🍂Future Mommy - Chapter Tigapuluh🍂

65.4K 4.9K 36
                                    

"Bunda."

Baru saja Nana akan menaiki tangga, suara panggilan dari Elio langsung menghentikan langkah kakinya. Nana menoleh ke belakang di mana Elio sedang berlari sambil membawa seekor anak kucing berwarna hitam dan putih yang sangat kotor. Kening Nana mengerut, anak kucing siapa yang Elio bawa di tangannya itu.

"Abang, itu kucing siapa?" Elio menatap kucing yang berada di gendongannya. Ia tersenyum sejenak, lalu menaikan anak kucing itu tepat di depan Nana.

"Ini punya Abang. Abang nemuin anak kucing ini depan rumah. Abang mau pelihara anak kucing-nya. Boleh 'kan, Bunda?" Kening Nana mengerut.

Ia menatap anak kucing itu baik-baik. Tubuh kucing itu sangat kotor, beberapa bagian di kepalanya memiliki luka yang membuat kulitnya tidak memiliki bulu. Salah satu kaki-nya juga terdapat goresan panjang yang mungkin membuat kaki kucing itu pincang dan tidak bisa berjalan.

Nana yang merupakan salah satu orang yang sangat menyukai kucing merasa Kasihan dengan anak kucing di tangan putra-nya itu. Mengijinkan Elio untuk memelihara kucing itu tidak ada salahnya. Tapi bagaimana dengan suaminya.

Apakah pria yang berstatus sebagai Suami dan Ayah dari ia dan putranya itu akan mengijinkannya. Nana jadi ragu. Apalagi Nana pernah mendengar jika Tiar tidak suka dengan kucing. Bukan tidak suka, hanya saja Pria itu memiliki alergi terhadap bulu kucing.

Ia menghela nafas panjang. Lalu menatap baju Elio yang sudah kotor akibat lumpur yang menempel di baju putih miliknya.

Meow..

"Wah, akhirnya kucing-nya bersuara juga." Elio menatap kucing di tangannya dengan takjub. Lalu menatap Nana yang masih terdiam di tempatnya. "Dari tadi anak kucing ini diam terus. Abang pikir tadi udah mati, ternyata masih hidup." Elio terdiam sejenak. "Bunda boleh kan kalau Abang melihara anak kucingnya?"

"Bunda sih izinin, tapi nggak tau kalau Daddy. Coba Abang tanya Daddy dulu."

"Daddy di mana?" Elio menatap sekeliling rumah mencari sosok sang Ayah.

"Lagi di ruang kerja." Kening Elio mengerut.

"Ini 'kan weekend. Kenapa Daddy kerja terus. Apa nggak capek?" Nana tertawa kecil.

"Coba tanya sama Daddy. 'Kan yang kerja Daddy."

"Nanti Abang tanya deh." Elio menatap Nana. "Kalau gitu Abang ke ruang kerja Daddy dulu ya, Bunda." Tanpa mendengar jawaban Nana, Elio segera melangkah menuju ruang kerja Tiar. Namun sebelum itu, Nana memanggil Elio terlebih dahulu.

"Anak kucing-nya jangan dibawa dong. Mau dibersihkan dulu." Elio menatap Nana yang sedang memanggil pekerja rumah.

"Luka-nya dikasih obat juga ya, Bunda." Nana mengiyakan. Saat Dea sudah tiba, ia segera menyuruh gadis itu untuk membersihkan kucing dan mengobati luka-nya.

"Tolong bersihkan kucing ini ya, Dea. Obati juga luka di kepalanya." Elio segera memberikan kucingnya kepada Dea.

"Kucing punya siapa ini, Bu?" Tanya Dea sambil menatap kucing di tangannya.

"Itu kucing jalanan, nggak punya induk kayaknya. Terus Abang temuin, ya udah dibawa sama Abang ke rumah. Katanya mau di pelihara." Dea membulatkan bibirnya sambil mengangguk. Dengan segera ia membawa kucing itu untuk dibersihkan dan diobati.

Elio juga sudah terlebih dahulu pergi menuju ruang kerja Tiar. Sedangkan Nana yang masih berdiri di dekat tangga dengan segera menaiki tangga dengan hati-hati mengingat saat ini ia sedang hamil.

F U T U R E M O M M Y ( RE-POST ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang