Chapter 32 - Mereka Tahu?

430 61 12
                                    

Saat ini tentu suasana di Kapal Destiny Marco masih begitu kacau. Sebagian penjahat yang bekerja sama dengan Tuan Louis, Alexander dan Francis sudah di amankan dan di kumpulkan di ruang dansa, di mana tadi mereka melakukan hal yang sama saat membajak kapal.

Namun otak kejahatan dari ini semua belum tertangkap. Mereka semua masih belum bisa tenang saat Francis masih berkeliaran di sekitar kapal. Marcus bahkan sampai meminta para bodyguardnya untuk menyelusuri seluruh bagian kapal, bahkan sampai ke sela-sela yang tidak pernah pria itu jalani.

"Ayah!" Catherine berlari menghampiri William saat melihat Ayahnya baru datang dari arah Timur. Wanita itu menangis kencang saat melihat luka lebam di wajah Ayahnya.

"Sayang, sudah! Ayah tidak apa-apa," ujar William sembari mengelus rambut panjang putrinya yang kusut, tetapi masih tetap cantik.

"Tapi, Ayah!"

"Hei! Catherine putri Ayah yang paling cantik ini tidak boleh menangis. Nanti cantiknya luntur." Catherine tersenyum disela-sela tangisannya. William mengeratkan pelukan mereka, saat tahu putrinya tengah memikirkan hal yang sangat mengkhawatirkan dan pastinya menyangkut tentang pria itu.

"Yakinlah bahwa dia akan baik-baik saja. Ayah percaya dia sepenuhnya." Ucapan William malah membuat Catherine semakin terisak. Apakah orang yang dia hormati ini tidak membencinya karena telah melakukan dosa besar?

"Ayah tidak marah pada Catherine?" cicitnya pelan.

William tersenyum dan menggeleng. "Tidak. Ayah tidak akan marah, Sayang. Semua orang juga pasti pernah melakukan kesalahan. Ayah juga seperti itu. Ibu juga. Jadi putri Ayah yang cantik ini tidak boleh menyalahkan dirinya atas semua itu. Jika memang dia yang terbaik menurutmu, berbahagialah. Ayah merestui!"

Wanita itu semakin menenggelamkan kepalanya ke bahu sang Ayah yang mengecup ubun-ubunnya sayang. Rose yang sedari tadi mendengar ucapan suaminya itu seketika tersentuh. Dirinya berkata seperti tadi juga karena rasa spontan saja. Tidak bermaksud untuk melukai hati putri tercintanya itu.

Darwin dan Lily hanya bisa tersenyum saat menyadari jika wanita cantik dan muda itu begitu menyayangi kedua orangtuanya, sehingga fakta yang tidak mereka sangka bisa di lakukan wanita itu bersama orang yang di cintainya. Sedangkan Hana benar-benar beruntung saat mengetahui jika putranya Marcus mendapatkan restu dari Ayah Catherine. Namun tetap saja nanti bokong putranya itu akan dia pukul pakai rotan sang Ayah mertua.

***

"Pindahkan penumpang kapal yang tersisa ke bagian kelas Ekonomi, Andrew!"

Perintah yang baru saja di ucapkan Marcus membuat Andrew menahan kesal. Jika yang ingin di pindahkan 20 orang mungkin dia sanggup. Tapi ini? Apa pria gila itu pikir penumpang kapal yang ikut merayakan pesta pertunangan ini bersisa berkisar 500 orang?

Sedangkan Spencer tertawa mendengar hal itu. Tawa puas yang membuat Andrew seketika melempar vas bunga yang hampir saja mengenai tulang kering pria bermarga Lee itu, jika seandainya dia tidak bergerak ke arah kiri.

"Lakukan saja, Andrew. Aku ak—" Ucapan Spencer terpotong saat mendengar kalimat selanjutnya yang di ucapkan Marcus.

"Kau juga ikut membantunya, Spencer Lee!"

"Hei! Apa kau sudah gila, Roger Marcus Gilbert? Memangnya kau pikir penumpang kapal yang tersis—"

"Sudah lakukan saja dan jangan banyak protes!" Kedua pria tampan itu terdiam saat melihat Marcus menjentikkan jarinya dan menyuruh kepala bodyguard itu memerintahkan anak buahnya agar membantu memindahkan penumpang kapal kebagian kelas Ekonomi.

Tanpa memperdulikan umpatan dan serapah yang di tujukan Andrew dan Spencer padanya, Marcus kembali bersiaga seraya memperhatikan sekelilingnya. Untuk menghadapi seorang Francis Yosefh Kim, dia harus menggunakan taktik untuk memancing pria itu keluar.

Destiny Marco in Love Sea ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang