Chapter 30 - Pembalasan

509 70 13
                                    

Marcus hanya terkena tembakan di ototnya. Untungnya tadi pria itu sempat bergerak ke arah samping kanan dan peluru itu tepat mengenai lengan sebelah kiri. Pria itu terus menembak dan berhasil mengenai jantung lawan yang telah melukainya itu.

"APA KAU MASIH PUNYA PELURU?" teriak Marcus kepada Edward dan langsung menunjuk kotak yang dia letakkan di bawah meja DJ yang memang sudah tersedia di sana. Dengan menunduk untuk menghindari sasaran peluru, Marcus langsung meletakkan kotak yang berisi peluru lalu memasukkan beberapa ke dalam magazen dan memasukkannya lagi ke dalam pistol miliknya.

Namun Marcus teringat sesuatu. Pria itu kembali ke tempat di mana Catherine bersembunyi. Catherine menangis melihat darah yang mengalir deras dari otot kiri Marcus.

Tanpa pikir panjang, wanita itu merobek sedikit kimono yang di kenakannya dan itu menjadi objek perhatian Marcus. Pria itu melarangnya, namun karena keras kepala Catherine membuat Marcus akhirnya menyerah. Pria itu juga melepaskan jaket hitam berlengan pendek yang sedang dia kenakan dan langsung memakaikannya ke tubuh sang wanita, sehingga kaos hitam itu membentuk tubuh atletis Marcus.

"Pegang ini!" pinta Marcus seraya menyerahkan pistol yang sudah terisi penuh peluru setelah melihat Catherine selesai membalut lukanya.

Catherine menggeleng. "Tapi, Op—"

"Cath, aku mohon! Ini hanya untuk berjaga-jaga, Sayang." Catherine mengangguk pelan, meskipun masih merasa berat melepas pria itu.

"Ingat! Jangan jauh-jauh dari Ayah ataupun Ibu. Tetap bersama mereka." Rose terharu saat tahu pria itu rela mengorbankan nyawa untuk putrinya. Beruntung sekali Catherine kecilnya.

Hana yang tahu jika pria miskin yang di sebutkan orang-orang sejak tadi adalah putranya Marcus. Apalagi dia teringat ucapan yang pernah di ungkapkan Marcus jika dia sedang mencintai seorang gadis. Namun sayangnya, gadis itu akan menjadi milik orang lain.

Rupanya putranya mencintai Catherine yang memang akan menjadi tunangan Edward. Dia mengira jika wanita cantik yang ada di sebelahnya ini juga mencintai Edward. Namun kenyataanya justru membuatnya merasa bahagia sekaligus merasa bersalah.

"Betapa beruntungnya putraku di cintai oleh dirimu, Sayang." Catherine hanya tersenyum canggung saat mendengar ucapan Hana kepadanya. Memangnya siapa putra bibi Hana yang di cintai olehnya?

***

"BUAT TERUS PERTANDANYA, SHAWN!" ujar Kapten Hartley yang sedang membawa kapal kembali ke jalur yang seharusnya.

Dia tidak menyangka jika pria muda yang saat ini bersamanya jago bela diri. Namun Shawn mengatakan padanya kalau Marcus lebih jago. Bahkan pria itu menjadi pengajar bela diri berjenis taekwondo. Intinya mereka berdua sama-sama berani.

Shawn melaksanakan perintah Kapten Hartley padanya. Pria itu baru saja mengangkat sekotak besar berisi petasan yang sudah tersedia di ruangan milik Kapten Hartley untuk berjaga-jaga dan hebatnya mereka menggunakannya di saat seperti ini.

Bunyi petasan yang memiliki ledakan besar menghiasi langit malam yang akan berganti fajar. Karena saat ini menunjukkan pukul 4 pagi dan masih butuh 26 jam lagi agar sampai di Pelabuhan Lauderdale, Florida. Semoga cahaya dan bunyi dari petasan bisa dilihat oleh helikopter Angkatan Laut Amerika yang sering bertugas memeriksa keadaan laut sampai ke Samudera Atlantik.

Kapten Hartley juga mencoba menghubungi petugas yang bekerja di Pelabuhan Lauderdale untuk meminta bantuan karena saat ini kapal pesiar yang dirinya bawa mengalami pembajakan.

"LEDAKAN LAGI, SHAWN!"

"Baik, Kapten!" Shawn membariskan 5 petasan berukuran besar dan menyalakannya satu persatu sehingga bunyi ledakan saling bersahut-sahutan. Pria itu akhirnya mengalami kelelahan.

Destiny Marco in Love Sea ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang