Chapter 12 - Tidak Menyangka

451 70 14
                                    

Kapal pesiar Destiny Marco akan tiba di Falmouth, Jamaika. Tempat persinggahan kedua. Di sini para tamu undangan bebas pergi kemana pun. Terlihat jika mereka langsung berkerumun di saat kapal akan merapat di Pelabuhan Falmouth.

Dari atas kapal saja, tamu undangan sudah di suguhkan pemandangan luar biasa. Dunn's River Falls di Ocho Rios adalah salah satu destinasi yang paling banyak di minati kaum wisatawan. Apalagi penumpang kapal pesiar yang juga pernah singgah di sana.

"Cath, apa kau mau ikut bersama kami?" tanya Stefany saat melihat temannya itu hanya kembali sendiri. Batang hidung Edward belum terlihat sejak mereka sarapan sampai tiba di sini.

"Tidak, Stefany. Jika kalian ingin pergi, maka pergilah. Aku tidak apa-apa. Mungkin aku akan mengikuti ibu dan ayah saja," jawabnya dengan senyum. Namun di mata mereka semua, senyum itu tidak tulus. Karena terlihat tidak sampai ke mata.

"Kalian pergilah! Biar Catherine bersamaku selama di sini," usul Venus sembari berdiri di sebelah sepupunya itu. Mereka langsung melirik ke arah Venus dengan berbagai macam pandangan.

"Apa kau tidak ingin bersama kekasihmu, Venus?" tanya Irene.

"Tidak. Semalam dia sudah mengatakan jika saat di Jamaika, kami tidak bisa bebas berkencan. Ada satu pekerjaan yang harus dia urus," jawabnya sembari mengingat percakapannya dengan Spencer, kekasih gilanya itu.

"Pekerjaan? Di sini?" Stefany mengernyit bingung. "Apa tidak salah, Venus?"

Gadis itu menggeleng. "Tidak. Memang itu kenyataannya. Dia sedang menyelidiki sesuatu."

"Apa pekerjaan kekasihmu sebenarnya, Venus Fransisca?" Pertanyaan itu di ajukan oleh Camilla.

"Dia itu seorang detektif."

"Apa yang ingin di selidiki kekasihmu di acara pertunangan ini?" Venus menghela nafas sejenak, lalu menggeleng. Ke-4 gadis itu hanya bisa diam tanpa mau bertanya lebih jauh lagi.

"Baiklah, jika itu keinginanmu." tutur Stefany cepat. "Kalau begitu, kami pergi jalan-jalan dulu, ya. Bye-bye!" Catherine dan Venus juga melambai-lambaikan tangan mereka. Kini kedua gadis itu saling bertatapan.

"Jadi, kemana sekarang tujuan kita, Tuan Putri Houston?" goda Venus, dan Catherine langsung memukul pelan lengan itu.

"Iihh, Venus! Apa sih? Geli tahu aku mendengarnya." Venus terkekeh melihat wajah kesal sepupunya itu.

"Ucapanku itu benar, Rose Catherine Houston. Kau itu memang putri boneka keluarga Houston. Sepupu kesayangan aku dan juga malaikat untuk anak-anak."

Gadis itu tertawa bahagia saat berhasil menggoda Catherine yang langsung memerah setelahnya. Sepanjang mereka memandang, lelucon yang di sampaikan Venus berhasil membuat gadis itu tertawa. Tawa yang begitu manis di mata lelaki tampan yang terpaku di sudut restoran.

Lelaki yang terlebih dahulu turun dari kapal dan langsung menginjakkan kaki di restoran untuk sarapan. Nafsu makan lelaki itu hilang saat sang kakek ingin mengenalkannya kepada seluruh tamu undangan di acara pertunangan itu.

"Hei, Marcus!" Lelaki yang ternyata Roger Marcus Gilbert hanya bisa memandang malas pada 2 pria yang sudah duduk di meja miliknya.

"Orang ini pesan apa?" tanya Andrew dengan bahasa Inggrisnya yang fasih. Pelayan wanita yang di tanya pun hanya bisa menatap bingung. Karena tidak tahu kepada siapa perkataan pria itu tertuju.

"Orang ini, yang sedang duduk sambil menikmati minuman yang aku tidak tahu apa namanya," tunjuk Andrew kepada Marcus yang sedang meminum cairan dengan warna hitam seperti kopi.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Destiny Marco in Love Sea ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang