Chapter 6 - Telah Terlambat

491 73 24
                                    

Suasana dingin karena angin laut tentu membuat sepasang insan itu begitu menikmati keromantisan di antara mereka. Si pria yang sibuk mengecup puncak kepala kekasihnya dan si wanita hanya bisa tersenyum, sambil memejamkan mata karena merasakan kehangatan dari dada bidang itu.

"Apa para temanmu itu tidak akan mencari dirimu, Sayang?" Dapat pria itu rasakan jika kekasihnya tersebut menggeleng.

"Tidak. Mungkin saat ini mereka juga sama seperti kita. Menikmati keindahan laut malam ini," jawab sang wanita.

Pria itu semakin menambah pelukannya ketika angin sedikit berhembus kencang. Dirinya harus bisa menciptakan kehangatan untuk wanitanya ini. Sedangkan sang wanita juga tidak mau kalah. Dirinya malah semakin bersikap manja yang membuat pikiran pria itu menjadi buyar.

Dalam situasi seperti ini, memang lebih enak menghabiskannya di dalam kamar. Berselimut kehangatan gerah dan berpeluh pada kebasahan. Menciptakan gerakan lembut dan juga membantu si setan untuk ikut memprovokasi.

"Hmm...."

Gumaman nikmat itu terdengar di saat tangan sang pria mulai mengelus secara perlahan area sensitif bagian atas sang wanita. Membuat suhu di antara mereka meningkat drastis. Yang tadinya dingin karena angin laut menjadi panas akibat gerakan menggoda.

"Aaaahhh... Andrew..."

Pria itu tersadar saat sang wanita memanggil namanya. Membuatnya langsung mengeluarkan sebelah tangannya dari dalam gaun yang di kenakan kekasihnya itu.

"Terima kasih sudah mengingatkanku, Sayang!" Wanita itu, Stefany Viona mendengus. Dirinya kira prianya itu akan membawanya ke kamar mereka. Ternyata malah berhenti di sini.

Andrew melirik kekasihnya yang membuang wajahnya ke arah lain. "Kenapa cemberut? Apa aku membuat kesalahan?" tanyanya bingung.

"Tidak!" Dari jawaban bernada ketus itu, Andrew sudah paham jika kekasihnya ini tengah kesal dengannya.

Pria itu tersenyum. "Apa kau marah karena aku menghentikannya, Stefany?" Dengan anggukan lemah itu membuat sang pria langsung memeluknya.

"Apakah aku tidak ingin menyentuhmu? Tentu saja aku sangat ingin, Sayang. Tetapi aku hanya ingin menyentuhmu setelah kita menikah nanti. Makanya aku tidak mau merusak dirimu sejak awal."

Stefany terharu mendengar jawaban kekasihnya itu. Dengan cepat, wanita itu memeluk tubuh kekasihnya dengan erat. "Terima kasih dan aku mencintaimu, Andrew Gelard Choi."

"Sama-sama, Sayang dan aku juga sangat mencintaimu."

***

Catherine menatap bayangan dirinya yang terpantul dari cermin besar di kamarnya. Saat ini wanita manis itu sedang bersiap-siap untuk makan malam yang di adakan keluarga Edward bersama tamu undangan penting yang lain.

Jujur saja, penampilan wanita manis itu benar-benar seperti seorang putri kerajaan. Gaun panjang berwarna peach yang di berikan Edward untuk di kenakannya, memang sangat pas dan cocok di tubuhnya. Membentuk pada bagian yang seharusnya.

"Kau memang begitu cantik, Sayang!" Catherine tersadar setelah mendengar suara seseorang yang memujinya. Dari cermin, dia melihat Edward dan Ibunya berdiri di dekat pintu.

"Putriku memang cantik, Nak Edward!" Rose melangkah mendekati putrinya.

"Dan aku beruntung karena bisa meminang Catherine untuk menjadi istriku," tutur Edward sembari menggenggam sebelah jemari tangan Catherine dan memberi kecupan di punggung tangan itu. Rose yang melihat itu menampilkan senyum bahagianya. Sedangkan Catherine hanya menampilkan senyum sedikit.

Destiny Marco in Love Sea ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang