Chapter 19 - Aku Ingin Menjagamu

527 82 20
                                    

Angin laut yang tengah melambai-lambai sesukanya itu tidak menyurutkan si pria tampan untuk kedinginan. Malah sedari tadi, senyum tidak luput dari bibirnya. Pria itu adalah seorang politikus muda bernama Edward Louis.

Dia merupakan calon suami dari putri satu-satunya keluarga Houston yang bernama Rose Catherine Houston, setelah tiga jam yang lalu baru saja melangsungkan pertunangan.

Edward sedari tadi berdiri di bow kapal. Bow kapal merupakan bagian depan kapal. Pria itu sudah berdiri sejak lama di sini. Membayangkan rasa manis dari bibir tunangannya itu.

"Tuan Edward?"

Edward menoleh dan mendapati seorang pria paruh baya yang berjalan menuju ke arahnya. Orang itu pun sudah berada di samping Edward dan langsung menyenderkan badannya ke pagar.

"Selamat sekali lagi atas pertunangan Anda, Tuan Edward!"

"Terima kasih, Kapten Hartley."

Vincent Hartley adalah kapten kapal yang sangat ramah. Pria paruh baya itu memang sering berjalan menyelusuri keadaan kapal dan sering menyapa para penumpang tanpa memandang kelas.

"Rokok?" tawar Edward saat pria itu mengeluarkan sebungkus rokok dan langsung di tolak dengan halus oleh Hartley.

"Terima kasih, Tuan Edward. Tapi maaf! Saya tidak merokok." Edward hanya mengangguk sembari menghidupkan rokok yang sudah di apit bibirnya.

Hartley hanya bisa menghela nafas saat mengetahui jika asap rokok pria yang ada di sampingnya ini menganggu pernafasannya. Namun dirinya hanya bisa memaklumi itu.

"Oh ya, Kapten Hartley!" Hartley langsung melirik Edward. "Apa kau tahu siapa pemilik asli kapal ini?"

Pria paruh baya itu sebenarnya aneh mendengar ucapan tersebut. Seharusnya pria itu tahu bukan jika kapal ini milik keluarga Roger. Bukannya itu yang dia tahu saat Darwin memberitahunya saat memintanya memimpin pelayaran kali ini?

"Setahu saya ini milik keluarga Roger, Tuan Edward," ujarnya.

"Aku tahu. Karena kakek Darwin yang memberi izin untuk menyewa kapal ini."

"Lalu, kenapa Anda bertanya demikian, Tuan Edward."

Edward hanya menatap Hartley sebentar dan langsung mengalihkan matanya ke arah laut lagi. "Tidak apa-apa. Hanya saja saya hanya merasa janggal dengan sesuatu."

"Benarkah? Jika saya boleh tahu, hal apa itu, Tuan Edward?" Hartley bertanya sekedar melirik politikus muda itu.

"Tidak ada hal apa-apa, Kapten Hartley. Anggap saja saya sedang mengigau tadi."

"Baiklah."

Kembali mereka menatap ke arah laut yang sedang memantulkan sinar bulan. Hartley yang merasa sudah cukup langsung pamit dan hanya mengernyit bingung memandang politikus itu.

Pria paruh baya itu berjalan menuju engine room yang di mana ini adalah sebuah ruang mesin. Hartley ingin memantau para masinis yang mengawasi mesin kapal agar tetap terjaga. Namun tidak menyangka akan bertemu seseorang yang begitu dia hormati dan sudah di anggapnya anak sendiri.

"Tuan Roger!" Orang tersebut melirik Hartley dan tersenyum. Setelah menyuruh lawan bicara orang itu untuk pergi meninggalkan mereka, Hartley membawa orang itu untuk duduk di kursi yang sudah tersedia di sana.

"Saya tidak menyangka jika Anda sudah sebesar ini, Tuan Roger!"

Orang itu terkekeh mendengar ucapan Hartley. "Panggil namaku saja, Paman Hartley."

"Iya, Nak Marcus. Paman tidak menyangka jika anak kecil yang dulu sering Paman gendong sudah sebesar ini. Malah semakin tampan." Orang itu, Roger Marcus Gilbert hanya tersenyum menanggapinya.

Destiny Marco in Love Sea ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang