Terlihat sepasang manusia itu berjalan sembari si pria menggandeng tangan sang gadis. Mereka saat ini tengah berada di Rose Hall Great House.
Wisata ini merupakan sebuah rumah perkebunan Georgia Jamaika yang sekarang di jalankan sebagai museum rumah bersejarah. Terletak di Teluk Montego, Jamaika dengan pemandangan pantai yang indah.
"Apa kau lelah, Sayang?" tanya sang pria dengan penuh kelembutan. Sang gadis hanya bisa memberi senyum simpul.
"Tidak. Aku tidak merasakan lelah. Apalagi karena pemandangan cantik ini," jawabnya sambil tersenyum, yang sayangnya efek dari hal itu membuat sang pria terpesona.
"Apa kau ingin memiliki rumah yang pemandangannya mirip seperti ini?"
Gadis itu menggeleng. "Tidak perlu. Itu terlalu berlebihan untukku."
"Tapi untuk gadis cantik sepertimu itu sangat wajar, Sayang." Pria itu hanya bisa menghela nafas saat sang gadis kembali menolak.
"Aku hanya ingin yang sederhana saja. Jadi, jangan menghambur-hamburkan uang dengan keperluan yang tidak berguna. Lebih baik jika kita menyumbangkan uang itu anak-anak yang kurang mampu. Apalagi banyak dari mereka yang ingin bersekolah."
Mendengar penjelasan itu, membuat si pria semakin jatuh cinta pada sosok yang ada di sampingnya ini. Tanpa banyak kata, pria itu memberanikan diri untuk mengecup pipi sang gadis. Sedangkan orang yang di kecup membulatkan matanya.
"Terima kasih sudah mau menerima lamaran dariku, Rose Catherine Houston. Aku akan berusaha untuk menjadi pria yang bisa membahagiakanmu dan juga calon ayah yang baik untuk putra-putri kita nanti," ungkap pria itu, Edward dengan raut bahagia.
Penuturan yang di berikan Edward malah membuat Catherine terpaku. Jujur saja, belum terlihat debaran yang dirinya rasakan ketika pipinya di kecup Edward. Tetapi berbeda saat bersama pria itu.
Masih berdiri di sampingnya saja sudah membuat jantungnya berdetak dengan tidak tahu diri. Di tambah lagi saat pipinya di kecup. Rona merah sudah terlebih dahulu mampir tanpa di undang. Dan lebih gilanya lagi, hal yang sempat menjadi khayalan dirinya malah membuatnya menginginkan lebih.
Catherine menggeleng. Seharusnya di saat bersama Edward dirinya tidak boleh memikirkan orang lain. Tangannya mengepal, berusaha keras agar dirinya tidak tersenyum saat mengingat itu semua.
Sepertinya ucapan Andrew dan Spencer benar. Tetapi dirinya tidak mungkin mengecewakan orangtuanya yang sangat antusias dalam perjodohan ini. Apalagi sang ibu turut serta dalam menyiapkan pesta pertunangan yang akan di adakan nanti malam.
"Sayang, kau melamun?" Catherine tersentak saat bahunya di rangkul Edward. Pria itu menatapnya penuh kekhawatiran, membuatnya merasa bersalah. Secara tidak langsung, Catherine tengah berselingkuh.
"Hei, Sayang! Kenapa sedari tadi aku perhatikan jika kau banyak melamun. Apa ada yang menganggu pikiranmu saat ini? Apa kau ada masalah yang belum selesai? Jika memang ada, tolong cerita denganku. Siapa tahu aku bisa membantu meringankan masalah itu."
Justru jika aku mengatakannya maka kau akan marah kepadaku, Edward! Batin Catherine berkata demikian. Kembali senyum dia tampilkan di wajahnya, memberitahu pria itu bahwa dia baik-baik saja.
"Baiklah. Aku tidak akan memaksamu untuk bercerita sekarang, Sayang. Tapi aku akan menunggumu siap untuk bercerita sendiri," ungkap Edward tulus. Catherine sedikit kagum dengan kepribadian pria itu.
"Terima kasih, Edward."
"Sama-sama, Sayang." Mereka tersenyum satu sama lain. Namun Catherine mengernyit saat menatap Edward yang tiba-tiba menggaruk kepalanya. Pria itu gugup saat di tatap mata cantik calon istrinya sehingga pria itu menunduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny Marco in Love Sea ☑️
RomanceKeluarga Houston menerima perjodohan putri tunggalnya dengan seorang politikus muda bernama Edward Louis. Catherine yang memang menyayangi kedua orang tuanya menyetujui hal itu. Untuk merayakannya, keluarga Louis mengadakan pesta di atas kapal mewa...