Di kamar bernuansa sunyi temaram itu, gadis cantik dan manis tersebut bergerak gusar. Di dalam pikirannya, terngiang kejadian saat di Pulau Cococay tadi bersama pria itu. Seorang pria yang harus dia akui ketampanannya dan juga bisa seksi secara bersamaan.
Meskipun pria itu hanya mengenakan kaos hitam, namun malah karena hal itu yang membuatnya lemah. Dada bidang yang benar-benar tercetak nyata, lengan otot yang kekar, entah mengapa mampu membakar gairahnya.
Padahal gadis itu, Catherine tidak pernah merasakan ini kepada siapapun. Termasuk Edward yang sudah sering memeluk pinggangnya secara tiba-tiba. Namun tidak ada reaksi apapun pada jantungnya. Tetapi berbeda saat bersama pria bernama lengkap Marcus Choi itu.
Catherine memutuskan untuk menjernihkan pikirannya dari bayangan tadi siang. Kakinya berjalan menuju jendela. Menyibak tirai dan membuka kunci jendela itu agar angin bisa masuk ke kamarnya.
Hembusan angin laut yang dingin itu sedikit membuat pikirannya tenang. Rambut panjangnya ikut melambai-lambai. Siapapun pria pasti akan tergerak untuk menyelipkan helaian itu di belakang telinga sang gadis.
Catherine merasa jika saat ini pipinya merona. Terasa panas dan mampu membuatnya malu. Kedua tangannya memegang wajahnya sendiri, lalu tersenyum. Tetapi sedetik kemudian, gadis itu menggeleng. Memberi sugesti dirinya jika hal itu sungguh tidak benar.
Tetapi dirinya merasa ada lengan kekar dan berotot melingkari pinggangnya. Tengkuknya juga di kecup dengan lembut dan sedikit meninggalkan kesan basah. Matanya memejamkan saat merasakan tangan yang memeluknya dari belakang itu perlahan merambat naik ke atas.
Catherine mengigit bibir bawahnya, seraya meletakkan kepalanya di bahu pemilik lengan itu saat belaian dan remasan lembut dia rasakan pada kedua payudaranya. Bibir itu juga menjilati wajah dan lehernya, seolah sedang menjilat es krim.
Bukannya jijik, Catherine malah merasakan ledakan yang aneh namun nikmat. Perutnya juga terasa berdenyut. Pusat tubuh bagian bawahnya juga berdenyut ngilu ketika pijatan pada sebelah payudaranya sedikit kuat. Tangan Catherine juga sudah berada di kepala sang pemilik lengan dan memeras rambut lebat itu untuk mengalihkan rasa nikmat.
"Hmm......"
Catherine bergumam nikmat saat merasakan jari itu mengelus perutnya secara lembut. Lalu memperagakan orang berjalan untuk semakin turun ke bawah. Gaun malam tipis berwarna biru langit yang di kenakannya tidak terasa sudah lepas dari tubuhnya. Membiarkan angin laut bebas menerpa.
Namun apapun itu, Catherine tidak memperdulikannya. Yang terpenting baginya, ledakan nikmat bernama gairah mulai menguasainya secara perlahan. Dinginnya hembusan angin tidak terasa karena rasa panas telah menghampiri tubuhnya ketika dirinya merasakan jika miliknya di belai lembut.
Memperlakukan miliknya, seperti kaca yang jika di sentuh akan mudah pecah. Tanpa sadar, tangan kanannya sudah memegang payudara miliknya sendiri, lalu memberi remasan lembut.
"Aaahh....."
Desahan itu menjadi nada suara yang indah dan mampu membakar jiwa gairah para lelaki, termasuk si pemilik jari yang sudah mulai menyentuh gumpalan daging kecil di sana. Menekan-nekan itu agar gairah Catherine semakin menyala ganas.
"Aaahhh.... hmmm...."
"Sebut Daddy, Sayang!" ucapnya sambil memberi kissmark pada leher jenjang itu. Suara seksi yang mampu membuat Catherine semakin merasa jika tubuhnya lemas tidak berdaya akibat gairah panas yang tercipta.
"Ouhhh... Daddy—"
"Rose Catherine Houston!" Gadis itu terkejut luar biasa akibat panggilan tersebut. Bahkan dirinya langsung memperhatikan tubuhnya. Ternyata masih tetap mengenakan gaun malam seksi berwarna biru langit, pemberian Stefany saat ulang tahunnya 6 bulan lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny Marco in Love Sea ☑️
RomanceKeluarga Houston menerima perjodohan putri tunggalnya dengan seorang politikus muda bernama Edward Louis. Catherine yang memang menyayangi kedua orang tuanya menyetujui hal itu. Untuk merayakannya, keluarga Louis mengadakan pesta di atas kapal mewa...