Catherine semakin menggenggam erat kalung salib milik Marcus sembari tangan kirinya menggenggam tangan sang Ibu. Entah mengapa, firasat tidak enak mulai menghinggapi hatinya yang sedang resah. Belum lagi sang Ayah yang tadi pergi izin sebentar, namun belum kembali juga.
"Yakinlah bahwa semua akan baik-baik saja, Sayang!" Wanita cantik itu menoleh saat mendengar perkataan menenangkan Hana padanya.
"Tapi entah mengapa, aku memiliki perasaan yang tidak enak, Bibi. Aku mengkhawatirkan Ayah dan juga Marcus oppa." Hana mengerti akan keresahan hati Catherine.
Rose yang sedari tadi menyimak hanya bisa diam. Wanita paruh baya itu tidak menyangka jika putrinya begitu mencintai pria itu. Jika boleh jujur, sebenarnya Rose tidak setuju, karena mengingat pria itu ternyata berasal dari keluarga kurang mampu.
"Catherine, apa Ibu boleh bertanya padamu?" Hati Catherine seketika tersentak saat mendengar ada nada dingin yang terselip dari kalimat sang Ibu.
"Ibu ingin bertanya apa?" Ternyata kalimat selanjutnya yang akan di ucapkan Rose membuat Catherine, terlebih Hana merasa kecewa dan marah.
"Apa benar jika pada akhirnya, kau akan melabuhkan hati kepada pria itu? Bukannya dia miskin? Ibu tidak akan setuju jika kau memilih bersamanya."
Seperti ada pisau tajam yang baru saja menikam dadanya, wanita cantik itu merasakan sesak yang teramat. Mengapa Ibunya harus berujar demikian di saat keadaan sedang kacau begini? Jika seandainya Ibunya melarangnya memiliki hubungan dengan Marcus, maka Catherine akan dengan senang hati di ajak kawin lari oleh pria tampan itu.
"Memangnya kenapa kalau Marcus yang di cintai putrimu berasal dari keluarga miskin, Rose? Apa itu salah? Dan, apakah pilihanmu menjodohkan Catherine dengan Edward juga benar? Buktinya lihat, Rose! Inilah yang terjadi."
Rose terdiam saat secara tidak langsung Hana menyindirnya, mengatainya sebagai seorang Ibu yang hanya menginginkan menantu yang berasal dari keluarga kaya. Wanita yang melahirkan Catherine itu ingin menjawab andai Violet mencegahnya.
"Apa yang di ucapkan Hana memang benar, Rose. Andai saja aku bersabar saat itu, mungkin kita bisa melakukan pengenalan terlebih dulu antara Catherine dan Edward. Bukan langsung mengadakan acara pertunangan seperti ini."
Violet kembali menangis karena merasa di bohongi selama ini oleh Richard. Dirinya tidak menyangka jika selama ini, Alexander yang di bangga-banggakan oleh suaminya itu bahkan sampai di banding-bandingkan dengan Edward putranya, ternyata adalah anak yang di lahirkan adiknya Retha.
Jadi wajar saja sampai saat ini Edward sedikit membenci ayahnya karena hal itu. Tapi siapa pun sebenarnya Edward, bukan hal yang penting bagi Violet. Karena sejak masih bayi, dirinya sudah sangat menyayangi bahkan mencintai Edward sebagai putranya. Dan itu tidak akan pernah berakhir. Edward Louis tetap putra yang paling dirinya banggakan.
***
Dor dor dor
Tembakan bersahut-sahutan terus terdengar di mana-mana. Edward mengerang marah saat menyadari jika peluru dalam pistolnya sudah habis. Saat ingin mencari tempat persembunyian, tangan kirinya harus mendapatkan rasa perih dan panas akibat peluruh timah yang sudah bersarang.
Edward mengerang, tapi malah menjadi tontonan yang sangat menghibur bagi orang yang menembaknya. Pria itu menyesal sudah menganggap orang yang ada di depannya ini menjadi panutan. Karena sebenarnya, Edward baru tahu alasan dirinya sering di banding-bandingkan dengan sepupunya Alexander.
"Dari dulu kau itu memang tidak berguna, Edward."
Edward berdecih sinis mendengar hal itu. "Sampai kapan pun aku memang tidak akan berguna di matamu, Ayah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny Marco in Love Sea ☑️
RomanceKeluarga Houston menerima perjodohan putri tunggalnya dengan seorang politikus muda bernama Edward Louis. Catherine yang memang menyayangi kedua orang tuanya menyetujui hal itu. Untuk merayakannya, keluarga Louis mengadakan pesta di atas kapal mewa...