Chapter 16 - Merasa Tenang dan Nyaman

520 79 18
                                    

Ruangan ballroom di kapal itu kini telah di penuhi para undangan. Kesan mewah dan elegan sangat ketara di pesta ini. Persis seperti pesta ala-ala kerajaan Eropa.

"Tuhan memberkatimu, Cucuku!" Darwin berseru saat melihat Edward menghampirinya. Jas merah maroon yang melekat di tubuhnya, membuat pria itu seperti pangeran dalam cerita Cinderella.

Banyak wanita yang terpesona dengan ketampanan pria itu. Namun mereka merasa minder saat tahu calon istri pria itu juga tidak kalah cantiknya. Di hati para wanita itu berharap kalau Tuhan mau berbaik hati mengirimkan satu lagi lelaki seperti Edward.

"Terima kasih, Kakek," ujarnya. Lily yang melihat ketampanan pria itu hanya bisa tersenyum.

Edward dan Catherine memang pasangan yang sangat serasi. Wanita lanjut usia itu berharap jika cucunya kelak mendapatkan wanita yang seperti Catherine. Wanita baik, pintar, lembut dan sikapnya seperti malaikat.

"Kau sangat tampan. Tapi lebih tampan lagi Kakek." Mereka tertawa saat Darwin mengatakan kalimat yang membuat Lily langsung memukul pelan bahu suaminya itu.

"Putraku ini memang tampan, Ayah. Makanya calon istrinya juga cantik," tutur Richard sambil merangkul bahu kekar putranya itu

William tersenyum. "Catherine kecilku memang sudah cantik sejak kecil. Makanya banyak pria yang jatuh cinta padanya. Termasuk calon menantuku ini contoh dekatnya."

Para orangtua itu langsung terkekeh saat melihat wajah Edward yang memerah. Tidak menyangka, jika politikus muda itu langsung tersipu hanya dengan kalimat itu.

"Aku jatuh cinta kepada Catherine bukan hanya karena kecantikannya, Ayah. Tetapi karena dia wanita yang sangat lembut."

Darwin pun mimik wajah menggodanya. "Oh... manis sekali ucapan darimu, Edward! Kakek mengaku kalah." Kembali mereka tertawa.

"Ayah, aku ke sana dulu ya!" ujar Edward seraya menunjuk perkumpulan para politikus yang lain. Mereka mengangguk dan pria itu segera bergegas pergi.

"Andai cucuku di sini, aku akan mengenalkannya pada kalian," ucap Darwin dengan lesu. Hana pun hanya menggeleng. Putra tampannya itu memang suka sekali menghilang. Namun Hana tahu apa penyebabnya.

Marcus sedang jatuh cinta dan Hana sebagai Ibu hanya bisa mendukung sang putra dari belakang. Lily juga demikian. Wanita lanjut usia itu tidak akan membatasi tindakan gila cucunya itu. Karena sikap Marcus menurun dari sang suami dan putranya.

"Aku penasaran dengan wajah cucumu itu, Ayah," tutur Richard.

"Wajahnya tampan, jika itu yang ingin kau tahu, Richard. Tentu saja ketampanannya menurun dariku sebagai Kakeknya." Mereka kembali terkekeh geli mendengar ucapan Darwin.

***

Di kamar itu sedang ramai karena orang-orang yang ada di sana sedang merias seorang gadis yang akan bertunangan.

"Selesai," ujar penata rias itu dengan senyuman.

Gadis itu, Catherine menatap cermin yang ada di hadapannya ini. Dirinya memang cantik. Namun entah mengapa, kecantikan wajahnya ini seharusnya tidak di pertunjukkan kepada siapapun.

Gadis cantik itu tersentak saat ada yang merangkulnya. "Cath, kau melamun?" tanya Stefany yang baru saja memasuki kamarnya bersama Venus, Irene dan Camilla.

Catherine menggeleng. "Tidak, Stefany. Aku hanya tidak menyangka, jika aku akan secantik ini," jawabnya tersenyum simpul.

"Baby, kenapa kau berkata seperti itu? Sudah jelas-jelas kau itu cantik. Bahkan sangat cantik. Jika aku seorang pria, maka aku akan dengan senang hati merebutmu dari Edward."

Destiny Marco in Love Sea ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang