Chapter 17 - Mengenang Pernyataan

409 67 16
                                    

"Tidak bisakah kau membatalkan   ini?"

Catherine terkejut saat mendengar itu. Meskipun pelan, namun posisi mereka yang duduk bersebelahan tentu dapat di dengarnya. Namun dirinya berpura-pura tidak tahu.

"Apa tadi kau mengatakan sesuatu?" tanyanya kemudian.

"Aku? Tidak, Cath. Aku tidak mengatakan apapun sedari tadi."

"Benarkah? Kenapa aku merasa jika sekarang kau sedang berbohong ya, Tuan Marcus Choi."

Tentunya pria itu tergagap karena penyataan Catherine barusan. Apa gadis itu mendengar ucapanku, pikirnya. Namun Marcus dengan cepat mengubah mimik wajahnya. Baiknya, Catherine sedang memperhatikan jejeran dress yang tersedia di atas ranjangnya.

"Terserahmu jika menganggapku sedang membohongimu, Cath. Tapi aku memang tidak berkata apapun sejak tadi."

"Baiklah. Jawabanmu aku terima."

Kembali mereka terdiam. Suara yang di hasilkan dari gelombang air laut juga bisa di dengar kedua insan itu. Catherine ingin berkata andai Marcus lebih dulu berucap.

"Sepertinya aku harus pergi dari kamarmu ini, Cath. Aku hanya tidak ingin Edward beranggapan aneh tentang hubungan kita. Padahal aku hanya ingin mengunjungi temanku yang akan bertunangan nanti malam."

Tanpa gadis itu tahu, Marcus sudah menitikkan airmatanya saat mengatakan kalimat yang baginya amat sangat menyayat hatinya itu. Namun dengan cepat di hapusnya sebelum gadis yang di cintainya melihat dirinya menangis.

Marcus berdiri dan melirik Catherine yang menunduk. Lelaki itu berjalan pelan, meskipun langkahnya begitu berat meninggalkan kamar gadis itu. Marcus masih ingin menatap mata teduh Catherine. Namun itu tidak mungkin karena gadis itu akan menjadi milik orang lain.

Pria itu juga sudah bertekad untuk melupakan Catherine. Meski Marcus tahu jika itu akan sangat sulit. Mengingat jika Catherine adalah gadis pertama yang berhasil membuatnya merasakan bagaimana rasanya jatuh cinta. Seperti air hujan yang jika di cecap, lalu meninggalkan rasa manis dan sejuk.

Namun tidak di sangka jika yang di harapkan akan melakukan hal ini. Hal yang sangat mempengaruhi kinerja tubuhnya. Si gadis cantik pemilik mata teduh, si Rose Catherine Houston secara tiba-tiba memeluk tubuhnya dari belakang.

"Jangan pergi!"

Kalimat memohon itu membuat Marcus seperti merasakan sakit di dadanya. Seperti jari tangan yang secara tidak langsung tertusuk jarum atau tergores pisau yang baru saja di asah. Perih dan membuat mata secara tidak sengaja mengeluarkan airmata.

"Cath!"

"Jangan pergi! Aku mohon!"

Pria itu memejamkan matanya seraya melepaskan tangan Catherine yang melingkar erat di pinggangnya. Lalu membalikkan tubuhnya untuk menatap si cantik yang terlihat menundukkan kepala.

"Tapi, kenapa kau melarang aku pergi, Cath? Bukannya kau akan bertunangan nanti malam? Jika Edward melihatmu yang memelukku seperti tadi, nanti dia akan salah paham pada kita."

Catherine langsung menggeleng. Nampaknya gadis itu tidak peduli tentang apa yang baru saja di ucapkan Marcus padanya. Malah tangannya yang tadi di lepas Marcus, kembali melingkari pinggang lelaki itu. Memeluk Marcus dengan erat, tanpa memperdulikan jika dirinya yang akan menjadi tunangan seorang Edward Louis.

"Catherine!"

"Apa kau memang mencintaiku?" Setelah mengajukan pertanyaan itu, Catherine dapat merasakan jika tubuh Marcus langsung menegang.

Destiny Marco in Love Sea ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang