KAKIKU sedikit menjinjit, mengintip lewat peephole ke arah luar. Kacau, sampai kapan aku harus seperti ini coba? Ciuman satu minggu yang lalu jelas bukan salahku karena statusku saat itu adalah korban... yang kebetulan ikut larut dalam ciuman itu.
Dan harusnya, tetangga apartemenku itu mengetuk pintu kamarku dan meminta maaf atas kejadian malam itu padaku, alih-alih hilang seperti ditelan bumi. Dasar tidak gentleman!
Baik-baik, aku akan menjelaskan. Jadi ciuman jam dua malam waktu itu terjadi tidak lebih dari dua detik. Kuulangi, dua detik! Woah!
Tetanggaku yang sok tampan itu sadar tepat di saat aku membalas ciumannya, aku masih ingat tubuhnya kaku dan langsung mendorongku hingga punggungku membentur pintu apartemen. Seolah sadar atas apa yang sedang dilakukannya, Jeno langsung berbalik dan membuka pintu apartemennya. Lalu masuk dan tidak keluar sampai sekarang.
Atau... sudah keluar dan tidak masuk sampai sekarang.
Ntahlah, aku juga tidak tahu karena aku belakangan ini tidak mendengar langkah kaki di sekitar apartemenku—iya aku menguping tiap kali sudah berada di dalam apartemenku—hingga aku bisa menyimpulkan kalau Jeno kabur. Dasar tidak bertanggung jawab, memangnya itu ciuman pertamanya apa? dobel yuck!
Aku merogoh tas saat mendengar ponselku berdering dan menemukan nama Gun disana.
"Ya?"
"Lama banget! ada masalah kah?"
Aku menggeleng. "Nggak, gue turun sekarang." kataku kemudian memutuskan sambungan.
"Kak, Pak Bos minta lo langsung aja ke Kimsung." ujar Gun saat aku sampai di mobil.
Kuangkat alisku. "Ngapain?"
"Pihak Kimsung mau lo jadi brand ambassador produk ponsel mereka yang terbaru." Gun memberi info, matanya terarah pada ponsel dalam genggaman sebelum mengantongi ponsel itu dan meminta supir untuk jalan.
Kedua alisku bertaut heran, soal kontrak seperti ini biasanya agensiku yang mengurusnya—dengan menanyakan pendapatku sebelumnya tentu saja—dan aku tinggal datang ke lokasi syuting saat waktunya tiba. Waktu itu pun saat bekerja sama dengan Kimsung, kami melakukan diskusi yang serupa, pokoknya aku tidak pernah ikut acara meeting atau apapun itu kecuali proyek drama.
Jadi, tidak salah dong aku merasa heran?
"Biasanya juga nggak gini. Lagian, gue kan ada pembaharuan kontrak sama brand minuman soda itu."
"Ah, gue lupa bilang," Gun menepuk dahinya, ia menatapku. "Pak Bos milih nggak perpanjang."
"Apa!?" teriakku cepat pada Gun.
Dan tubuhku tersungkur ke depan saat mobil mengerem mendadak. Kutatap sopir dengan kesal, "Heh, lo mau gue pecat!?"
"M-maaf... saya kaget, mbak."
Dasar tidak sopan! Kalau aku lecet bagaimana?
"Udah, udah, lanjut lagi aja jalannya." lerai Gun. Aku mendelikkan mata ke arah Gun karena membela sopir itu, namun seperti biasa Gun tidak ada takut-takutnya padaku. Menyebalkan!
Kuembuskan napas, kemudian menyandarkan tubuh di jok kursi setelah mobil berjalan kembali. Kedua tanganku terlipat depan dada, "Sekali lagi lo bikin celaka, gue pecat lo. Ngerti?" ucapku pada si sopir yang langsung mengangguk ketakutan.
Ew, I hate people.
"Pihak Kimsung nawarin kontrak eksklusif dengan fee yang bikin geleng-geleng." Suara Gun kembali terdengar.
Aku diam mendengarkan.
"Selain menjadi ambassador resmi produk ponsel Kimsung, mereka juga ingin kak Siyeon jadi brand ambassador Kimsung," Gun memekik histeris. "maksud gue, aaa gila keren banget nggak sih!"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Celebrity And Her Perfect Match | Jeno - Siyeon
Fanfictionthe tittle was "Then, I Meet You." DISCLAIMER: Cerita ini hanya fiksi belaka. Author hanya meminjam nama tokoh, tempat, dan merek untuk kebutuhan cerita. Cerita milik author, sedangkan Idol milik orang tua dan agensinya.🧡 -------- Hidupnya yang abu...