Tiar yang tampak tak dia temukan.

"Daddy di mana, Bun?" Nana menggelengkan kepalanya tak tahu.

"Bunda juga nggak tau sayang. Tadi pas Bunda baru bangun, Bunda juga nggak menemukan keberadaan Daddy," jawab Nana ikut bingung juga.

"Apa Daddy nggak tidur di sini, Bun?"

"Daddy tidur di sini kok tadi malam, bareng kita. Tapi Bunda nggak tau Daddy di mana sekarang." Elio mengerucutkan bibirnya.

"Ayo, kita siap-siap dulu. Kata Daddy hari ini kita langsung balik ke rumah." Elio mengangguk semangat.

"Elio senang kalau balik ke rumah," ujar Elio penuh semangat.

"Kok senang, kenapa?"

"Karena Elio nggak terlalu nyaman kalau tidur di luar. Elio udah terlalu nyaman di rumah, karena selama ini Elio nggak pernah pergi ke mana pun, kecuali sekolah, dan pas Elio tinggal di rumah Bunda Nana," terang Elio polos.

F U T U R E M O M M Y ( RE-POST ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang