🌥Future Mommy - Chapter Sebelas🌥

90K 7.1K 175
                                    

Mobil Nana berhenti tepat di depan Jessika. Ia ke luar dari mobil berjalan menuju sang ponakan yang terlihat duduk sendirian di sebuah bangku kosong depan sekolah. Matanya menengadah menatap sekeliling tempat mencari keberadaan Elio. Namun, Nana sama sekali tak melihat keberadaan Anak itu.

Dimana Elio? Batin Nana.

Nana duduk di samping Jessika. Lalu, bertanya "Di mana Elio, Jess?"

Jessy menatap Nana yang berada di sebelahnya, dan ia pun menjawab, "Elio tadi udah di jemput."

Kening Nana mengkerut.

Dijemput? Dijemput siapa? Batin Nana.

"Siapa yang jemput?"

"Laki-laki,"jawab Jessy polos.

"Laki -laki bagaimana, yang kemarin jemput Elio itu bukan?" Jessy menggeleng.

"Bukan Tante. Yang jemput Elio tadi pakaiannya bagus juga ganteng orangnya. Matanya juga mirip Elio." Kening Nana semakin mengkerut.

"Apa Ayah Elio kali ya, Jess?" Jessy mengangguk.

"Tadi Jessie dengar Elio manggil-manggil Daddy."

"Berarti benar dia Ayahnya Elio," gumam Nana. Sejenak ia terdiam, lalu menatap keponakan kesayangannya.

"Kita pulang yuk. Setelah ini Tante mau ke kantor, masih banyak pekerjaan yang belum Tante kerjain."

"Ayo Tante."

🌥~••••~🌥

Mobil Tiar berhenti tepat di depan rumah besar miliknya. Saat Elio akan turun, Tiar menyuruh Elio untuk tetap duduk sebentar. Lalu sesaat kemudian Tiar lebih dulu turun dari mobil dan berlari kecil menuju pintu mobil sebelah.

Tiar membuka pintu mobil dan seketika meraih tubuh Elio masuk ke dalam gendongannya. Elio yang tadinya merasa bingung tiba-tiba dibuat terkejut.

"Elio kaget," ujarnya terkejut. Tiar malah tertawa mendengarnya.

"Senang kan Daddy gendong?" Elio mengangguk antusias.

"Senang banget Daddy." Tiar tersenyum sejenak, kemudian tangannya mengusap rambut Elio.

"Daddy juga senang kalau Elio juga senang."

Mata Elio menatap sekitar, di mana banyaknya mobil yang terparkir depan rumah.

"Daddy, kok banyak mobil di depan rumah kita?" Tiar ikut menatap beberapa mobil yang terparkir.

Tiar baru sadar akan adanya beberapa mobil setelah Elio memberitahunya. Tiar menaikan bahunya tidak tahu.

"Daddy juga tidak tahu." Kaki Tiar melangkah memasuki rumah dengan Elio yang masih ada digendongannya.

Dan ketika kakinya telah dekat dengan pintu suara teriakan anak-anak terdengar dikupingnya. Lantas, tangan Elio seketika menggenggam kerah baju Tiar sedikit kencang. Tiar menoleh.

"Kenapa?"

"Elio takut Dad," lirih Elio takut. Tiar memeluk tubuh Elio sambil mengelus kepala Elio dengan sayang.

"Tidak perlu takut. Ada Daddy." Elio terdiam tak berniat menjawab. Kaki Tiar berjalan masuk ke dalam rumah.

Hingga seketika, keadaan rumah yang tadinya sedang ribut-ributnya, mendadak sepi akibat kedatangan Tiar dengan Elio. Alana, selaku Ibu Tiar menatap tak suka dengan keberadaan Elio yang berada digendongan Tiar.

"Kamu darimana aja Tiar, kenapa baru pulang?" Alana berjalan mendekati putra satu-satunya itu. Saat sudah berada di dekat Tiar, mata Alana tak berhenti menatap Elio tajam, seakan tak suka dengan keberadaan Elio di sekitar keluarga besarnya.

Hal itu membuat Elio yang masih digendong oleh Tiar memeluk tubuh Tiar dengan kencang, seakan memberitahukan kepada Ayahnya, bahwa saat ini, Elio benar-benar ketakutan.

Tiar yang merasakan ketakutan Elio langsung menatap Alana, "jangan tatap Elio seperti itu Ma. Elio jadi takut."

Mendengar teguran putranya, Alana langsung menatap Tiar dengan kening mengkerut, "sejak kapan kamu jadi perhatian gitu dengan Elio?!" Alana bertanya dengan nada kesal.

Tessa yang masih duduk di sofa sambil memakan cemilan langsung ikut berkomentar. "Mungkin Tiar sudah dipengaruhi oleh anak si jalang itu Ma. Mamah kan tau bagaimana sifat ibunya si Elio. Udah tukang selingkuh, licik, pembunuh, matre apalagi. Bisa jadi, salah satu sifat si jalang itu ada pada Elio." Tessa yang sudah terlanjur kesal karena tadi malam.

"Ya, kamu benar Tessa. Mamah benar-benar tidak habis pikir. Anak seusia Elio ini sudah bisa mempengaruhi orang dewasa. Mau jadi apa sebenarnya kamu saat dewasa nanti. Mau jadi tukang selingkuh kayak Mamah kamu, iya."

Matanya semakin ditajamkan. Seolah olah ingin membuat Elio semakin takut dengannya.

"Bukan tukang selingkuh lagi Ma. Tapi, tukang perebut istri orang!"

"Mbak, udah deh. Aku mohon, jangan membicarakan hal-hal seperti itu di depan Elio. Elio itu masih kecil, tidak pantas mendengar kata-kata seperti itu. Tolonglah, kalian jangan salahkan Elio terus. Yang salah itu Maya, bukan Elio," tegas Tiar ikut kesal.

Tessa yang mendengar nada kesal adiknya segera berdiri dan menatap Tiar dengan kesal.

"Apa-paansih kamu. Mau Maya yang salah kek, mau Elio yang salah kek, itu sama aja! Karena Elio berasal dari perut wanita itu! Jika salah satunya ada yang salah berarti siapa pun keturunannya juga ikut salah! ngerti nggak kamu!" Pekik Tessa sampai tangannya menunjuk-nunjuk wajah Tiar.

Saking kesalnya dengan ucapan Tiar sampai-sampai Tessa tidak bisa menahan emosinya. Sedangkan Tiar yang masih menggendong Elio tiba tiba merasa kesal dan tak mampu menahan emosinya lagi.

"Aku tidak terima jika Mbak menyalahkan Elio atas semua yang telah terjadi. Aku tidak terima jika anakku disalahkan seperti ini! Seharusnya yang disalahkan di sini itu kalian semua! Karena kalian yang sudah menjodohkanku dengan Maya. Dan saat Maya melakukan kesalahan kalian malah menyalahkan Elio! Apa salah Elio sebenarnya pada kalian!" Teriak Tiar sudah tidak bisa menahan emosi.

Elio yang masih berada digendongan Tiar terkejut saat Tiar tiba tiba berteriak. Dengan seketika Tiar mengelus punggung Elio untuk menenangkannya. Dan berhasil, karena Elio sudah memeluk tubuh Tiar kembali. Menyembunyikan wajah ketakutannya diceluk leher Tiar.

Alana dan Tessa terkejut saat pertama kalinya Tiar berteriak marah dengan mereka hanya karena Elio.

"Tiar, kamu berteriak di depan Mamah hanya karena anak itu!" Alana menunjuk wajah Elio.

"Dia Anak aku Mah!" Teriaknya lagi.

"Sudah Mbak bilang kalau Elio itu bukan anak kamu Tiar!" Teriak Tessa dengan wajah yang memerah.

Sera, adik bungsu Tiar menatap ibu dan kakaknya dengan sesekali menghela nafas.

"Mbak, sudah lah jangan mempengaruhi Kakak seperti itu. Kak Tiar memang benar, yang salah di sini adalah ki--" Ucapan Sera terpotong oleh Tessa yang tiba-tiba berteriak padanya.

"DIAM KAMU, NGGAK USAH IKUT CAMPUR!"

Di antara Alana dan Tessa. Sera lah yang berbeda dari keduanya. Sera tidak pernah membenci Elio, malah Ia begitu menyayangi keponakannya itu. Namun begitulah, ketika Sera ingin mengunjungi Elio di rumah kakaknya. Tessa dan Alana selalu melarangnya. Hingga Sera yang tidak bisa membantah hanya bisa pasrah.

Daffa, Ayah Tiar berdiri dan melerai pertengkaran Anak-anaknya. Jika tak dilerai bisa saja mereka akan saling membunuh.

"Heh, sudah-sudah. Apa-paansih kalian. Kenapa malah ribut begitu. Tessa, kamu sebagai kakak seharusnya memberikan contoh untuk adik adik kamu. Bukan malah seperti ini, Dan kamu juga Alana, tolong dong, kamu itu sudah tua, jangan seperti itu dengan Elio. Elio itu masih kecil. Melihat kalian yang selalu menjauhinya saja Elio tidak mengerti. Dia tidak tau permasalahan yang terjadi, jadi tolong untuk kalian, jangan membebani pikiran kecil Elio. Kasihan dia," tegur Daffa sekaligus menceramahi mereka. Dafaa terdiam sejenak "Tiar, bawa Elio ke kamarnya. Dan kalian ke kamar masing-masing."

F U T U R E M O M M Y ( RE-POST ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang