Suara gemericik air dari dalam kamar mandi membuat tidur Nana sedikit terganggu.
Namun hal itu tidak membuat Nana terbangun dari tidurnya. Setelah melaksanakan shalat subuh, Nana kembali tertidur karena merasa masih mengantuk dan kelelahan. Pintu kamar mandi terbuka dan Tiar baru saja ke luar sambil menggosok rambutnya dengan handuk. Matanya menatap Nana sebentar sebelum melangkah menuju lemari.Kemeja serta celana sudah terpasang di tubuhnya. Ia melangkah menuju meja rias milik Nana sambil memasang dasi di kerah kemejanya. Setelah itu, ia merapikan rambut dengan jarinya. Meraih parfum dan menyemprotkan di sebagian tubuhnya. Setelah semua selesai, Tiar mendekati Nana dan menaikan selimut sampai sebatas leher, lalu mencium kening beserta perut istrinya yang masih tertidur dengan nyenyak.
"Saya berangkat dulu. Kalau masih kelelahan jangan paksa buat masak. Biar para pekerja saja yang kerjain semuanya. Kamu istirahat saja di sini. Kalau lapar tinggal panggil Bi Asih." Tangannya mengelus kepala Nana dengan lembut. Nana yang mendengar itu pun hanya bergumam dengan lirih dan kembali tertidur.
Tiar menatap Nana dengan lama, lalu menghela nafas panjang dan setelah itu ke luar dari kamar menuju ruang makan. Di sana sudah ada Elio yang sedang duduk di salah satu kursi sambil membaca sebuah buku. Tiar tersenyum melihatnya. Setelah Tiar sudah berada di dekat Elio, dengan segera satu kecupan mendarat di kepala Elio, membuat anak berusia tujuh tahun itu sedikit terkejut. Kemudian ia tersenyum setelah tau siapa yang menciumnya.
Kepala Elio menengadah mencari seseorang, namun seseorang yang ia cari tidak datang juga. Ia menatap Tiar yang sedang meminum kopi-nya sambil memeriksa email di iPad miliknya.
"Dad, Bunda mana?" Mendengar pertanyaan itu, dengan segera Tiar menyimpan ipad miliknya di atas meja.
"Bunda lagi istirahat di kamar." Elio menatap Tiar dengan lama. Ada raut khawatir di wajahnya.
"Bunda sakit?" Tiar tersenyum, ia mengelus kepala Elio yang berada di dekatnya.
"Bunda cuman kelelahan. Dibuat tidur pasti sebentar lagi sembuh." Elio terdiam sejenak.
"Elio khawatir." Tiar tersenyum maklum.
"Daddy juga khawatir, tapi Bunda bilang Bunda nggak apa-apa. Katanya cuman kelelahan, dibuat tidur sebentar pasti bakal sembuh." Ucapan Tiar tidak membuat rasa khawatir Elio berhenti. Ia menatap Tiar dengan lama.
"Gimana kalau hari ini Abang bolos saja buat jagain Bunda di rumah. Abang takut terjadi sesuatu sama Bunda dan adik. Apalagi pas tau Bunda jatuh dari kamar mandi kemarin. Itu bikin Abang trauma dan takut."
Tiar terdiam mendengar ucapan Elio. Minggu kemarin memang terjadi insiden yang mendebarkan tentang Nana. Wanita itu terjatuh dari kamar mandi saat ia ingin membuang air kecil. Saat itu kebetulan Tiar berada di ruang tamu karena ada kolega bisnis yang datang bertamu. Untungnya Nana baik-baik saja dan hanya sempat pendarahan kecil biasa.
Tiar menghela nafas panjang. "Daddy tau Abang khawatir dengan keadaan Bunda. Tapi bukan berarti Abang harus bolos karena ingin menjaga Bunda di rumah. Abang tenang saja, Daddy hanya sebentar kok di kantor, setelah urusan Daddy selesai, Daddy langsung pulang dan jagain Bunda di rumah." Tiar meyakinkan Elio supaya putranya tidak meminta bolos lagi. Ia tau putranya khawatir, tapi bukan berarti Elio harus bolos sekolah juga.
Elio terdiam dengan cukup lama. "Daddy janji ya harus pulang cepat. Kasian Bunda di rumah."
"Iya, Daddy janji." Tiar menatap jam yang berada di pergelangan tangannya. "Abang mau makan apa? Roti atau nasi goreng."
KAMU SEDANG MEMBACA
F U T U R E M O M M Y ( RE-POST )
RandomRevisi dan repost Elio Fernandes Chio. Seorang anak berusia sekitar 7 tahun yang memiliki impian kebahagiaan disela sela masa kecilnya. kedua orang tua yang tidak pernah memberikan kebahagiaan dimasa pertumbuhannya membuat Elio menjadi anak yang pen...