Chapter 24 - Sederhananya Cinta

525 89 23
                                    

Catherine dan Edward masih menikmati perjalanan mereka, menyelusuri pedagang yang menjual hasil kerajinan dan kuliner khas Haiti. Tetapi sepanjang mata memandang, belum ada souvernir apapun yang ingin di beli oleh Catherine.

Edward pun teringat dengan ucapan sang calon ibu mertua jika tunangannya ini tidak begitu menggilai belanja. Bahkan gaji yang Catherine dapatkan dari sekolah tempatnya mengajar selalu di berikan kepada yayasan sosial yang sedang di ikuti Catherine.

Sang ibu juga mengikuti kegiatan sosial yang di mana, donatur terbesarnya adalah keluarga Roger. Nenek Lily dan bibi Hana yang selalu dirinya lihat saat acara amal berlangsung. Karena acara yayasan seperti itu juga terkadang mengundang beberapa politikus Amerika.

Edward merasakan jika ponselnya bergetar di balik saku jeans yang di kenakannya. Pria itu hanya menghela nafas geram. Namun dia segera mengontrol itu agar tidak di lihat Catherine yang masih sibuk melihat-lihat souvernir di salah satu stand penjual souvernir khas masyarakat Haiti.

"Berapakah harga barang ini, Bibi?" tanya Catherine saat menunjukkan sebuah gelang berwarna merah muda. Warna yang juga di sukai Catherine sesudah warna biru.

"20.000 Gourde, Nona." Catherine segera menyisihkan benda tersebut dan mencari souvernir lain untuk di beli.

"Sayang, apa kau tidak apa-apa jika aku tinggal?" Catherine menoleh saat menatap Edward yang juga menatapnya dengan pandangan bersalah.

"Pergilah, jika yang mau kau itu urus sangat penting, Edward." Mendengar jawaban itu membuat pria itu merasa bersalah. Catherine memberanikan diri memegang jemari Edward dan memberikan senyumnya. Tapi jantung Edward malah bereaksi lebih terhadap tindakan Catherine ini.

"Aku tidak marah. Aku juga paham dan mencoba mengerti jika yang menghubungimu barusan memang penting. Jadi pergilah. Aku tidak akan tersesat di sini. Bukannya masih ada ponsel atau aku masih bisa bertanya pada orang nantinya."

Edward merasa lega mendengar jawaban itu. Pria itu memajukan tubuhnya sedikit hanya untuk memberikan kecupan pada kening Catherine yang membeku mendapatkan perlakuan itu.

"Terima kasih atas pengertianmu, Sayang. Mr. Harlen ingin aku yang mengurus semua yang berkaitan dengan pemilihan presiden tahun depan. Jika begitu aku pergi, Sayang. Sampai jumpa di kapal."

Sekali lagi Catherine semakin membeku saat Edward secara mengejutkan mencuri kecupan dari bibirnya dan langsung berlari sembari tersenyum. Catherine merasa bersalah pada pria itu.

Terlihat sekali jika Edward benar-benar jatuh hati padanya. Tetapi sayang seribu sayang, karena ternyata hatinya cuma satu dan itu sepenuhnya sudah di isi oleh pria lain. Seorang pria berwajah tampan dan seksi secara bersamaan. Marcus Choi adalah sesosok manusia yang bisa membuatnya berdebar dan merasa nyaman.

"Ini saja yang ingin di beli, Nona?" Catherine segera menoleh dan mengangguk saat Bibi penjual souvernir itu bertanya padanya.

Sebelum mengambil uang untuk membeli souvernir yang ingin di belinya, sebuah tangan terulur untuk memberikan selembar uang dalam bentuk dollar. Catherine menoleh untuk melihat dan tidak di sangka, ternyata pria yang sedang dia pikirkan sudah berada di sampingnya, lalu melakukan hal itu.

"Tolong hitung juga harga barang yang ini," ujarnya seraya mengambil sebuah benda di depannya.

"Baik, Tuan."

Wanita itu mengernyit dengan senyum di wajahnya saat tangan pria itu memegang sebuah bandana. Sebuah benda yang mirip seperti ikat kepala. Tapi ini di hiasi dengan bunga mawar plastik berwarna pink.

Pria itu, Marcus memasang benda itu di kepala Catherine dan senyum tampan tersebut tersungging di bibirnya setelah melihat betapa cantiknya wanitanya dengan benda yang sangat sederhana itu.

Destiny Marco in Love Sea ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang