Allahuakbar...Allahuakbar...
Suara adzan terdengar di telinga Nana yang membuat gadis yang sudah menikah itu tiba-tiba tersentak bangun. Sedikit merilekskan tubuh dan menyipitkan kedua matanya. Nana bangun dan duduk serta menatap jam di atas dinding. Lalu menatap ke samping di mana Tiar yang sedang tidur dengan begitu nyenyaknya.
"Mas, bangun yuk, kita shalat dulu." Nana memukul pelan bahu Tiar supaya pria tampan itu terbangun dari tidurnya.
"Hmm, iya," lirih Tiar masih dengan suara serak khas bangun tidur, dan mata yang tetap menutup. Rasa ngantuk masih dirasakannya saat Nana tiba-tiba membangunkannya.
Jujur saja, Tiar tak pernah bangun sepagi ini, kecuali jika sedang mendesak dan lapar saat jam-jam yang tidak tentu. Walau pun Tiar beragama islam, melakukan shalat kadang lakukan.
Jika kalau Tiar melakukan kesalahan yang besar, baru Ia akan lakukan, dan itu pun hanya satu atau kali, bahkan tiga atau empat kali dalam satu bulan. Kadang, dalam satu bulan itu Tiar tidak pernah melakukan shalat.
"Iya kok masih tidur sih, Mas?" Nana terdiam sejenak, dan kembali membangunkan Tiar lagi untuk kedua kalinya. "Ayo Mas, bangun. Shalat itu wajib loh buat umat muslim dan muslimah. Walau pun kita capek sekali pun, shalat tetap yang terpenting. Ayo, Mas. Bangun yuk."
Tiar membuka kedua matanya dengan malas. "Kamu duluan ambil wudhu. Nanti Mas setelahnya." Nana mengangguk, lalu turun dari kasur. Tapi sebelum itu, Nana menatap Tiar kembali.
Kedua bola mata Nana memutar dengan malas saat melihat Tiar yang kembali tertidur.
Dasar memang orang yang nggak pernah shalat ya kayak gini, gerutu Nana dalam hati.
"Mas, nanti pas Nana selesai. Mas udah bangunin Elio ya. Kita shalat bertiga bareng, dan Mas Tiar yang jadi imamnya." Nana segera berjalan ke arah kamar mandi.
Seketika mata Tiar terbuka dan tak mengantuk lagi. Tiar bangun dan duduk dengan tegak, menatap pintu kamar mandi dengan tak percaya.
Jadi imam?
Shalat sendiri saja Tiar masih belum bisa seratus persen, ini istrinya malah nyuruh jadi imam?
Ya sudah lah, Tiar seketika turun dari kasur dan melangkah ke kamar Elio yang berada dipaling ujung lantai dua. Tiar menatap sekeliling lorong yang mengarah ke arah kamar Elio.
Tiar menjadi sangat-sangat menyesal telah memberikan kamar yang paling ujung untuk Elio. Besok, Tiar janji akan memindahkan kamar Elio tepat di samping kanan kamarnya dengan Nana. Sesuai dengan usulan Nana kemarin.
Sebenarnya bukan Tiar yang mengusulkan untuk Elio tidur di kamar paling ujung. Yang mengusulkan semua itu adalah Tessa. Tiar hanya diam saja karena terlalu sibuk mengurus perusahaannya.
Tiar telah memberikan hak untuk Tessa mengurus keperluan Elio. Tapi bukannya mengurus keperluan Elio dengan benar, Tessa malah membuat Elio semakin sengsara tinggal di rumah ini. Tiar janji tidak akan lagi memberikan Tessa untuk mengurus sesuatu hal tentang Elio atau rumah ini.
Tiar benar-benar menyesal.
Tiar tidak ingin lagi Tessa memperlakukan semua orang di rumah ini dengan semena-mena, terpenting adalah Elio, putra satu-satunya.
Saat telah sampai di kamar Elio, Tiar langsung masuk dan tidak melihat Elio di atas kasur. Kening Tiar mengkerut dengan bingung. Lalu telinganya mendengar suara air dalam kamar mandi.
Tidak butuh waktu lama, Elio ke luar dari kamar mandi dengan sarung dan peci yang sudah lengkap dipakainya.
"Daddy? Daddy ada di kamar Elio?" Elio jalan ke arah Tiar dan menatap Tiar dengan senyuman polos.
KAMU SEDANG MEMBACA
F U T U R E M O M M Y ( RE-POST )
RandomRevisi dan repost Elio Fernandes Chio. Seorang anak berusia sekitar 7 tahun yang memiliki impian kebahagiaan disela sela masa kecilnya. kedua orang tua yang tidak pernah memberikan kebahagiaan dimasa pertumbuhannya membuat Elio menjadi anak yang pen...