🌥Future Mommy - Chapter Enam🌥

94.3K 8.1K 222
                                    

HAPPY READING❤

Tiar tidak pernah tau jika Elio benar benar menginginkan sosok seorang ibu. Ia pikir menjadi seorang Ayah sekaligus ibu untuk Elio akan membuat putranya tersebut tak lagi memikirkan sosok Ibu. Namun, pikirannya tersebut segera ia tepis saat Elio tiba-tiba meminta kepadanya satu permintaan yang mungkin sulit untuk Tiar lakukan. Ia juga tidak ingin menjadi seorang Ayah sekaligus seorang Ibu untuk putranya. Tetapi, inilah yang terjadi.

Menjadi orang tua tunggal untuk Elio memang sangat susah ia lakukan. Apalagi ketika ia sedang bekerja dan Elio sering kali menganggunya, dan berakhir Elio lah yang akan menjadi sasaran kemarahannya. Wajah Elio yang benar-benar mirip dengan mantan istrinya sering kali membuat Tiar menjadi ingin selalu marah. Rasa marah pada mantan istrinya akan selalu tiba jika matanya menatap tepat di wajah Elio.

Dan mengingat kata Ibu baru dari bibir Elio, yang berarti ia harus menikah--lagi. Ia tidak suka mendengar kata menikah, tidak ada lagi menikah untuk kedua kalinya. Ia benci mempunyai status seperti itu.

Tapi mengingat Elio yang ingin sekali mempunyai seorang Ibu membuat Tiar merasa frustasi. Ia kasihan dengan Elio yang tidak pernah merasakan kasih sayang seorang ibu, bahkan merasakan pelukan seorang ibu pun Elio tidak pernah.

Tiar menatap wajah Elio yang menatapnya dengan wajah polos. Sedikit ada rasa takut di wajah polos putranya itu. Ia duduk mensejajarkan tubuhnya dengan tubuh kecil Elio, lalu ia mengelus kepala itu dengan sayang.

"Elio pengen banget punya Ibu?"Elio yang merasakan usapan tangan Tiar dikepalanya mulai mendongak dan menatap tepat di mata biru Tiar. Seakan tak mampu untuk menahan rasa bahagianya. Matanya terlihat berkaca kaca, dan ia pun mengangguk-nganggukan kepalanya.

"Daddy akan memikirkannya lagi," ujarnya dengan wajah yang masih menatap Elio.

"Kalau Daddy tidak ingin, tidak papa kok Dad, Elio nggak maksa. Daddy jangan marah ya, maafin Elio karena meminta hal-hal yang tidak ingin Daddy laku--"

"Akan Daddy lakukan. Tapi, tunggu beberapa bulan atau beberapa tahun lagi. Daddy akan mencari Ibu baru buat Elio. Yang bisa menyayangi Elio lebih dari Daddy. Maafin Daddy karena selama ini tidak pernah memperlakukan Elio dengan baik. Maafin Daddy El, maaf--" ia terdiam sejenak.

Tidak kuat untuk melanjutkan kata-katanya. Matanya berkaca kaca, hingga air mata itu menetes dari matanya. Dan untuk pertama kalinya ia menangis di depan sang putra, ia merasa sangat malu.

Ia mengusapa air mata itu dengan kasar, lalu ia menatap Elio yang ikut menangis. "Jangan menangis Dad, Elio nggak suka lihat air mata Daddy kayak gitu, kecuali air mata kebahagiaan. Nggak papa kok Daddy nggak pernah memperlakukan Elio dengan baik. Elio tau Daddy punya banyak masalah. Elio tau kalau Daddy benci dengan Mommy, Elio tau itu. Tolong jangan menangis lagi Dad." Air mata Elio semakin turun dengan deras.

"Ayo peluk Daddy El, ayo peluk Daddy sekarang." Kedua tangan Tiar terulur ke depan, memanggil Elio untuk masuk ke dalam pelukan hangatnya.

Mendengar kata itu, senyuman lebar pun tak mampu Elio hilangkan. Tersenyum dengan lebar, hingga tubuh kecil itu menubruk tubuh tegap Tiar dengan kuat. Mencoba merasakan betapa hangatnya pelukan seorang Ayah.

Lagi dan lagi air mata itu turun. Elio sangat senang berada dipelukan Tiar seperti ini. Bisa dibilang, ini kali pertama Elio mendapat pelukan dari seorang Ayah. Pelukan Tiar.

Kumohon Tuhan, jika ini mimpi tolong jangan bangunkan Elio. Elio nyaman dengan pelukan ini. Apakah seperti ini rasanya dipeluk oleh seorang Ayah, apakah seperti ini?

Elio semakin memeluk leher Tiar dengan sangat kencang, seakan takut jika pelukan itu akan terlepas dari tubuhnya. Elio tidak ingin, Elio masih ingin merasakan pelukan hangat ini.

"Elio sayang Daddy, selamanya. Makasih udah mau peluk Elio. Tetap seperti ini ya Dad. Ini hangat, Elio suka," ujarnya polos.

Tiar membalas pelukan itu dengan sedikit erat. Tangan kekarnya mengelus kepala Elio dengan sayang. Ia tersenyum saat pertama kali dalam hidupnya, akhirnya hari ini Tiar merasakan bagaimana seorang Ayah memeluk erat tubuh sang Anak. Rasa nyaman terasa ditubuhnya.

Maafin Daddy sayang, maafin Daddy. Jika perempuan itu tidak melakukan hal yang membuat Daddy marah, semua ini tidak akan terjadi. Daddy merasa frustasi jika berhadapan dengan Elio. Wajah Elio yang mengingatkan akan perempuan itu, membuat Daddy selalu ingin marah terus-menerus. Tetapi setelah ini, Daddy janji tidak akan pernah memarahi Elio, Daddy janji.

"Hu'um. Peluk Daddy, El. Peluk dengan kencang. Hari ini Daddy akan memanjakan mu, hari ini Daddy tidak akan lanjut kerja. Hari ini adalah hari untuk kita berdua, tidak ada siapa pun kecuali Daddy dan Elio."

F U T U R E M O M M Y ( RE-POST ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang