"Kira-kira jam berapa kita akan berlabuh di Pelabuhan Lauderdale, Paman Hartley?" tanya Marcus seraya memandang ke arah laut. Saat ini sang bulan purnama menguasai langit malam.
"Kapal akan menepi pukul 06.15 pagi, Nak Marcus." Pria itu hanya menanggapi dengan anggukan kepala. Saat ini, dia sedang bingung harus melakukan apa untuk membujuk Catherine agar mau mendengarkan penjelasannya.
"Ada apa, Marc?" Kapten Hartley bertanya saat melihat ekspresi itu terlihat sangat frustasi. Marcus menggeleng.
"Tidak ada apa-apa, Paman Hartley!"
"Apa kau tidak ingin mengatakannya pada Paman, Nak? Siapa tahu Paman bisa membantumu menyelesaikan masalah yang sedang kau hadapi."
"Hanya masalah wanita, Paman. Sebaiknya aku kembali ke dalam ya, Paman Hartley."
Hartley menatap punggung Marcus yang mulai menjauh. Pria paruh baya itu tersenyum saat mengetahui jika sifat Marcus sangat mirip dengan sifat ayahnya, Gilbert. Sifat yang tidak ingin melibatkan orang lain dalam masalah itu. Hartley tersenyum menatap bulan.
"Sifatnya sangat persis dengan sifatmu, Gilbert. Aku yakin pasti kau menjaga putramu itu dari atas sana," gumamnya.
***
Ruang dansa itu sangat gaduh. Tentu saja karena pembuat onarnya adalah Shawn yang sedang mencabuti rambut Francis yang menggeram marah.
Mereka yang tinggal di sini adalah para tawanan penjahat dan bodyguard Marcus yang di perintahkan pria itu untuk berjaga bersama Andrew, Spencer, Edward, dan Shawn.
Awalnya keluarga Roger, Houston hingga Violet ingin ikut berjaga. Namun Shawn dan Edward sepakat melarang dan menyuruh mereka untuk beristirahat saja. William tadinya ingin menolak. Namun Edward menggiring Ayah Catherine itu menuju kamar di mana sudah ada Rose di sana.
"Hentikan, Bajingan! Itu sakit," teriak Francis dengan geramnya. Shawn tidak memperdulikan hal itu. Dia tetap pada kegiatannya mencabuti rambut Francis. Alexander juga kena sasaran. Karena dua orang itu di ikat dengan jarak dekat.
"Ini belum seberapa dengan apa yang sudah kalian perbuat tadi." Andrew malah ikut-ikutan mencabuti rambut Francis yang berteriak kesakitan, karena pria itu tidak tanggung-tanggung dalam hal mencabut. 5 helai langsung aman di genggaman tangan.
"Aku juga mau mencoba. Sepertinya seru juga."
Francis dan Alexander berjengit saat mengetahui sifat jahil yang akan di lakukan Spencer. Apalagi ada sebuah gunting di tangan pria itu.
"Jauhkan gunting itu, Spencer sialan! Jangan kau coba-coba mengunting rambut indahku ini!" Francis terus memberontak saat Spencer mulai mengambil segenggam rambutnya dan mengarahkan gunting itu untuk memotong rambut itu.
"Hentikan! Arrggh!" Lengkingan Francis tidak di pedulikan Spencer. Dengan santainya, pria itu langsung mengguntingnya dan di sambut pekikan tidak terima Francis yang menatap lemas rambutnya saat di tunjukkan pria bermarga Lee itu.
"Rambutku!" gumamnya dan langsung menatap tajam Spencer yang kini beralih ke rambut Alexander. Richard hanya memperhatikan semua itu dengan pandangan jengah dan tetap berusaha melepaskan ikatan tali di tangannya sambil sesekali melihat keadaan.
"Jangan rambut panjangku, Spencer! Dia adalah salah satu bentuk kharisma yang aku miliki. Jika kau memotongnya, semua wanita akan lari menjauhiku," ungkap Alexander dalam melebihkan kalimatnya.
"Baiklah." Pria itu tersenyum lega saat tahu rambutnya tidak jadi di pangkas. Namun dia tersentak serta berjengit sakit saat tahu jika ternyata Spencer hanya menipunya dan langsung memotong sedikit rambut milik Alexander.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny Marco in Love Sea ☑️
RomantikKeluarga Houston menerima perjodohan putri tunggalnya dengan seorang politikus muda bernama Edward Louis. Catherine yang memang menyayangi kedua orang tuanya menyetujui hal itu. Untuk merayakannya, keluarga Louis mengadakan pesta di atas kapal mewa...