Chapter 22 - Ucapan Hati

509 79 12
                                    

Senyum manis itu terus tercipta pada wajah seorang gadis cantik yang saat ini sedang bersantai menikmati pemandangan Pantai Nellie.

Pantai ini selalu menjadi tempat wisata yang wajib di kunjungi saat sedang berlibur. Begitu juga dengan beberapa bagi kapal pesiar yang singgah di Haiti, di mana para penumpangnya akan selalu memilih Pantai Nellie yang indah.

"Teruslah tersenyum seperti itu, karena aku akan melayang hingga ke langit ketujuh," seru seseorang dari arah belakang yang membuat gadis itu tersenyum malu.

"Jangan terus menggodaku, Francis oppa!" Francis Yosefh Kim, orang yang tadi berujar langsung memeluk gadisnya dari belakang. Irene semakin merona di buatnya.

"Apa kau tahu, Irene mengapa air laut itu selalu berombak?"

Kening Irene mengerut saat mendengar pertanyaan itu. "Yang aku tahu, karena laut berbatasan dengan atmosfer yang selalu bergerak atau yang di kenal sebagai angin. Angin akan bergesekan dengan laut, dan mengangkat air laut ke atas. Tetapi gaya gravitasi bumi akan menariknya ke bawah, sehingga menimbulkan gerak turun-naik. Gerak turun-naik ini merupakan getaran yang merupakan sumber gelombang dan akan di rambatkan menjadi gelombang atau ombak."

Francis memberi kecupan pada pipi gadisnya. "Aku tahu jika kau itu adalah seorang guru Sains di sekolahmu, Sayang. Tapi sayangnya, bukan itu jawaban yang paling benar."

"Jadi apa?"

"Kau mau tahu?" Melihat Irene yang mengangguk semangat, otak Francis langsung berpikir untuk mengerjai gadis cantiknya ini. "Asal kau tahu, Cantik, kaulah jawaban yang paling benar."

"Aku?" tunjuk Irene pada dirinya sendiri dan Francis mengiyakan sambil menampilkan senyum miliknya.

"Kenapa bisa jadi aku jawaban yang paling benar?"

"Karena, jika air laut berombak karena adanya aktivitas gravitasi bumi, maka jantungku berombak karena adanya aktivitas berupa cinta dan kasih sayang darimu, Irene Victoria Bae."

Francis terkekeh ketika tangan mungil Irene memukul bahunya. Gadisnya itu tengah malu akibat kalimat gombal yang di ucapkannya tadi. Irene menolak tubuh pria itu saat ingin memeluknya. Tetapi bukan Francis namanya jika menyerah.

Dengan cepat, pria itu menangkap pergelangan tangan gadis itu dan menyembunyikannya tepat di punggung Irene. Gadis itu tersentak. Namun Francis segera menyatukan bibir mereka dan ciuman indah itu tercipta di Pantai Nellie.

***

Sepasang insan itu berjalan menyelusuri setiap jalan yang menjajakan souvernir buatan masyarakat Haiti. Di jalan ini juga berjejer kuliner lokal yang bisa membuat air liur menetes dari mulut para wisatawan.

"Cath, aaaa!" Wanita cantik itu menoleh saat Edward memanggil namanya. Di tangannya sudah terdapat sebuah Bananes Pesées, sebuah kuliner yang terbuat irisan pisang yang di goreng sebanyak dua kali dan ini biasa di temukan juga di Kepulauan Karibia .

Catherine menerimanya dengan membuka mulutnya dan Edward segera menyuapkan irisan pisang tersebut ke mulut tunangannya. Mata Catherine berbinar saat ternyata kuliner yang tengah dia cecap rasanya lezat.

"Bagaimana? Lezatkan?" Catherine mengangguk. Melihat kebahagiaan pada tunangannya itu, membuat Edward semakin jatuh cinta. Tetapi ada satu hal yang entah mengapa membuatnya berpikir jika Catherine tidak menyukai pertunangan mereka.

"Edward, ada apa?" Pria itu menatap Catherine yang tersenyum padanya.

"Apa kau sedang ada masalah?"

Edward menggeleng. "Tidak, Sayang. Aku baik-baik saja," jawabnya.

Namun hatinya mendesak untuk mempertanyakan pernikahan yang akan mereka jalani nanti. Edward tidak mungkin memaksakan kehendaknya hanya untuk memiliki Catherine yang jelas-jelas terlihat tidak menyukainya. Tetapi mengetahui jika wanita itu mau mencoba mencintainya, membuatnya semangat untuk memiliki hati seorang Rose Catherine Houston yang begitu cantik itu.

Ponsel yang berada di saku celana Edward berdering dan itu membuat pria tampan itu segera mengambil benda elektronik tersebut untuk melihat ID pemanggil.

"Aku permisi mengangkat panggilan ini ya, Sayang."

Wanita itu mengiyakan. "Silakan saja, Edward." Pria itu segera mengambil jarak dari Catherine dan gadis itu kembali mengambil irisan pisang goreng tersebut.

"Anda begitu cantik, Nona!" Catherine segera menoleh ke arah belakangnya. Penjual Bananes Pesées tersebut tiba-tiba tersenyum kepadanya. Catherine memperhatikan sekelilingnya. Karena bisa saja senyuman itu bukan untuknya.

"Saya tersenyum karena terpesona akan kecantikan Anda, Nona." Catherine langsung menunjuk dirinya.

"Saya?"

Wanita paruh baya itu tersenyum. "Iya. Anda yang saya maksud, Nona. Kecantikan Anda benar-benar bersinar seperti cahaya putih. Para wisatawan wanita yang lewat ataupun singgah di tempat saya ini, tidak pernah secantik Anda."

Catherine tersenyum. "Terima kasih, Bibi atas pujiannya."

"Itu bukan hanya pujian biasa, Nona. Saya begitu kagum dengan aura Anda yang begitu jelas. Jadi tidak salah jika banyak pria yang menyukai Anda."

"Begitukah, Bibi?"

"Iya, Nona. Untuk itu, saya ingin memberikan sesuatu untuk Anda dan saya sangat berharap jika Anda mau menerima hadiah yang sebenarnya memiliki harga murah ini."

Penjual Bananes Pesées itu menyondorkan sebuah bungkusan pada Catherine. Awalnya, wanita cantik itu merasa ragu untuk menerimanya. Tetapi Catherine melawan rasa takut tersebut dengan mengambil bungkusan itu, lalu menatap si penjual Bananes Pesées, kemudian mengucapkan terima kasih.

"Sama-sama, Nona. Ini saya berikan, karena saya melihat jika Anda sebenarnya memiliki hati yang begitu putih dan pasti akan banyak yang memanfaatkannya," ujar Bibi itu yang tentunya membuat Catherine mengernyit bingung.

"Maksud Anda apa, Bibi?"

Bibi penjual Bananes Pesées tersebut hanya tersenyum. "Saya tidak akan memberitahukannya. Tetapi ketahuilah, Nona jika jangan terlalu mempercayai seseorang. Karena bisa seseorang itu yang akan menusuk kita dari belakang."

Catherine hanya mengiyakan dengan anggukan pelan. "Terima kasih, Bibi atas nasihatnya dan saya akan memakai hadiah yang sudah Bibi berikan ini."

"Sama-sama, Nona dan saya berharap jika Anda dan jodoh Anda akan segera bersama tanpa adanya halangan apapun. Jodoh Anda adalah seorang pria yang begitu tampan dan gagah. Pria itu juga memiliki tanggungjawab yang tinggi dan dia benar-benar akan mencari solusi untuk masalah yang akan kalian hadapi bersama."

"Ma-masalah?" Penjelasan si wanita paruh baya penjual Bananes Pesées itu membuat Catherine semakin bingung. Dan lagi masalah jodoh. Sebenarnya siapa orang yang ada di hadapannya ini?

"Saya tahu apa yang sedang Anda pikirkan, Nona Catherine." Wanita cantik itu terkejut saat Bibi penjual Bananes Pesées itu mengetahui namanya. "Dan saya juga tahu apa yang baru saja terjadi antara Anda dengan seorang pria di triple room sebuah kapal pesiar."

Wajah Catherine seketika memerah. Bibi penjual Bananes Pesées itu tersenyum saat membaca pikiran gadis yang tadi pagi baru berubah menjadi wanita itu. Dirinya pun menyondorkan satu bungkusan lagi pada Catherine.

"Ambillah ini dan berikan kepada pria itu."

"Ta-tapi saya sebenarnya sudah bertunangan, Bibi," ujarnya sembari menunduk malu saat mengucapkan kalimat itu.

"Saya sudah tahu, Nona Catherine, karena saya sudah menerawang pikiran Anda. Maaf, jika perbuatan saya begitu lancang!" Catherine langsung menggeleng.

"Tidak apa-apa, Bibi."

"Dan pria yang tadi adalah tunangan Anda. Benarkan, Nona Catherine?" Bibi penjual Bananes Pesées itu tetap tersenyum saat Catherine tidak menjawab pertanyaannya.

"Nona harus tahu satu hal. Bahwa sebuah hubungan tidak akan berjalan mulus jika salah satunya tidak memiliki rasa tersebut. Apalagi sampai membohongi perasaannya sendiri. Itu sama saja bisa menghancurkan kedua hati yang akan di satukan dalam sebuah janji," tutur Bibi penjual Bananes Pesées tersebut dan Catherine yang langsung terdiam.

"Jangan terlalu di pikirkan ucapan saya tadi, Nona Catherine. Kejarlah cinta yang menurut Anda benar dan lepaskan cinta yang menurut Anda akan menyakitkan untuk ke depannya."

Destiny Marco in Love Sea ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang