Chapter 9 - Tidak Menyerah

431 78 18
                                    

Sepasang kekasih yang sama-sama memiliki darah keturunan Korea-Argentina itu berjalan menyusuri taman bermain Thrill Waterpark yang ramai. Dua insan itu adalah Francis Yosefh Kim dan Irene Victoria Bae. Sebelum kapal pesiar Destiny Marco melanjutkan perjalanannya menuju Jamaica pukul 5 sore nanti.

Cuaca di Pulau Cococay tidak terlalu panas. Jadi siapapun masih bisa berjalan kaki menyusuri. Sepanjang jalan, mereka melihat ada banyak keluarga di sini. Jangan lupakan sepasang kekasih yang sedang bercumbu dan pasti itu membawa dampak pada pipi Irene yang langsung merona.

Francis yang melihat itu langsung memberi kecupan. Bukan hanya di pipi. Tetapi bonus di bibir mungil itu. Gadis manis itu langsung memberi pukulan di lengan Francis yang tertawa bahagia karena bisa membuat kekasih tercintanya kesal.

"Francis!"

"Maaf, Sayang! Aku suka melihatmu saat merona. Terlihat manis seperti permen kapas." Irene kembali memukul lengan kekasihnya yang di balas Francis dengan cara memeluk tubuh itu mesra.

Hal itu terlihat oleh Catherine yang sedang duduk di kursi panjang, memandang wahana yang sedang ramai. Gadis itu terkadang merasa iri melihat kemesraan yang di tunjukkan kekasih teman-temannya.

Dalam hati, sebenarnya dia ingin Edward juga memperlakukannya demikian. Saling mencintai satu sama lain, tanpa ada unsur perjodohan seperti ini.

"Pantas saja cuaca siang ini terlihat tidak panas. Ternyata karena ada salah satu bidadari bumi yang wajahnya terlihat sendu." Catherine tidak perlu menoleh karena dia tahu siapa yang baru saja bersuara. Wajahnya tetap saja menampilkan ekspresi sendu.

"Ternyata aku di abaikan. Aaah! Rasanya begitu sakit, Tuhan! Apalagi di abaikan oleh bidadari bumi yang terlihat menawan saat terkena matahari."

Marcus terus berusaha merayu gadis itu agar menatapnya. Namun tetap saja Catherine masih mengabaikannya. Pria itupun akhirnya mengikuti arah pandang Catherine dan tampaklah sepasang kekasih yang dia tahu itu adalah Francis dan Irene.

"Apa kau cemburu dengan mereka?" Marcus bersorak kegirangan dalam hati karena berhasil membuat Catherine menoleh padanya.

"Apa maksudmu mengatakan aku cemburu? Dan untuk apa juga aku cemburu?"

Jari telunjuk Marcus mengarah ke kursi yang kini di duduki Francis dan Irene. Catherine mengikuti arah tunjuk itu dan dapat pria itu dengar helaan nafas gadis yang duduk di sampingnya itu.

"Aku tidak cemburu. Aku hanya ikut bahagia melihat temanku bahagia bersama orang yang di cintainya. Lagian, untuk apa aku cemburu ketika aku sudah memiliki calon suami."

"Lebih tepatnya pria yang tidak kau cintai." Catherine tersentak mendengar perkataan itu. Singkat, namun rasanya begitu sakit.

"Kenapa kau berujar demikian?" Pandangan Marcus kini lurus ke depan sembari menampilkan seringainya.

"Karena wajahmu berkata demikian."

Wajah Catherine terlihat menahan amarahnya. Dengan cepat, gadis itu menarik lengan Marcus dan memberi tamparan yang pedas di pipi itu. Awalnya Marcus terkejut. Namun tidak lama, pria itu terkekeh seraya memegang pipinya yang panas.

"Kenapa menamparku, Nona? Apa ucapanku tadi memang... benar?"

"Benar atau tidak, itu bukan urusanmu!" Saat ingin beranjak, lengan kirinya di tahan Marcus. Gadis itu memberontak. Namun cengkraman pria itu semakin kuat.

"Lepaskan tanganku, Tuan Marcus!"

"Jika aku tidak mau, apa kau akan menamparku lagi, Nona Catherine?" tantang Marcus dengan wajah datarnya.

Destiny Marco in Love Sea ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang