"Terima kasih sudah mengenakan gaun yang aku berikan padamu, Roger Rose Catherine."
Gadis itu mengerutkan dahi saat mendengar namanya di tambahkan pria itu. Roger? Kenapa bukan Choi seperti marga Korea pria itu? Bukannya ini aneh?
"Kenapa?"
Catherine melepaskan pelukannya dari tubuh Marcus. Lalu mendongak ke atas untuk menatap lelaki yang baru dirinya sadari tengah memakai sebuah topeng berwarna merah keemasan. Serasi dengan gaun yang tengah di pakainya. Padahal tema pesta pertunangannya tidak memakai topeng.
Marcus lalu mengangkat dagu Catherine dengan perlahan dan mata cantik itu kembali menjadi pemandangan yang indah baginya. Catherine memejamkan kedua matanya di saat tangan itu mengelus lembut pipinya menggunakan ibu jari tersebut.
"Cath, apa saat ini kau menerima semua pernyataan yang aku tulis dalam surat itu?"
Gadis itu hanya diam tanpa menjawab. Marcus paham dan dia tidak akan memaksa dengan cepat atas suratnya itu. Pria itu patut bersyukur, karena sampai saat ini lampu belum di nyalakan kembali. Masih di buat redup karena acara dansa.
"Tidak apa-apa. Tapi aku akan tetap setia menanti jawabanmu, Catherine."
Catherine kembali membuka matanya saat mendengar kalimat itu dan seketika dirinya tidak melihat lagi sosok Marcus yang tadi bersamanya. Gadis itu menoleh ke kanan dan ke kiri. Tetapi tidak ada di lihatnya pria itu.
Saat ingin melangkah, tangannya terlebih dahulu di tarik seseorang. Catherine hampir berteriak, andai bisikan lembut tersebut telah terlebih dahulu menyapa gendang telinganya.
"Ini aku, Sayang!" Segera dirinya menoleh dan tampaklah seorang pria yang telah menjadi tunangannya tengah menatapnya lembut.
"Edward!" Gadis itu secara tiba-tiba memeluk tubuh sang tunangan yang tentu membuat seorang Edward Louis, politikus muda Amerika awalnya terkejut. Tetapi tidak sampai satu menit, pria itu juga membalas memeluk tunangan cantiknya.
"Sudah. Jangan menangis! Aku sudah memelukmu, Sayang."
Catherine menangis karena rasa bersalahnya. Hatinya mengatakan bahwa dia tidak boleh menduakan Edward yang memang akan menjadi suaminya. Tetapi pikirannya malah menyuruhnya untuk mengakui jika ternyata dirinya memang sudah mencintai Marcus.
***
"Untuk menemani malam yang indah ini, kami telah mendapatkan sebuah pesan dari salah satu penumpang kapal. Yang di mana dia ini ingin sekali menyumbangkan satu lagu ciptaannya untuk sepasang insan yang baru saja bertunangan. Kalau begitu, mari kita dengarkan dia bernyanyi!"
Setelah sang MC yang memandu acara pertunangan itu selesai berucap, tiba-tiba lampu sorot menyala. Memperlihatkan seseorang yang sudah duduk tenang sambil memangku gitarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny Marco in Love Sea ☑️
RomanceKeluarga Houston menerima perjodohan putri tunggalnya dengan seorang politikus muda bernama Edward Louis. Catherine yang memang menyayangi kedua orang tuanya menyetujui hal itu. Untuk merayakannya, keluarga Louis mengadakan pesta di atas kapal mewa...