🖤BAKU HANTAM

1.3K 207 8
                                    

Hey guys!
Selamat membaca.
Ada baiknya vote dan komen biar aku semangat.
Makasi.

🖤🖤🖤

Angin malam begitu dingin menusuk ke sanubari Portal.
Gadis itu memejamkan mata sembari memeluk tubuh pacarnya erat-erat.

Sansai memacu sepeda motor dengan kecepatan tertinggi, menembus jalanan yang sepi. Tajam angin malam yang menerpa wajahnya sudah tak lagi terasa.

Mata hazelnut itu menyipit, hampir tak berkedip menyorot jalanan di depannya. Walau saat ini tengah malam dan keadaan terlihat sepi, namun dia harus tetap waspada.

Ketika mereka mulai memasuki wilayah Nightmare Street, sebuah mobil hitam muncul dari arah Timur, menghadang mereka tepat di perempatan.

Karena merasa muak terus-terusan menghindar bagaikan pengecut, Sansai lantas menarik rem sepeda motor. Kedua kakinya yang panjang menopang bobot motor dan membawanya mundur sedikit.

"Tetap di sini." Bisik Sansai kepada Portal, menyuruh gadis itu untuk tetap berada di atas motor yang telah diparkirkannya di pinggir jalan.

"O-oke." Portal bungkam, jantungnya mulai berdebar cemas.

Empat orang berkemeja hitam keluar dari dalam mobil hitam jadul itu. Daniel, Zack, Fred dan Simmy.

Perlahan Sansai berjalan mendatangi mereka.
Sorot matanya tajam menusuk dan air mukanya tampak menahan amarah.
"Kalian mau apa sih, hm?"


"Kami di sini atas perintah dari bos!" Sahut Zack yang bertampang sangar.

"Oh... Andreas? Trus dia mau apa dari kami?" Tanya Sansai.

Diam-diam Portal turun dari motor dan melangkah lambat mendekati Sansai.

"Bos memerintahkan kami untuk mengawasi dan mengambil gadis itu!" Sentak Zack mewakilkan yang lain.

Kedua alis Sansai menyatu, senyum sinis terukir.
"Plin-plan juga bangsat satu itu ya. Dia udah sepakat untuk ngelepasin kami, tapi sekarang malah nyuruh kalian buat nangkep kami?"

"Semua orang juga tau kalo petinggi Hitam Putih bebas membuat dan mengubah keputusan kapanpun mereka mau!" Tegas seorang cowok putih pucat. Itu adalah Daniel.

Sansai menghela nafas meredam rasa kesal yang mencoba menguasainya.
Cornelius pernah berpesan agar jangan buru-buru mengambil tindakan saat sedang emosi.
"Berapa?" Sansai menatap dingin ke arah mereka.


Keempat pemuda garang itu saling pandang sebentar.

"Apa maksud lo!?" Bentak Simmy melotot.

"Berapa gue harus bayar kalian buat menjauh dari kami? Atau bahkan buat nyerang balik ke Andreas..?" Tanya Sansai datar, dengan alis terangkat satu.

Keempat cowok itu memandangnya remeh, seolah tak gentar.

"Kesetiaan harga mati!" Sentak Zack.

Senyum manis mengembang di wajah Sansai.
"Bagus. Sekarang maju dan matilah kalian."

Mereka menggeram. Dua orang maju, Simmy tangan kosong dan Fred memegang belati.

FAKE NERD AND PSYCHOPATH {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang