🌥Future Mommy - Chapter Duapuluh Tiga🌥

82.5K 7K 197
                                    

Setelah kepergian Nana dan Elio dari meja makan, Tessa menarik nafas dalam-dalam dengan kedua tangan mengepal erat. Mengingat kata-kata yang Nana ucapkan tadi membuat Tessa semakin marah. Ia meremas gelas yang berada di depannya sembari menatap ke depan dengan tajam. Hingga tidak lama, gelas yang berada di tangannya terhempas jatuh ke lantai dengan diiringi teriakan frustasi dari Tessa.

Selia dan Kai yang sedang fokus makan pun langsung terkejut lantaran sebuah gelas terlempar di depan mata. Keduanya terdiam sambil saling menatap, lalu sendok yang berada di tangan mereka disimpannya di piring.

Beberapa pekerja yang masih berada di dapur dengan segera mendekati meja makan. Kemudian mereka saling menatap dan mulai membersihkan kekacauan yang terjadi.

Sedangkan Nana dan Elio sudah berada di lantai atas, yaitu di kamar Elio. Nana memeluk tubuh Elio seraya berbincang dengan putranya.

"Itu suara apa, Bun?" Elio mendongak menatap Nana dengan raut wajah penuh penasaran.

"Mungkin Bi Asih sama yang lain lagi cuci piring, terus piring-nya jatuh ke lantai, makanya ada suara benda terjatuh." Kening Elio mengerut.

"Tapi kok berkali-kali? Bi Asih sama Kakak-kakak yang lain lagi marahan ya?" Nana terkikik kecil.

"Nggak tau juga. Mending Elio tidur saja ya. Ini udah siang, saatnya anak Bunda tidur siang." Elio mengerucutkan bibirnya.

"Kalau nggak tidur siang hari ini boleh nggak, Bun?" Nana dengan segera menggeleng.

"Nggak boleh."

"Ih, kok nggak boleh?"

"Elio harus istirahat biar nggak sakit. Tadi kan baru pulang sekolah, pasti capek kan?" Elio mengangguk. "Kalau gitu Elio tidur ya biar nggak capek lagi."

"Tapi kalau Elio udah bangun nanti, Elio boleh makan es krim ya?" Nana mengangguk.

"Iya, boleh. Nanti es krim-nya Bunda yang bikin."

"Makasih Bunda."

"Sama-sama, Sayang." Elio mulai berbaring dan lama-kelamaan mata Elio tertutup saat rasa nyaman ia rasakan. Kepala yang Nana elus membuat tidur Elio nyenyak.

Setelah Elio tertidur, Nana menghela nafas panjang. Menutup kedua mata sambil memikirkan kelakuan Tessa yang benar-benar kekanakan menurutnya. Nana tidak habis pikir. Hanya mengatakan kata kekanakan saja, Tessa sampai marah seperti itu.

Bagaimana jika Nana mengatakan banyak kata yang menyakitkan untuk Tessa?

Mungkin barang-barang di rumah besar ini akan berantakan semua akibat kemarahan dari Tessa.

Sebagai seorang Ibu, Nana tidak terima jika salah satu bagian tubuh anaknya dilukai oleh orang lain, apalagi ini Tantenya sendiri, Kakak dari suaminya. Ketika melihat pipi Elio yang memerah seperti tadi, entah kenapa membuat Ia sangat marah. Jika Tessa bukan Kakak dari Tiar, mungkin segala bentuk umpatan akan dilayangkan Nana pada Tessa.

"Itu di bawah ada apa ya? Kok kedengaran suara pecahan?" Tiar berdiri di depan Nana yang sedang duduk. Menunggu jawaban dari Nana dengan penuh penasaran.

Nana menatap Tiar dengan lama.

"Mbak Tessa marah," jawab Nana kelihatan santai. Tangannya meraih baju seragam milik Elio seraya melipatnya. Wajahnya terlihat kesal setelah nama Tessa terucap.

"Marah kenapa?" Nana berhenti dengan aktifitasnya. Ia menatap Tiar dengan lama. Lalu menghela nafas panjang.

"Nana tegur Mbak Tessa, Mas."

"Tegur gimana, kok sampai marah kayak gitu?"

"Nana cuman bilang Mbak Tessa kekanakan." Tiar memicingkan matanya menyelidik.

F U T U R E M O M M Y ( RE-POST ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang