2

542 66 2
                                    

            "DIMANA bos-nya?" tanyaku langsung kepada resepsionis bersanggul rapi yang kini sedang menatapku dengan tatapan tak percayanya.

Aku tidak heran lagi karena setiap orang yang tak sengaja bertemu atau berinteraksi denganku pasti akan menampilkan ekspresi serupa dengan wanita bersanggul ini. Tapi, ini bukan saat yang tepat untuk percaya diri. Well, aku harus menemui Renjun untuk memberikan menu 'makan siang'-nya. Enak saja, dia belum membelikanku apartment padahal sudah kuberi jatah kemarin!

"Mr. Renjun?" tanya si resepsionis.

Aku mengangguk.

"Pak Renjun lagi mau meeting di lantai sembilan. Ada keperluan apa? apakah sudah membuat janji temu?" tanya si resepsionis dengan bahasa formal.

"Kak, aih kenapa kita kesini coba?" kudengar suara Gun. Ah ya, aku sampai lupa kalau dia mengekoriku kemari juga.

Aku menatap Gun dari kacamata hitam yang kupakai sesaat, "Lo mending nunggu di mobil aja."

"Nggak, gue nggak mau biarin kakak ngelakuin hal ceroboh." Gun bersikeras, menatapku sambil mencondongkan kepalanya, "Orang-orang disini bakal mendadak jadi bala lambe, tahu kan?"

"Siapa yang peduli?" kuangkat satu alisku.

Gun mendesah. "Argh, gila gue lama-lama kerja bareng lo!"

Aku tersenyum kecil sambil menepuk satu pipi Gun. "Gue juga cinta sama lo." Lalu, kepalaku menoleh ke arah resepsionis bersanggul yang sejak tadi mengikuti obrolan Gun dan aku. Kembali aku berbicara, "Saya orang penting bagi Renjun. Jadi, tolong bilang sama bos kamu biar temuin saya selesai rapat. Kalau nggak saya bakalan marah." Ucapku sambil menukas senyum.

"Tapi, Mbak Siyeon nggak bisa—" si resepsionis itu terdiam dan menatap ke arah belakangku. Dengan spontan aku langsung menoleh dan menemukan pria tampan yang berdiri tak jauh dari tempatku. Diikuti dengan beberapa orang di belakangnya.

Wajah sinis? [checked!]

Mata tajam? [checked!]

Garis rahang tegas? [checked!]

Tubuh atletis? Hmm, kurasa ya. [checked!]

Sepertinya dia orang kaya. Aku belum pernah melihatnya sebelumnya, kurasa Renjun juga tidak memiliki kakak atau adik. Jadi jelas, pria ini bukan dari pihak keluarga Renjun.

Ow, ow, ow, lihat bagaimana dia menatapku seperti ingin mengajakku nge-room. Astaga, aku memang menggoda dan cantik, tapi aku bukan wanita murahan, tuan.

"Ada apa?" tanya pria itu dengan suara beratnya.

Astaga, aku menyukai suara itu!

Bagaimana aku tidak tahu soal pria ini sebelumnya ya? Dari perusahaan mana dia berasal?

Dengan sedikit keingintahuanku, kugeser tubuhku sambil menatap tak kentara ke arah kerumunan yang datang. Siapa tahu ada di antara orang-orang yang berdiri di belakang pria ini yang kukenal. Aku memang tak menyukai hal-hal yang berbau bisnis, tetapi aku sudah sering bekerja sebagai brand ambassador untuk beberapa produk di beberapa perusahaan. Jadi tentu saja aku mengenal beberapa orang yang sering terlibat denganku.

Kedua mataku menyipit saat mendapati satu orang yang kukenal. Tidak, aku tahu siapa pria yang berdiri tepat di belakang pria itu. Dia adalah manajer Kimsung!

Lalu...

"Mbak Siyeon ingin menemui Mr. Renjun, saya katakan harus membuat janji temu terlebih dahulu." jelas si resepsionis.

Aku mendesah. Baiklah, sepertinya aku harus mengeluarkan makan siang-nya lebih cepat. Persetan dengan segalanya!

Aku mulai merogoh tasku, hendak mengeluarkan sesuatu namun sebuah cengkeraman di pergelangan tanganku menghentikan. Fokusku tertuju pada jam tangan mewah yang melingkar di tangan yang kini mencengkeramku itu, lalu menatap agak mendongak.

The Celebrity And Her Perfect Match | Jeno - SiyeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang