Chapter 20 - Kita Menyatu

914 81 15
                                    

Terlihat sekali banyak para penumpang kapal yang menikmati pemandangan dan tempat wisata di Haiti ini. Aktivitas sudah terlihat di negara tersebut. Kapal pesiar Destiny Marco tiba di Pelabuhan Labadee, Haiti pada jam 09.30 tadi.

"Apa Catherine memang baik-baik saja, Venus?" tanya Rose kepada keponakannya. Venus hanya mengangguk. Gadis itu tidak ingin membuat sang Bibi khawatir.

"Bibi tenang saja. Aku sudah memberikan obat padanya," jawab gadis manis itu. Stefany menatap Venus yang hanya memberi kode untuk tetap diam.

"Aku akan melihat calon istriku, Bibi." Saat ingin melangkah, Venus menahan tangan Edward yang ingin kembali ke kapal.

"Tidak perlu, Edward. Catherine tadi berpesan agar tidak ada orang yang menggangunya. Dia hanya ingin beristirahat. Makanya tidak turun dari kapal."

"Baiklah, Venus."

"Sayang sekali jika putriku harus melewatkan tempat wisata di Haiti ini," keluh Rose saat mendengar dari sang keponakan jika putrinya sedang mengalami pusing.

"Jangan bersedih, Sayang! Pasti Catherine akan tetap bisa kembali ke sini," ucap William sambil memeluk istrinya itu dengan sayang.

"Benar, Bibi. Setelah menikah nanti, Haiti adalah salah satu tempat wisata yang ingin aku datangi bersama Catherine saat berbulan madu nanti."

Violet yang mendengar itu pun langsung memeluk sang putra. "Aku sudah sangat yakin jika putraku ini dapat menjadi suami yang baik untuk calon menantuku, Rose. Jadi jangan khawatir dengan kebahagiaan Catherine, karena Edward adalah pria yang sangat bertanggungjawab."

"Aku percaya, Violet."

Keluarga Roger serta ke-empat pasangan lain hanya bisa diam mendengarkan perbincangan itu. Sebenarnya semuanya terkejut karena mereka di pertemukan di malam pertunangan Catherine dan Edward.

Andrew yang memang ingin memperkenalkan Stefany kepada para sahabatnya terkejut jika ternyata gadisnya berteman dengan kekasih Francis dan Shawn. Begitu juga sebaliknya.

Irene dan Camilla yang kesal saat mengetahui hal itu, langsung memukul kekasih mereka yang hanya pasrah mendapatkan serangan dashyat. Buktinya bekas pukulan itu masih terasa di punggung mereka.

Bukannya bahagia bisa menikmati acara dansa dan ciuman malam tadi, Francis dan Shawn malah harus menanggung rasa sakit. Nasib sial sedang berpihak kepada kedua pria tampan itu.

Tapi mereka semua mengutuk Marcus yang tiba-tiba menghilang entah kemana. Sedari semalam siang, pria itu tidak memunculkan wujudnya, sehingga membuat Francis pun ingin sekali memberikan bogeman pada wajah tampan tersebut.

"Sudahlah. Sebaliknya, ayo kita menikmati pemandangan di sini!" Mereka semua mengiyakan ucapan Darwin dan segera berjalan menuju tempat-tempat destinasi yang ada di Haiti.

Stefany segera menarik lengan Venus dan itu membuat Andrew dan Spencer hanya bisa memandang tanpa mau ikut campur. Sedangkan kedua mantan playboy, Francis dan Shawn, langsung mengajak kekasih mereka untuk meninggalkan ke-empat orang itu.

"Mengapa kau berkata seperti tadi, Venus? Sedangkan kau tahu jika Catherine tidak ada di kamarnya."

"Sudahlah, Stefany. Asal kau tahu, sebenarnya kita sedang melindungi Catherine."

Kekasih Andrew itu pun mengernyit bingung. "Apa maksud ucapan itu sebenarnya, Venus?"

Andrew pun merangkul bahu kekasihnya itu. "Sebaiknya kita ke restoran terlebih dahulu."

Stefany segera menatap prianya. "Kau belum sarapan, Sayang?"

Pria itu memberikan senyum manisnya yang membuat Stefany seakan meleleh seperti lilin. "Belum, Sayang." Andrew langsung mengecup bibir Stefany dan setelahnya gadis itu memukul dada sang kekasih.

Destiny Marco in Love Sea ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang