Chapter 27 - Terjadinya Pembajakan

378 65 10
                                    

Suasana malam yang sepi sangat menjengkelkan bagi pria itu. Setelah di tolak kekasihnya untuk menikmati percintaan yang panas dia langsung keluar dari kamar wanita itu untuk menenangkan hasratnya yang sudah di ujung kepala. Dia memilih berdiri di depan kapal.

Dia mengeluarkan sebungkus rokok yang selalu dirinya simpan di dalam saku celana tanpa sepengetahuan kekasihnya itu. Pemantik dia nyalakan dan langsung di arahkan ke sebatang rokok yang ujungnya sudah di apit kedua belah bibirnya.

Asap putih langsung mengepul ketika keluar dari hembusan mulut dan hidung. Nikotin yang terkandung di dalam rokok tersebut sedikit membuatnya tenang dari hasrat sialannya. Kembali pria tersebut menghisap ujung rokok dan mengeluarkan asapnya ke arah angin laut yang sedang bertiup ke wajahnya.

"Ternyata mantan playboy sedang menenangkan diri di sini."

Pria itu menghiraukan kalimat yang baru saja masuk ke alat pendengarannya. Rokok tersebut lagi-lagi di hisapnya dan tampaknya kegiatan itu menjadi hiburan tersendiri bagi si lawan bicara yang tertawa kecil karena sahabatnya itu.

Tanpa permisi, orang yang tadi mengajaknya bicara mengambil sebatang rokok dan pemantik lalu menghidupkan ujungnya dan segera meletakkan pemantik setelah dia menghembuskan asapnya ke arah wajah pria itu.

"Aku sedang tidak ingin bercanda, Roger Marcus Gilbert!" tuturnya dengan nada malas. Sang lawan bicara yang ternyata adalah Marcus terkekeh dan kembali menghisap rokoknya.

"Aku tidak pernah melihat seorang Shawn Orlando merana seperti ini." Dia melirik Shawn yang kembali mengambil sebatang rokok dari bungkusnya.

Marcus akui jika Shawn termasuk perokok yang kuat. Lihatlah! Bahkan belum ada dia berdiri di samping pria itu selama 5 menit, rokok yang tadi sudah habis.

Dirinya memang perokok. Tapi jika saat pikirannya sudah terlalu buntu. Contohnya bisa kita lihat saat dia memikirkan pertunangan Catherine, kekasihnya.

"Kau kenapa?" Shawn menghela nafasnya. Setelah menghembuskan asap rokoknya asal, pria itu hanya menggeleng kecil.

"Aku hanya sedang banyak pikiran," jawabnya seraya menatap lurus ke depan, menikmati setiap jarak yang di lewati kapal. Marcus terkekeh geli, karena tanpa sengaja matanya melihat bagian bawah Shawn yang menonjol.

"Pasti salah satunya adalah lagi-lagi di tolak Camilla untuk bercinta nikmat di atas laut yang indah, lengkap dengan cahaya bulan purnama yang bersinar." Tatapan tajam Shawn malah membuat perut Marcus semakin tergelitik.

"Diamlah, Marc!" Tawa itu mengudara puas melihat wajah Shawn yang memerah. Seorang mantan playboy merona? Ini pantas untuk di beri penghargaan.

"Kau benar-benar konyol, Shawn. Aku berterima kasih karena kau berhasil membuatku tertawa dengan begitu puas."

"Tertawalah sampai sepuasmu, Marc! Lagian aku juga tidak peduli," kesalnya. Marcus berusaha menahan dirinya untuk mengejek kebodohan sahabatnya itu.

"Sebenarnya kau itu benar seorang mantan playboy atau malah menjadi penyuruh pacarmu untuk mengangkat barang belanjaannya? Aku heran melihat seorang Shawn Orlando, putra tunggal keluarga Orlando yang paling tampan, seringkali di tolak bercinta oleh kekasihnya sendiri."

"Roger Marcus Gilbert, diamlah! Aku sedang malas membahas hal yang bodoh itu." Marcus hanya memberikan endikan bahu, seolah tidak peduli.

"Apa kau pernah berpikir kenapa Camilla terus menolak bercinta denganmu?" Shawn langsung menatap Marcus yang membuang puntung rokoknya di asbak yang sudah tersedia disebuah meja.

"Kau berkata seolah-olah paling tahu tentang hal itu. Tapi saat kami semua menyodorkan wanita-wanita berbokong indah untuk melakukan seks denganmu, kau saja selalu menolaknya, Marcus," cibirnya.

Destiny Marco in Love Sea ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang