🖤PEMBALASAN

1.4K 217 32
                                    

Hey guys!
Selamat membaca.
Ada baiknya vote dan komen biar aku semangat.
Makasi.

⚠️17+

🖤🖤🖤

Pria muda itu melangkah masuk dengan santai.
Seulas senyuman manis sekaligus mengerikan menghias wajah tampannya.
"Gue punya sebuah keahlian. Sebenarnya males nunjukkin keahlian gue, tapi lo udah jadi salah satu orang yang terpilih buat mencicipinya." Ungkapnya, datar. Tangannya yang kekar merogoh kantung celana untuk mengambil sebuah ponsel jadul. Mengetik sebuah pesan untuk orang suruhannya.


Georgia melotot dan nafasnya mulai memburu.
"LO MAU APA, SANSAI?!!" Teriaknya.

Sansai mengangkat sebelah alis.
"Mau gue? Simpel, gue mau lo menderita."

Georgia mencoba bangkit berdiri perlahan-lahan. Merapatkan tubuh ke tembok, merasa ngeri terhadap Sansai yang terus melangkah mendekatinya.
"Lo mau memperkosa gue?!"

Sansai tertawa kecil mendengarnya.
"Ngimpi lo? Gue bukan tipe orang yang nafsuan, gue ini mahal." Sinisnya, memandang hina cewek itu.
"...lagian gue udah punya orang spesial."
Langkah Sansai terhenti dan berdiri mematung.

Georgia menatapnya sengit.
"Elo cowok beraninya sama cewek! Lo gak malu?!"

Sansai tersenyum lebar. Lebih tepatnya menyeringai.
"Sayangnya gue penganut kesetaraan gender... jadi cowok dan cewek sama di mata gue." Katanya, ramah. Sorot hazelnut itu menajam.
"Oya, kemaren Bubble versus elo, Bubble tetap kalah dan mati kan? Itu membuktikan kalo gender gak berpengaruh."

Georgia menggigit bibir bawahnya kuat-kuat.
Dalam hati mengutuki diri mengapa tak memperhitungkan dulu pembalasan dari teman-teman Bubble kelak.
"M-maafin gue..."


"Mestinya lo minta maaf ke Bubble. Tapi mana bisa, dia kan udah mati." Sarkas Sansai sembari memiringkan kepala.
"Gini aja, biar adil gue kasih lo kesempatan..."

Georgia yang tadinya tertunduk kini mengangkat wajah, memandangi Sansai penuh harap.
"Beneran?"

"Iya." Sahut Sansai, ada pesan misterius dibalik iris matanya.
"Gue tantang lo buat duel sama gue. Kalo elo menang, lo bisa bebas. Kalo elo kalah, gue bakal memberikan pelayanan khusus buat lo."

Georgia menelan ludah. Sadar bahwa itu hanyalah jebakan, melihat dari sikap serta postur tubuh Sansai, jelas mustahil Georgia menang.

Tak lama beberapa pria asing muncul dan berdiri memperhatikan mereka dari balik jeruji besi.

"Berdiri sebelum gue patahin kaki lo." Perintah Sansai bernada dingin.

Perlahan Georgia yang tlah terduduk pun bangkit berdiri.
Agak ragu mendekati Sansai. Georgia memasang kuda-kuda, memejamkan mata dan membatin, berharap jiwa Georgio memberinya pertolongan.


Sansai merenggangkan persendiannya hingga terdengar suara tulang bergemeretak beberapa kali.
"Mulai."

Otomatis Georgia melayangkan tendangan ke arah Sansai yang hanya mengelak malas.

30 detik Sansai terus membiarkan Georgia menyerang dengan membabi buta.

FAKE NERD AND PSYCHOPATH {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang